Day 8 – 21 Juni Bangun tidur, tak tau mau berbuat apa seharian ini. Tercetuslah keinginan kakak buat belajar surfing di Kuta, jadilah itu agenda kami seharian. Selesai sarapan ala kadar apa adanya, memakan nasi bungkusan kecil khas Kuta, nasi ayam jinggo, mirip nasi kucing, dan mudah ditemukan disepanjang pantai Kuta atau jalanan Legian. Kami ke Kuta mencari-cari pelatih atau coach yang cocok buat ngajarin kakak surfing. Akhirnya ketemulah abang bli ini, sesama orang medan dengan kakak, jadilah harga miring yang diberikannya, 150ribu dengan perjanjian kakak bisa berdiri diatas board. Entah kenapa, kakak tak mau menunggu lama langsung deal dan kami kembali ke penginapan buat ganti pakaian kakak. Balik lagi ke kuta, nungguin kakak belajar surfing, dan kakak beneran bisa berdiri diboard nya, jadi pengen nyoba, tapi ya agak malas juga sih. Sampai menjelang siang, dan ombak tak lagi bisa dimanfaatkan buat surfing, lesson kali itu berakhir. Duduk-duduk sebentar sebelum kami balik ke penginapan. Sampai di penginapan, sorenya kami kembali ke pantai Kuta, menjelma menjadi anak pantai menikmati sunset. Day 9 – 22 Juni Tak ada rencana apapun pagi ini, kalau mengikuti rencana awal, kali ini kami perjalanan kembali dari Ubud atau Denpasar ke Kuta, tapi nyatanya ini sudah di Kuta sejak beberapa hari yang lalu, bosan, tapi tak bisa menyewa motor buat keliling. Jadilah kami berkeliling Pantai Kuta lagi, tak tau berbuat apa karena plan hari ini hanya ikutan melepas 1000 penyu ke lautan. Tiktoktiktok waktu berlalu sementara kami menunggu sambil makan siang di k*c menikmati layanan internet gratis. Dan akhirnya pukul 3 sore, kami jalan menyusuri pantai mencari Momumen Penyu Laut Kuta yang menjadi pusat acaranya. Banyak partisipan yang ikut, dari orang pribumi, wisatawan lokal, wisatawan asing dan bahkan beberapa artis yang juga membawa serta keluarga besarnya. Mungkin mereka juga kebetulan liburan di Bali saat acara berlangsung. Dimulai dengan mengumpulkan sampah sepanjang pantai, dan yang menang yang membawa sampah paling banyak yang akan mendapat hadiah menarik dari panitia. Dan acara puncak pun dimulai, melepas penyu ke lautan, lucu parah penyu dilepas dari mangkok kecil yang berisi air, baik-baik dikeluarkan (tanpa bantuan tanga, jadi mangkoknya dimiringin aja) dan para penyu berjalan dari pinggir pantai kearah ombak, saat ombak datang mereka ikut berenang ke lautan. Benar-benar lucu saat ada beberapa penyu yang sudah terbawa ombak kembali lagi ke pantai. Sayang terlalu banyak partisipan yang ikut melepas penyu dan tidak melepesannya baik-baik hingga ada yang hampir menginjak bayi penyunya saat mereka terbawa kembali oleh arus ombak. Selesai pelepasan penyu, tak ada yang dapat dilakukan selain (lagi-lagi) menikmati sunset pantai Kuta. Day 10 – 23 Juni Hari terakhir menikmati sunset dan pantai Kuta beserta daerah sekitarnya. Hari ini jadi hari berbelanja oleh-oleh. Pergi ke pusat oleh-oleh khas Bali yang sudah ternama, Joger dengan taksi yang bayarnya tak sampai 20ribu. Namun Joger bukanlah tempat kami berbelanja oleh-oleh karena tak ada oleh-oleh yang dicari disana, disamping Joger yang memang selalu ramai tak pernah sepi, kami berbelanja di toko-toko sekitar Joger dan mendapatkan beberapa oleh-oleh lucu dengan harga yang lebih murah, ada gantungan kunci yang mulai 5 buah 10ribu hingga berbagai oleh-oleh mahal lainnya khas Bali. Selesai berbelanja kami langsung mengisi bahan bakar masing-masing ke warung nasi pedas yang juga sudah terkenal, sebagai bentuk perpisahan dengan makanan khas Bali sebelum besok meninggalkan Bali. Sorenya kami kembali ke Pantai Kuta menikmati sunset terakhir di Kuta trip kali ini. Dan kakak juga memilih untuk sekali lagi belajar surfing untuk memahirkan dan melatih catching wave nya biar lebih bagus. Jadi nanti di Padang biar tinggal mengulang-ulang