Bak puisi dahulu
Begitu banyak bintang yang bersinar
Namun hanya satu bintang
yang bersinar terang dihatiku
Itulah perasaanku padamu
Kau bintang yang paling terang
Kau bintang yang paling bersinar
Kau bintang yang menyinari tiap hariku
Kau bintang yang pertama yang slalu hidup
Hidup di relung hatiku
Namun kini aku kehilangan sinarnya
Tak mungkin lagi aku mencapainya
Tak bisa lagi aku lihat cahayanya
Aku telah disilaukan sinarnya
Kini aku buta
Tak bisa melihat disaat malammu bersinar
Tak bisa melihat disaat terang muncul
Tak bisa melihat disaat air jatuh membasahiku
Tak bisa melihat disaat kau ditutupi
Entah kapan aku bisa melihat sinarmu lagi
Apa aku masih bisa melihat indahnya cahayamu
Mungkinkah aku menggapaimu
Jika terjadi aku tak ingin disilaukan
Aku tak ingin melepaskanmu
Izinkan aku melihat cahayamu
Walau hanya dari kejauhan
Karena kau penerangku
Begitu banyak bintang yang bersinar
Namun hanya satu bintang
yang bersinar terang dihatiku
Itulah perasaanku padamu
Kau bintang yang paling terang
Kau bintang yang paling bersinar
Kau bintang yang menyinari tiap hariku
Kau bintang yang pertama yang slalu hidup
Hidup di relung hatiku
Namun kini aku kehilangan sinarnya
Tak mungkin lagi aku mencapainya
Tak bisa lagi aku lihat cahayanya
Aku telah disilaukan sinarnya
Kini aku buta
Tak bisa melihat disaat malammu bersinar
Tak bisa melihat disaat terang muncul
Tak bisa melihat disaat air jatuh membasahiku
Tak bisa melihat disaat kau ditutupi
Entah kapan aku bisa melihat sinarmu lagi
Apa aku masih bisa melihat indahnya cahayamu
Mungkinkah aku menggapaimu
Jika terjadi aku tak ingin disilaukan
Aku tak ingin melepaskanmu
Izinkan aku melihat cahayamu
Walau hanya dari kejauhan
Karena kau penerangku
04.37 |
Category:
puisi
|
0
komentar
Comments (0)