Ku ingin kau tahu isi hatiku...
Kau lah yang terakhir dalam hidupku...
Tak ada yang lain hanya kamu...
Tak pernah ada...
Takkan pernah ada...

Benar dia, benar hanya dia...
Ku slalu menginginkannya...
Belaian lembut tangannya...
Ku haus memikirkannya...

Ku ingin kau tahu isi hatiku...
Kau lah yang terakhir dalam hidupku...
Tak ada yang lain hanya kamu...
Tak pernah ada...
Takkan pernah ada...
Ku ingin kau slalu dipikiranku...
Kau yang slalu larut dalam darahku...
Tak ada yang lain hanya kamu...
Tak pernah ada...
Takkan pernah ada...


Lantunan lagu Takkan Pernah Ada dari Geisha itu sungguh merasuk ke dalam diri Cinta. Pikiran Cinta langsung tertuju kepada Aya. Jantung Cinta kembali berdegup kencang, walau hanya mengingat Aya. Sedangkan disana, ia tidak tahu apa Aya masih memikirkannya atau malah tidak pernah memikirkanya sedikitpun.
Betapa bodohnya Cinta yang masih tetap memikirkan orang yang sama sekali tidak memperdulikannya. Cinta begitu menyadari, betapa ia telah disakiti, ditinggalkan dan dibodohi oleh cintanya yang begitu besar kepada Aya. Tapi entah mengapa, sedikitpun ia tidak pernah bisa melupakan Aya. Apalagi untuk membencinya. Semakin Cinta berusaha melupakan Aya, semakin besar rasa rindu yang harus ia pendam. Cinta terlanjur mencintai Aya.
Dengan keadaan biasa yang memang selalu kacau tidak karuan, Cinta mencoba menghubungi Aya. Sekedar ingin mengetahui keadaan Aya. Tapi apa yang didapat Cinta? Tak ada. Tak ada balasan dari Aya. Cinta mengerti, Aya tidak ingin diganggu. Tapi, ini sudah seminggu setelah kejadian itu. Cinta tidak mengetahui keadaan Aya, dan itu membuatnya khawatir. Dan untuk mencari kesibukan agar bisa melupakan Aya, Cinta memilih untuk membuka facebooknya, ternyata Aya mengatakan kalu dirinya terkena flu. Cinta cemas, ia kembali mengirimi Aya sms, meminta Aya untuk segera meminum obat. Dan setahu Cinta, Aya itu selalu malas jika harus minum obat harus didesak dulu, barulah Aya mau minum obat. Saat flu, biasanya Aya harus selalu bersembunyi dibalik selimut karena suhu badannya yang langsung naik secara drastis. Dan dulu, saat masih berpacaran, Cinta selalu menemani Aya walau Aya hanya demam biasa. Tapi kini mana mungkin Cinta melakukan itu. Pacar barunyalah yang harus memberi perhatian seperti itu. Aya hanya membalas ia baik-baik saja dan melarang Cinta membalas sms itu lagi. Cinta yang memang kersa kepala tetap membalas berupa doa agar segera sembuh. Dan Cinta mencoba mengerti, ia langsung mengambil foto Aya dan membawanya tidur.
-***-
Rutinitas sekolah harus dijalani Cinta. Pagi ini, pelajaran Pencak Silat. Cinta tak begitu tertarik menjalaninya, ia hanya bermain-main saat itu. Pikiranyya melayang kepada hal yang telah terjadi sebelum pelajaran dimulai tadi. Cinta dan Vola sedikit berseteru mengenai tempat duduk yang sama-sama mereka perebutkan. Kata-kata Vola yang terlontar sungguh membuat hati Cinta tersinggung. “Gara-gara loe, semua jadi kacaukan...Gue gak mau duduk depan loe kan yang biasanya duduk dibarisan terdepan itu!!!” “Tapi loe juga harus la, kita tu bebas mau duduk dimana aja, siapa cepat dia dapat. Sekali ini Gue minta loe buat duduk di depan kenapa loe marah? Gue juga bosan kali duduk di...”tak sampai selesai berbicara, Vola menyela “Loe bikin kacau aja!!!”(aja...aja...)
Perasaan Cinta yang awalnya baik, kontan berubah menjadi suasana badai. Ia langsung menuju toilet, karena itu satu-satunya tempat yang jarang dikunjungi orang dan tempat yang bisa digunakan untuk melampiaskan isi hati baik itu marah ataupun menangis. Takkan ada yang akan tahu.
Kini pelajaran usai, semua siswa telah mengganti pakaian silatnya dengan pakaian putih abu-abu. Cinta tak ingin berada di kelas, ia tidak mau terlibat masalah lagi, karena barusan saja, saat baru selesai mengganti pakaian, Puja dan Utie meminjam buku milik Cinta, dan Cinta hanya berkata “Iya, bentar ya, bukunya didalam kelas, ntar aja Cinta ambilin...” eh Puja malah menampang yang sangat tak enak dilihat dan berlagak marah kepada Cinta “Kalau gak boleh ya udah!” Cinta bingung, padahal sebelumnya ia tidak ada berkata tidak boleh. Cinta bingung dengan orang-orang di sekitarnya. Hingga ia memilih untuk duduk di sekitar anak tangga yang biasa memang digunakan untuk duduk-duduk siswa. Dengan ditemani buku dan telingga yang tersumbat nyanyian dari mp4. Seharusnya Kita dari grup bang Naff. Itu lagu yang sedang didengar Cinta dengan potongan lirik yang sangat terekam dipikirannya.
Seharusnya dunia ini begitu indah...
Seharusnya dunia ini penuh bermakna...
Takkan ku lewati waktu bila tak bersamamu...
Takkan perih batin ku ini bila kau memilihku...
Seharusnya dunia ini..
Milik kita berdua...