ilmu saja. Dan iya, kakak sukses belajarnya, sudah bisa berdiri diatas board tanpa bantuan abang bli, berjalan bersama ombak, untuk pemula itu sudah lebih dari cukup. Dan kami melanjutkan kegiatan setelahnya menikmati sunset yang saat itu terlihat semakin indah. Saat hati yang awalnya kesal harus kembali ke Kuta beberapa hari lalu, berubah menjadi sedih serasa tak ingin meninggalkan Kuta, sunset yang sangat indah itulah yang menjadi pengikatnya. Dan malam datang menggantikan siang, jadilah kami bersenang-senang memakan yang sebelumnya tak bisa dimakan karena keterbatasan dana, malam itu kami mendapat reski lebih kiriman untuk makan berdua. Dan Pizza di Beachwalk jadi pilihan utama, dan langsung kalap memesan banyak menu, karena kelamaan menahan nafsu makan kali ya. Day 11 – 24 Juni Ini hari terakhir di Kuta, lambat-lambat meninggalkan penginapan karena membereskan semua barang-barang yang tak mungkin boleh tertinggal satupun. Tak mau kotor-kotoran karena tak bisa ganti baju maupun mandi lagi, kami memilih menjelajah di mall saja. Barang-barang kami titipkan di penginapan, kami berangkat dengan taksi ke Discovery Mall, mal yang beberapa hari lalu ingin kami kunjungi namun tidak jadi karena tidak tahu mau masuk lewat mana kalau naik motor, hahaha. Menghabiskan hari berkeliling mall yang cukup besar ini, dan makan disalah satu swalayan plus cafe gitu, saya tidak tahu istilah tepatnya apa. Disana menyediakan makanan-makanan khas Bali dengan harga murah, dari nasi ayam jinggo hingga jajanan pasar. Semua harga terjangkau, juga beberapa kue-kue dan cake yang mereka jual sangat murah, semua harganya dibawah 10ribu, baik itu nasi jinggo, jus, jajanan pasar hingga macaron. Capek berkeliling, kami kembali ke arah pantai Kuta, jalan kaki, menikmati saat-saat trip terakhir. Dan diperjalanan barulah kami menyadari adanya Pasar Seni Kuta, pasar tradisional Kuta yang menjual berbagai karya seni dan oleh-oleh khas Bali dan harganya jauh lebih murah dari yang saya beli kemaren di toko. Dan naluri wanita yang hobi belanja, apalagi murah, saya membeli oleh-oleh lagi disini, sedikit menyesal kenapa saya baru tau sekarang kalau ada pasar seni didekat Kuta Square, dekat jalan Pantai Kuta yang bisa dibilang sering kami lewati. Sore makin menjelang, kami memilih makan sore sebagai ganti makan malam yang tak bisa kami dapatkan dibandara tentunya, makan di Kuta Food Court, sedikit menyesal juga kenapa tak dari awal coba makan disini, karena rasa makanan seafoodnya benar-benar enak dan pastinya fresh serta harganya juga bersahabat, mungkin karena tempatnya yang dilihat dari luar tidak menarik dan nyaman dibanding makan di mal, tentu saja. Tak dapat menikmati sunset hari ini karena harus segera ke bandara, bukan karena pesawat akan berangkat cepat, tapi karena waktu penitipan tasnya jug tak enak jika harus sampai malam, dan mencari taksinya juga akan sulit saat malam di jalan Legian, karena banyaknya orang-orang yang berkeliaran disana saat malam apalagi malam minggu saatnya party. Sampai dibandara, duduk sebentar di cafe sekitar terminal departure, masuk ruang tunggu kami langsung berangkat ke jakarta. Nyampe dijakarta sudah hampir tengah malam, pukul 10 malam. Day 12 – 24 Juni Berhubung pesawat Bali Jakarta, Jakarta Padang nya berbeda, jadilah kami harus pindah ke terinal yang jaraknya cukup jauh, untung asih ada shuttle bus saat itu, karena walau sampai dibandara pukul 10 malam, kami baru bisa keluar bandara menuju bus stop shuttle busnya sudah pukul 11 malam. Berangkat ke terminal keberangkatan dengan shuttle bus tengah malam, dan harus berangkat ke Padang esok subuh. Bandara menjadi satu-satunya pilihan untuk beristirahat, sama seperti waktu pertama kali sampai di Bali, kali ini kami menginap lagi dibandara. Untungnya bandara Soetta memiliki mushalla yang bagus, berAC, tepisah