Day 8 – 21 Juni Bangun tidur, tak tau mau berbuat apa seharian ini. Tercetuslah keinginan kakak buat belajar surfing di Kuta, jadilah itu agenda kami seharian. Selesai sarapan ala kadar apa adanya, memakan nasi bungkusan kecil khas Kuta, nasi ayam jinggo, mirip nasi kucing, dan mudah ditemukan disepanjang pantai Kuta atau jalanan Legian. Kami ke Kuta mencari-cari pelatih atau coach yang cocok buat ngajarin kakak surfing. Akhirnya ketemulah abang bli ini, sesama orang medan dengan kakak, jadilah harga miring yang diberikannya, 150ribu dengan perjanjian kakak bisa berdiri diatas board. Entah kenapa, kakak tak mau menunggu lama langsung deal dan kami kembali ke penginapan buat ganti pakaian kakak. Balik lagi ke kuta, nungguin kakak belajar surfing, dan kakak beneran bisa berdiri diboard nya, jadi pengen nyoba, tapi ya agak malas juga sih. Sampai menjelang siang, dan ombak tak lagi bisa dimanfaatkan buat surfing, lesson kali itu berakhir. Duduk-duduk sebentar sebelum kami balik ke penginapan. Sampai di penginapan, sorenya kami kembali ke pantai Kuta, menjelma menjadi anak pantai menikmati sunset. Day 9 – 22 Juni Tak ada rencana apapun pagi ini, kalau mengikuti rencana awal, kali ini kami perjalanan kembali dari Ubud atau Denpasar ke Kuta, tapi nyatanya ini sudah di Kuta sejak beberapa hari yang lalu, bosan, tapi tak bisa menyewa motor buat keliling. Jadilah kami berkeliling Pantai Kuta lagi, tak tau berbuat apa karena plan hari ini hanya ikutan melepas 1000 penyu ke lautan. Tiktoktiktok waktu berlalu sementara kami menunggu sambil makan siang di k*c menikmati layanan internet gratis. Dan akhirnya pukul 3 sore, kami jalan menyusuri pantai mencari Momumen Penyu Laut Kuta yang menjadi pusat acaranya. Banyak partisipan yang ikut, dari orang pribumi, wisatawan lokal, wisatawan asing dan bahkan beberapa artis yang juga membawa serta keluarga besarnya. Mungkin mereka juga kebetulan liburan di Bali saat acara berlangsung. Dimulai dengan mengumpulkan sampah sepanjang pantai, dan yang menang yang membawa sampah paling banyak yang akan mendapat hadiah menarik dari panitia. Dan acara puncak pun dimulai, melepas penyu ke lautan, lucu parah penyu dilepas dari mangkok kecil yang berisi air, baik-baik dikeluarkan (tanpa bantuan tanga, jadi mangkoknya dimiringin aja) dan para penyu berjalan dari pinggir pantai kearah ombak, saat ombak datang mereka ikut berenang ke lautan. Benar-benar lucu saat ada beberapa penyu yang sudah terbawa ombak kembali lagi ke pantai. Sayang terlalu banyak partisipan yang ikut melepas penyu dan tidak melepesannya baik-baik hingga ada yang hampir menginjak bayi penyunya saat mereka terbawa kembali oleh arus ombak. Selesai pelepasan penyu, tak ada yang dapat dilakukan selain (lagi-lagi) menikmati sunset pantai Kuta. Day 10 – 23 Juni Hari terakhir menikmati sunset dan pantai Kuta beserta daerah sekitarnya. Hari ini jadi hari berbelanja oleh-oleh. Pergi ke pusat oleh-oleh khas Bali yang sudah ternama, Joger dengan taksi yang bayarnya tak sampai 20ribu. Namun Joger bukanlah tempat kami berbelanja oleh-oleh karena tak ada oleh-oleh yang dicari disana, disamping Joger yang memang selalu ramai tak pernah sepi, kami berbelanja di toko-toko sekitar Joger dan mendapatkan beberapa oleh-oleh lucu dengan harga yang lebih murah, ada gantungan kunci yang mulai 5 buah 10ribu hingga berbagai oleh-oleh mahal lainnya khas Bali. Selesai berbelanja kami langsung mengisi bahan bakar masing-masing ke warung nasi pedas yang juga sudah terkenal, sebagai bentuk perpisahan dengan makanan khas Bali sebelum besok meninggalkan Bali. Sorenya kami kembali ke Pantai Kuta menikmati sunset terakhir di Kuta trip kali ini. Dan kakak juga memilih untuk sekali lagi belajar surfing untuk memahirkan dan melatih catching wave nya biar lebih bagus. Jadi nanti di Padang biar tinggal mengulang-ulang ilmu saja. Dan iya, kakak sukses belajarnya, sudah bisa berdiri diatas board tanpa bantuan abang bli, berjalan bersama ombak, untuk pemula itu sudah lebih dari cukup. Dan kami melanjutkan kegiatan setelahnya menikmati sunset yang saat itu terlihat semakin indah. Saat hati yang awalnya kesal harus kembali ke Kuta beberapa hari lalu, berubah menjadi sedih serasa tak ingin meninggalkan