Entah apa yang terjadi, Cinta malah menangis, air matanya jatuh membasahi lembaran buku. Saat itu Cinta merasa sendiri, ia merasa tak seorangpun memperdulikannya. Dia kembali mengingat Aya yang biasanya selalu memberikan ketenangan disaat-saat seperti ini. Ia mengingat Aya yang kini telah pergi menjauh darinya. Ia merasa tak lagi diperdulikan oleh Aya, teman-temannya, gurunya, bahkan sahabatnya sendiri. Cinta semakin menangis terisak-isak, dan langsung memintai tolong kepada temannya memanggilkan Tya.
Saat Tya datang, tangisan Cinta langsung memecah, dan tak beberapa saat setelah itu, Rima, Lisa dan Riri pun telah datang menemani Cinta. Saat itu, langsung digunakan Cinta melepaskan semua unek-unek yang ada dihatinya. Cinta menceritakan semua hal yang selama ini ia pendam sendiri. Hingga Lisa dan Rima harus rela kehilangan 2jam pelajaran untuk menemani Cinta agar bisa kembali tenang.
-***-
Kini saatnya untuk Cinta bertempur dalam lomba matematika, ia bergelut dengan berbagai angka di salah satu kampus tersohor yang ada di tempat Cinta tinggal. Setelah acara itu, Cinta bersama teman-temannya yang juga ikut berlomba menghabiskan waktu di Toko Buku Gramedia. Semua sibuk memilih buku-buku bagus yang akan dibawa pulang, tapi Cinta, sedikitpun tidak tertarik untuk membaca, entah kenapa, padahal biasanya ia tidak pernah bisa diam jika melihat buku-buku bagus. Tapi ini melirik saja tidak. Sudahlah, yang penting waktu yang disediakan guru untuk menunggu hasil Lomba itu keluar, tidak terbuang sia-sia.
Selesai membeli buku, entah kenapa guru Cinta malah menuju kampus Aya dan berhenti untuk shalat disana. Cinta langsung menghubungi Aya dan menanyakan keberadaan Aya. Ternyata Aya sedang berada di kampusnya dan langsung menemui Aya di dekat Masjid kampus itu. Jantung Cinta berdegup sangat kencang, dan mengatakannya kepada Rima, yang ternyata Rima hanya menjawab, “Jangan lebay dong Cin.” Tapi itu tidak dibuat-buat, dan degup jantung yang kuat itu mulai setelah Cinta dan Aya selesai berbicara. Tidak banyak yang mereka bicarakan, Aya hanya menanya kenapa kesini? Sampai kapan disini? Semua jenis basa-basi lainnya juga dia ucapkan. Memang, jantung Cinta tak lagi berdegup kencang, tapi Cinta malah jadi salah tingkah dibuatnya. Sampai-sampai kaki Cinta terkena besi pembatas yang ada di Masjid. Tak ada luka yang berdarah, hanya memar yang sungguh membuat bengkak dan saat sakit. Tapi rasa luka itu tertutupi oleh hati Cinta yang senang setelah bisa bertemu Aya lagi.
-***-
Kaki yang memar tak menjadi hambatan bagi kesenangan Cinta. Tapi ternyata kesenangan itu hanya berlangsung saat-saat itu saja, bukan Cinta yang menyebabkan kesenangan itu berakhir. Tapi Aya. Cinta yang menghubungi Aya hanya untuk meminta tolong sedikit memperbaiki gitarnya. Entah kenapa Aya malah marah dan mungkin beranggapan kalau Cinta membuat-buat alasan agar bisa bertemu Aya. Padahal tidak. Itu jelas hanya permintaan dari seorang teman kepada temannya.
Perasaan buruk yang sebelumnya telah dikubur Cinta lewat harapan Aya kembali membaik dalam menjalani hubungan dengan Cinta walau hanya sebatas teman. Kini perasaan buruk itu kembali bangkit mengerogoti pikiran Cinta yang mulai tak karuan lagi. “Cinta...!!!mengapa kamu selalu seperti ini??!” teriaknya dalam hati.