pria dan wanita nya, bersih hingga tak ada nyamuk yang menggangu istirahat kami. Letak mushalla yang didalam dekat ruang tunggu juga menjadi keuntungan sendiri untuk keamanannya. Subuh datang, kami bersiap-siap dan terbang kembali ke Padang kembali ke kampung halaman mengakhiri perjalanan panjang penuh suka duka. Mendarat dengan aman di Padang, disambut mama di bandara, rindu jadi lepas, pengalaman yang didapat semakin terbekas diingatan maupun dihati, tak ada penyesalan berarti dalam perjalanan ini, ingin mengulangnya lagi, mungkin ke tempat yang berbeda, agar pengalaman yang didapat lebih beragam. Mungkin tak begitu banyak kesenangan selama perjalanan ini, tapi bagaimana kami bisa tetap survive dan menikmati setiap langkah, menjadi nilai lebih tersendiri dalam hidup.
Day 5 – 18 Juni Ini dia perjalanan sebenarnya buat liburan, jam7 pagi kami sudah dijemput ke penginapan, kami berangkat ke padang bay bersama para bule-bule entah siapa, dan akhirnya kenal satu bule cowo ganteng mana matanya hijau lagi, namanya Lucas. Mana dia tinggi putih, kayak kulit-kulit bule eropa (emang bule america yang white people engga kayak gitu?), atau mungkin dia emang orang rusia? Aduh gak tau lah ya, yang jelas wajah gantengnya masih terbayang-bayang sekarang ini, kalau dibandingin sama Leonardo de Caprio zaman muda dia gak kalah deh. Oke balik ke topic awal setelah intermezzo barusan, kami singgah sebentar ke pantai sanur, akhirnya bisa juga ke sanur, hehehee… dan sampai di Padang Bay dengan selamat. Di Padang Bay kami ngambil tiket disalah satu agent disana dengan modal bukti pembayaran uang muka di Kuta kemaren dan melunasi semua pembayaran disana. Kami ke pelabuhan buat naik boat, yang ada dipikiran pertama ini boat kenapa kecil ya? Ternyata kami dikasih fast boat kelas 1, apa itu fast boat namanya sembaya atau apa, saya lupa yang jelas bukan marina srikandi. Kenapa saya bilang kelas 1? Ya karena boat nya benar-benar bagus, emang gak sebagus private boat ya, tapi ini boat punya kursi yang empuk banget, full AC, musik (musik bali yang bikin tidur) dan nyaman, buktinya aja salah satu artis Indonesia saja naik boat ini, Aryo Wahab sekeluarga, jadi gak mungkin boat ini ece-ece semata. Oke, 400rb gak kemahalan kok. Dan selama kurang lebih 1jam diperjalanan sampailah kami di surga dunia, surga Indonesia, pulau buat bulan madu, pulau berpasir putih dan air laut yang biru bersih, pulau yang katanya pusat party para wisatawan, Gili Trawangan. Sampai disana kamu bakal langsung disambut sama mas-mas yang nawarin penginapan dari harga 200rb hinggaaa mau berapa juga bisa. Karena gak sempat nyewa kamar via internet jadilah kami menyewa sebuah kamar 200rb semalam plus breakfast, gak jauh dari pelabuhan dan tepat didepan kantor camat apa kantor lurahnya ya. Namanya saya lupa, hehee bungalow melati atau penginapan melati gak ingat deh, yang jelas itu kamar nyediain double bed, shower, kipas angin plus teras depan. Gak mau lama-lama di penginapan, kami langsung keliling gili trawangan sambil nyari makan siang. Dan bener aja, makan di siang di Gili Trawangan ini benar-benar mahal, makan soto aja 20rb tapi mau gimana lagi, daripada makan mie rebus 15rb? Untung rasa sotonya enak banget, jadi gak merasa sebel deh. Dan kami juga sempatkan mengunjungi beberapa tempat yang nawarin snorkeling keliling gili trawangan, gili air, gili meno. Cuma akhirnya kami memilih bantuan mas yang punya penginapan biar dapat wisata snorkling terbaik hanya dengan bayar 100rb. Sorenya kami menyewa sepeda yang seharinya disewakan seharga 50rb, benar benar bermanfaat karena memang tidak ada kendaraan bermotor di pulau ini, transportasinya kalau gak sepeda ya cidomo (istilah orang padang, bendi atau delman, tau kan?) dari ujung timur hingga ujung barat kami bersepeda, maunya sih mengelilingi cuma kami gak tau