Kuta, sunset yang sangat indah itulah yang menjadi pengikatnya. Dan malam datang menggantikan siang, jadilah kami bersenang-senang memakan yang sebelumnya tak bisa dimakan karena keterbatasan dana, malam itu kami mendapat reski lebih kiriman untuk makan berdua. Dan Pizza di Beachwalk jadi pilihan utama, dan langsung kalap memesan banyak menu, karena kelamaan menahan nafsu makan kali ya. Day 11 – 24 Juni Ini hari terakhir di Kuta, lambat-lambat meninggalkan penginapan karena membereskan semua barang-barang yang tak mungkin boleh tertinggal satupun. Tak mau kotor-kotoran karena tak bisa ganti baju maupun mandi lagi, kami memilih menjelajah di mall saja. Barang-barang kami titipkan di penginapan, kami berangkat dengan taksi ke Discovery Mall, mal yang beberapa hari lalu ingin kami kunjungi namun tidak jadi karena tidak tahu mau masuk lewat mana kalau naik motor, hahaha. Menghabiskan hari berkeliling mall yang cukup besar ini, dan makan disalah satu swalayan plus cafe gitu, saya tidak tahu istilah tepatnya apa. Disana menyediakan makanan-makanan khas Bali dengan harga murah, dari nasi ayam jinggo hingga jajanan pasar. Semua harga terjangkau, juga beberapa kue-kue dan cake yang mereka jual sangat murah, semua harganya dibawah 10ribu, baik itu nasi jinggo, jus, jajanan pasar hingga macaron. Capek berkeliling, kami kembali ke arah pantai Kuta, jalan kaki, menikmati saat-saat trip terakhir. Dan diperjalanan barulah kami menyadari adanya Pasar Seni Kuta, pasar tradisional Kuta yang menjual berbagai karya seni dan oleh-oleh khas Bali dan harganya jauh lebih murah dari yang saya beli kemaren di toko. Dan naluri wanita yang hobi belanja, apalagi murah, saya membeli oleh-oleh lagi disini, sedikit menyesal kenapa saya baru tau sekarang kalau ada pasar seni didekat Kuta Square, dekat jalan Pantai Kuta yang bisa dibilang sering kami lewati. Sore makin menjelang, kami memilih makan sore sebagai ganti makan malam yang tak bisa kami dapatkan dibandara tentunya, makan di Kuta Food Court, sedikit menyesal juga kenapa tak dari awal coba makan disini, karena rasa makanan seafoodnya benar-benar enak dan pastinya fresh serta harganya juga bersahabat, mungkin karena tempatnya yang dilihat dari luar tidak menarik dan nyaman dibanding makan di mal, tentu saja. Tak dapat menikmati sunset hari ini karena harus segera ke bandara, bukan karena pesawat akan berangkat cepat, tapi karena waktu penitipan tasnya jug tak enak jika harus sampai malam, dan mencari taksinya juga akan sulit saat malam di jalan Legian, karena banyaknya orang-orang yang berkeliaran disana saat malam apalagi malam minggu saatnya party. Sampai dibandara, duduk sebentar di cafe sekitar terminal departure, masuk ruang tunggu kami langsung berangkat ke jakarta. Nyampe dijakarta sudah hampir tengah malam, pukul 10 malam. Day 12 – 24 Juni Berhubung pesawat Bali Jakarta, Jakarta Padang nya berbeda, jadilah kami harus pindah ke terinal yang jaraknya cukup jauh, untung asih ada shuttle bus saat itu, karena walau sampai dibandara pukul 10 malam, kami baru bisa keluar bandara menuju bus stop shuttle busnya sudah pukul 11 malam. Berangkat ke terminal keberangkatan dengan shuttle bus tengah malam, dan harus berangkat ke Padang esok subuh. Bandara menjadi satu-satunya pilihan untuk beristirahat, sama seperti waktu pertama kali sampai di Bali, kali ini kami menginap lagi dibandara. Untungnya bandara Soetta memiliki mushalla yang bagus, berAC, tepisah pria dan wanita nya, bersih hingga tak ada nyamuk yang menggangu istirahat kami. Letak mushalla yang didalam dekat ruang tunggu juga menjadi keuntungan sendiri untuk keamanannya. Subuh datang, kami bersiap-siap dan terbang kembali ke Padang kembali ke kampung halaman mengakhiri perjalanan panjang penuh suka duka. Mendarat dengan aman di Padang, disambut mama di bandara, rindu jadi lepas, pengalaman yang didapat semakin terbekas diingatan maupun dihati, tak ada penyesalan berarti dalam perjalanan ini, ingin mengulangnya lagi, mungkin ke tempat yang berbeda, agar pengalaman yang didapat lebih beragam. Mungkin tak begitu banyak kesenangan selama perjalanan ini, tapi bagaimana kami bisa tetap survive dan menikmati setiap langkah, menjadi nilai lebih tersendiri dalam hidup.