jalan, takut nyasar, mana sepi juga kan dibeberapa tempat cuma kayak hutan gitu. Dan sampai di barat pulau yang semakin sepi kami kembali dan berhenti sejenak di sunset point, menikmati sunset pulau ini, benar-benar indah walau sunsetnya tertutup awan. Dan perjalanan mengelilingi pulau ini benar-benar menenangkan, pemandangan pantai yang indah terjaga tak bisa diungkapkan lagi dengan kata-kata, wajar pulau ini dibilang dan dipuji seperti awal tadi saya bilang. Sebelum balik ke penginapan, kami sempatkan membeli makanan bakar-bakaran cuma jagung bakar sih, habis kalau beli seafood bakar yang terkenal enak itu pasti mahal, mupeng deh ngeliatin mas nya bakar-bakar berbagai seafood itu. Lain kali deh ya, lain kali kalau ada duit disempatin deh, yang di cafe sama restoran malah. Nyampe dipenginapan, pas lagi membabat habis jagung bakar yang nikmatnya itu berbeda, enaaakkk banget, mas yang jaga penginapan nanyain pertanyaan yang sama dengan bli di arthawan kemaren, “gak keluar pergi party dek?” saya cuma jawab sambil nyengir, “hehe engga mas, gak biasa, lagian capek juga”, masnya malah jadi persuasif, “rugi loh gak coba party disini, disini kan party nya sampai bule-bule itu merasa wajib party disini”. Sebenarnya gak itu sih yang dibilang mas nya, tapi kurang lebih arahnya kesana lah ya, dan saya cuma balik cengingisan. Day 6 – 19 Juni Bisa dibilang ini dia harinya menikmati liburan dilaut. Dan hari ini ulangtahun papa, sayang gak lagi dirumah, ucapin salamnya via telp aja deh. Tapi untung kado yang kemaren dibeli di Banding udah sampai dirumah. Setelah selesai sarapan ala kadar penginapan, sepiring pancake pisang yang biarpun biasa-biasa aja tapi mengenyangkan dan nikmat ditambah madu murni sebagai topping (duh, jadi pengen makan pancake pisang ngebayanginnya *ileran*) langsung capcus ke darmaga, atau lebih tepatnya pantai dekat darmaga dipandu mas penginapan yang entah siapa namanya. Disana cuma nyediain pelampung sama snorkel gratis, buat fin nya (sepatu kataknya) (kalau salah-salah dikit kata-katany maafin ya, gak ngerti amat masalah ini) dan ready naik boat menjelajah 3 Gili. Untungnya kami naik boat yang pertama berangkat, jadi gak lama-lama nunggu deh dan untungnya lagi, cuma kami orang Indonesia di boat itu kecuali mas-mas pemandu snorkling dan yang bawa boat ya, semua bule, kenapa untung? Tunggu aja ceritanya. Sayangnya bule pasangan semua, kecuali satu keluarga tuh kayaknya chinese gitu, jadi iri-iri gimana gitu, mereka pada mesraan, nah kita. Diperjalanan menuju tempat snorkling kita bisa menikmati indahnya bawah laut lewat dasar boat yang dari kaca, istilahnya sih glass bottom boat. Cuma karena gak kebagian duduk ditengah kapal dekat glass bottom nya, gak bisa ikutan liat deh, jadinya liat dasar laut dari pinggir boat aja, tapi itu benar-benar bagus, menarik, keliatan semua dari atas boat begitu jernihnya. Pertahankan Indonesia! Sampai di spot snorkling pertama, masih didaerah Gili Trawangan, dipandu salah seorang mas dikapal yang entah siapa namanya, kami menyebutnya mas naruto (kenapa? Naruto tokoh kartun ninja jepang? Iya, karena mas nya emang hiperaktif gitu loncat-loncat sana sini dan bergaya kayak naruto) disini kami melihat kekayaan bawah laut berupa puing-puing bangunan, kayaknya sih rumah atau cafe gitu, cuma karena dibawah laut, jadi indah dengan ada ikan-ikan kecil dibalik tiang-tiang rumahnya. Berbagai jenis ikan lucu ada, ikan badut, nemo, ikan warna-warni gak tau namanya banyak, indahnya tak dapat diungkapkan kata-kata. Sekitar setengah jam sampai satu jam melihat alam bawah laut gili trawangan, kami kembali ke boat melanjutkan perjalanan ke spot snorkling selanjutnya. Kali ini di perairan Gili Meno dipandu mas yang lain, kami menyebutnya mas kura-kura (ini karena mas nya memperlihatkan kami penyu laut dari dekat, trus kenapa kura-kura? Ya kalau mas penyu gak lucu aja) pemandangan yang didapat kali ini berbeda banget sama sebelumnya, kalau sebelumnya seperti puing-puing bawah laut, ini benar-benar keindahan dasar laut dan biota alamnya. Ada lion fish yang beracun, nemo lagi, kerang laut, bintang laut, ubur-ubur (yang kebetulan suka banget nempel dikulit dan nyetrum, mungkin rasanya bukan seperti sentruman besar, karena kebetulan ini ubur-uburnya kecil dan gak keliatan jadi rasanya kayak gatal-gatal perih gitu) dan bahkan beruntungnya ada penyu laut yang melintas. Untungnya lagi jadi satu-satunya orang pribumi mas nya memperhatikan kami lebih dari wisatawan lain, benar-benar diajak endekat ke penyu lautnya. Setiap mas nya ngeliat makhluk laut yang unik, kami pasti dipanggil mendekat buat ngeliatnya, baru diliatin ke yang lain. Benar-benar suatu keberuntungan. Lanjut ke spot terakhir di perairan yang tenang dengan ombak ditengah laut yang cocok buat surfing, berada diantara Gili Meno dan Gili Air. Kali ini wisatawan diberikan waktu bebas tanpa pemandu, jadi yang mau snorkling, diving, berenang, boleh asal dekat boat. Tanpa pemandu melihat alam bawah laut sendirian, benar-benar pengalaman yang berbeda dan tentunya sangat menyenangkan, melihat tumbuhan laut sendiri bahkan bermain-main dengan sekumpulan ikan-ikan kecil mungkin bayi ikan tongkol, berada ditengah-tengah kerumunan bayi ikan. Pengalaman yang tak terlupakan. Satu jam berlalu, perjalanan dilanjutkan ke Gili Air buat makan siang, dan sop sayur jadi pilihan tepat saat itu, perut lapar kedinginan, ditambah duit tinggal sedikit, gak bisa milih-milih makan yang lain. Disaat semua yang lain masih menikmati makan siang dan istirahat di cafe, kami mendapat keuntungan lagi sebagai satu-satunya wisatawan lokal, dibawa jalan-jalan keliling Gili Air sambil dikenalin semua tentang Gili Tralala (Gili Trawangan), Gili Meno dan Gili Air, mas kura-kura benar-benar baik dan ramah. Pukul 3 siang waktu setempat, kami semua balik ke Gili Trawangan mengakhiri perjalanan 3Gili yang luar biasa ini, terimakasih mas kura-kura, mas naruto dan mas yang bawa boat. Jauh-jauh dari Padang ke Lombok buat snorkling dan tiada penyesalan sedikitpun. Sampai di Gili Trawangan, kami mengambil tiket pulang ke Kuta berangkat besok pagi, sebenarnya masih mau berlama-lama di Gili, tidak cukup waktu hanya hingga besok, tapi apa boleh buat saat hati dan pikiran tak sejalan dengan kantong celana. Berhubung itu malam terakhir disana, semua hal dilakukan, main sepeda lagi keliling Gili, duduk di sunset point buat terakhir kalinya saat trip ini, dan balik ke penginapan. Ternyata udah dicariin sama yang ngerentalin sepeda, kami dikira bawa kabur sepedanya karena udah lewat 24jam peminjaman. Malamnya kami memilih mencoba menikmati Gili Trawangan pulau party, kami ikutan party makan bakso didekat darmaga ditemani sepoi-sepoi semilir angin laut. Maunya sih duduk di cafe atau bar buat makan seafood atau apalah, tapi yaa (besok kalau balik lagi gak boleh sekere ini) dan selesai makan mulai lah hunting oleh-oleh baju buat diri sendiri dan abang adek, baju khas Gili Trawangan seharga 70ribu rupiah, mahal emang jika dibandingin sama di Bali, tapi toh makan aja dua kali lipat, jadi ya tetaplah gak papa. Day 7 – 20 Juni Habis sarapan pancake pisang yang sama kayak kemaren pagi, kami berbenah membereskan tas buat balik ke kuta. Pukul 10 kami berangkat dari darmaga Gili Trawang ke Kuta dengan boat yang lebih besar, kali ini engga ekslusif kayak kemaren berangkat, kalau gak salah marina srikandi, fast boat umum biasa. Dan sebelum lanjut ke kuta, kami singgah sebentar di pantai senggigi, (sampai juga dipulau lombok yang sebenarnya) tak lama sampai akhirnya harus kembali ke kuta. Dari senggigi ke padang bay lalu naik mini bus ke kuta. Harusnya kami engga bali ke kuta, tapi balik ke Ubud atau Denpasar, tapi lagi-lagi masalahnya dikantong, ya menyerahlah kami. Turun di Monumen Bom Bali I dan jalan sedikit memasuki Poppies Land II buat ke arthawan lagi. Nginap disini lagi sampai nanti kami balik ke Padang, toh kami dapat kamar yang lumayan bagus, bli nya ramah banget, dikasih sarapan juga. Jadi gak ada alsan buat cari penginapan lain. Karena kecapean jadilah tidak kemana-mana hari itu. Saat sore perut lapar berbunyi, kami keluar ke arah Jalan Legian buat cari makan padang, kami tau satu tempat disana yang kalau keluar dari Poppies Land II ke arah Momumen Bom Bali I jalan terus ke arah alf*mart dan terus saja dideretan itu ada rumah makan padang yang saya lupa namanya. Rindu kampung halaman sedikit terobati dan perut full pun bisa diajak jalan berkeliling, dari Legian ke Pantai Kuta menggeliling, bermain sebentar didaerah Kuta Square dan kembali ke penginapan untuk tidur beristirahat.
Sekitar 1 tahun 6 bulan yang lalu, rencana ke bali ini udah ada dan udah di depan mata. Sehari sebelum pemesanan tiket, kabar buruk datang, salah seorang tante saya meninggal dunia, apa mau dikata. Perjalanan ditunda hingga 1 juni 2013 kemarin saya dan kakak sepupu diberi hadiah tiket pesawat yang murah karena kakak baru lulus dan saya baru saja berulangtahun. Ingat, yang MURAH! Langsung deh otomatis kami minta tiket ke bali. Penuh perjuangan siang malam nyari tiket murah sehabis kuliah. Akhirnya 4 juni 2013 tiket PDG-CGK BDO-DPS DPS-CGK CGK-PDG didapat seharga 1,7jt buat 1orang. Murah kan? Haahaa… sebelum berangkat kami udah pesan dulu hotel dibali buat malam minggu itu, karna takut pas itu peek season gak dapat kamar. Jadilah kamar seharga 200rb semalam di Jalan Raya Legian, Kuta dengan fasilitas AC serta kamar mandi didalam kamar kami dapatkan. Day 1 – 14 Juni Sebenarnya perjalanan ini dimulai tanggal 13 juni malam, terpaksa ngambil pesawat malam, yang paling terakhir gara-gara paginya saya masih ada ujian di kampus, dan siang-sorenya ada acara UKM yang gak mungkin ditinggalin. Berangkat kira-kira jam 20.30 dari padang, nyampe cengkareng udah jam 22.30 aja dan kami harus berangkat ke Bandung malam itu juga karna besok malamnya juga harus berangkat ke bali. Berharap bisa berangkat naik Cipaganti, tapi karna udah kemalaman itu travel udah gak ada lagi. Tapi untung ada abang sepupu saya udah nungguin di cengkareng dan nyariin travel buat ke Bandung, bukan travel resmi sih, tapi 250rb berdua saya rasa gak kemahalan untuk tarif tengah malam. Nyampe di Bandung udah subuh aja, untung ada teman saya Okky yang setia semalaman gak tidur menunggu kedatangan saya. You are my best, dude. Nyampe bandung isi perut bentar di M*D dago, habis itu istirahat ke kostan salah seorang teman saya, Ipeb yang sayangnya lagi di Jakarta. Sebelum waktunya shalat jumat saya dan kakak yang sama-sama belum pernah ke Bandung memberanikan diri ke Ciwalk naik angkot dengan bantuan telp dari sana sini. Di Ciwalk kami jalan-jalan sebentar, makan, dan membeli beberapa titipan dan hadiah ulang tahun buat papa saya. Dan untungnya siang itu salah seorang teman saya Alvin bisa menemani saya buat jalan-jalan sebentar di sekitaran bandung. Jadi kami bertiga jalan ke pasar baru, buat nyari barang kakak sepupu saya dan ke BIP. Pengennya sih bisa ke PVJ, kawah putih, transtudio, semuanya deh, cuma berhubung harus berangkat ke bali malam itu juga gak bisa deh. Dari Dago kami ke Bandara naik taksi yg begitu susah nyarinya (lebih tepat jika dibilang susah dicari beberapa teman saya fahmi, okky, Alvin) dengan membayar 50rb. Mahal ya? Gpp lah, yg penting nyampe bandara. Days 2 – 15 Juni Mendarat di Bali kira-kira jam 23.45 WITA dan kami berdua bingung mau kemana. Langsung ke hotel naik taksi gak mungkin, karena takut naik taksi malam-malam saat pertama kali ke Bali dan gak kenal siapapun disini. Lagian hotel yg udah dipesan bukan untuk hari ini, tapi untuk tanggal 16-17 juni, maklumlah nyari yg paling irit beginilah jadinya, kami berlabuh di mushalla bandara yang ternyata telah dihuni juga oleh 2orang wanita. Buat yang berencana mau nginap di mushalla Ngurah Rai harus siapin lotion anti nyamuk ya. Karena banyak nyamuk dan mushallanya gak ada pintu, tapi aman kok. Setelah pagi, kami keluar dari kawasan bandara, dan ternyata hujan deras. Nunggu lagi deh sampai hujan lumayan reda buat nyari taksi Blu*bird biar gak ketipu dan dapat murah. Dengan 20rb kami sampai di depan hotel, ini 5x lebih murah dibanding kalau harus pakai bantuan shuttle bus buat berdua, atau 2,5x lebih murah dibanding naik taksi bandara (hitung sendiri deh berapa akumulasinya). Ternyata saat sampai di hotel Aquarius Legian, Kuta, yang katanya bisa check in jam9 pagi, bohong semata ini hotel sama aja kayak hotel lain, check in nya baru bisa dilakukan setelah yg nginap check out (ya iyalah, ternyata kamarnya pada penuh) dan itu jam12. Padahal kami udah sampai hotelnya jam8 pagi. 4 jam menunggu tak tau kemana di Legian yang kalau pagi itu 180derajat berbeda dengan malam, kosong melompong! Parahnya hari itu hujan, walau gak hujan lebat, tapi gak bisa juga dibilang hujan gerimis. Karena malu kelamaan nunggu di hotel yang tak berlobby tersebut, berangkatlah kami menyusuri jalanan legian yang sepi. Hingga memilih berlabuh di alf*mart dekat Monumen Bom Bali I, sarapan dengan roti bekal dari Bandung kemarin dan secangkir cappucinno panas dikala hujan yang makin deras. Untung hujannya tak mau terlalu lama membasahi Tanah Kuta, hingga tepat pukul 12.00 kami bisa kembali ke Hotel dan tak perlu menunggu lama agar bisa masuk kamar, karena bulenya udah check out (akhirnyaaa hehehee…). Tak lama berberes-beres dikamar terbilang besar untung harga 200rb permalamnya di Jalan Legian (pusat party nya Kuta) lengkap dengan teras depan karena kamarnya berupa bungalow namun tetap, ada AC dan kamar mandi bath up plus shower (ini dia kamar murah, bagus, bersih, ditengah-tengah Legian Kuta Bali. Gak percaya? Search aja di google), kami pingsan. Pingsan dikasur super duper empuk setelah cukup letih selama perjalanan. Saat bangun, udah sore aja ternyata pukul 4.00 sore karena tenaga udah full habis di charged, jalan-jalan deh kami dari legian ke Jalan Raya Kuta, juga melancong dikit agak jauh naik taksi ke Joger (pusat oleh-oleh dari bali buat beli sandal yang bersejarah banget!), ke Pantai Kuta, lalu singgah ke mall Beachwalk Kuta Bali, masih dekat-dekat situ juga sih, dan balik ke penginapan melalui Poppies Land 2. Poppies Land 2 ini surganya penginapan backpacker harga penginapannya murah semua, dimulai dari 100ribu permalam dan gak usah takut kehabisan kamar, karena sistimnya yang gak bisa booking via internet, jadi harus kesana langsung baru bisa nginap, serta kamar yang disediakan sangat banyak, jadi jangan khawatir. Sambil pulang ke penginapan, sambil nyari-nyari penginapan deh di poppies land 2, masih liat-liat aja sih, belum tanya-tanya. Dan akhirnya ketemu lah hostel yang terkenal murah, bersih, dan pelayanannya yang baik ini. Day 3 – 16 Juni Arthawan hostel menjadi pelabuhan kapuk kami untuk malam-malam selanjutnya. Bermodal 100rb permalam, dibagi dua, benar-benar cocok buat backpacker kayak kami. Kamar dengan double bed, kipas angin, shower, westafel, lemari plus teras depan ini benar-benar membantu, apalagi letaknya yang strategis di Poppies Land II, gak sulit kok nyarinya. Bli disini juga nyediain penyewaan motor, jadilah kami menyewa motornya 50rb perhari. Selesai sarapan yang agak kesiangan di hotel kami beres check out dan pindah ke kamar hostel arthawan, beres-beres sedikit di arthawan, kamipun melanjutkan perjalanan menjelajah daerah south kuta. Bermodalkan motor pinjaman (atau rental mungkin lebih tepat) kami mengunjungi daerah wisata yang menjadi maskot Bali, Garuda Wisnu Kencana, ya standar lah, cuma foto-foto udah deh, lanjut lagi jalan ke yang lebih selatan di south kuta, uluwatu temple. Ini benar-benar tempat yang strategis buat beribadah atau menghilangkan stress, terletak di ketinggian tebing yang berbatasan langsung dengan laut. Bunyi deburan ombak, angina yang berhembus, serta bukit padang rumput di seberang pura menjadikan pendakian dan perjalanan jauh yang ditempuh ini worth it. Tapi ingat satu hal, di uluwatu temple ini terkenal banyak monyet berkeliaran, memang ramah namun yang namanya hewan pasti tertarik dengan sesuatu yang warna-warni dan berkilauan, seperti kacamata, kalung, gelang, jam tangan topi, bahkan sandal baru saya yang kemaren dibeli, lucu dengan bunga ditengahnya warna-warni menjadi sasaran para monyet itu saat saya hendak masuk. Monyet itu mengambil sandal saya dan membawanya kabur, untung kaburnya gak jauh, jadi bli yang jadi guide disana menawari kami menukarkan sandal saya itu dengan pisang miliknya, tanpa pikir panjang, langsung saya oke, sandal saya kembali, namun ternyata harga pisang yang dilepar bli itu lebih mahal dari sandal saya 50rb mau bilang apalagi coba. Lagian memang salah saya yang tak percaya dibilangin sandal saya bakal jadi sasaran monyet-monyet itu, saya malah sok-sok an sampai akhirnya sandal ini harganya jadi lebih dari 2x lipat harga aslinya, mana disepanjang jalanan di uluwatu temple ini saya harus nyeker. Bener deh, besok jangan pakai apapun yang menarik dan warna-warni kesini ya, cukup sandal jepit biasa. Dari uluwatu kami balik ke kuta sedikit memutar melewati padang-padang beach, itu tuh tempat syuting eat pray love dan salah satu surga para surfer. Dan lanjut jalan ke jimbaran dan makan siang disana, jangan banyangkan kami makan di tempat seafood yang mahal-mahal itu ya, kami cuma makan nasi pedas kok, nasi pedas yang gak terkenal juga, tapi enak dan pedas. Takut sampai kuta kemalaman, kami balik ke hostel tak lama setelah makan. Tak disemua tempat dan sudut kami bisa foto-foto, jadi kenangan yang didapat lebih banyak tersimpan di memori otak deh, katanya kan kenangan dan pengalaman itu lebih berharga daripada sebuah benda (seperti foto gitu, tapi nyesal juga gak foto-foto, lain kali deh ya). Day 4 – 17 Juni Bangun pagi, sarapan dengan roti bekal dari Bandung kemaren sama susu yang dibeli di *lfamart disamping penginapan, journey hari kedua kami lanjutkan, kali ini kami pergi kearah kuta bagian utara, tanah lot, cukup lama dan jauh dari kuta, hampir satu jam saya membawa motor, (record tersendiri untuk saya) akhirnya kami sampai di tanah lot, gak tau kenapa disana sepi, apa karena kami kesana hari senin atau karena kami sampainya kesiangan? Jam12an kami udah sampai disana katanya sih sunset di tanah lot bagus banget, cuma kami gak punya cukup banyak keberanian balik kepenginapan malam-malam. Dan kami lanjutkan perjalanan ke daerah seminyak dan langsung pulang ke kuta. Benar-benar harus berterimakasih kepada google map yang telah bersedia menjadi pemandu jalan hingga kami gak nyasar selama jalan keliling-keliling bali. Gak tau gimana deh jadinya kami tanpamu google map. Sorenya kami udah dipenginapan, mencari-cari agent yang menawarkan perjalanan murah ke Lombok disekitaran Poppies Land II hingga bertemulah dengan bli yang stand nya pas didepan penginapan menawarkan harga paling murah untuk ke Gili Trawangan, 400rb saja Kuta-Gili Trawangan-Kuta atau kalau mau balik ke Denpasar, Ubud juga boleh, harga tidak berubah. Itu udah termasuk shuttle bus, boat nya juga fast boat lagi, yang jelas kami tau sampai penginapan aja deh. Selesai mengurus ini itu sama bli nya kami lanjutkan perjalanan keliling Kuta, karena kami rasa itu hari terakhir kami di Kuta, karena balik dari Gili kami berencana ke Ubud sama Denpasar aja.