Oleh : WR, HPHW, UN
(2009)
Tengadahkan wajahmu angkat kedua tanganmu
Ingat berapa lama hidupmu sia-sia
Ingat kapan terakhir kali kau ucap ‘Lailahaillallah’ hingga membuat hatimu bergetar
Kapan terakhir kali kau terhanyut dalam bacaan alquran, memahaminyya ditengah kesunyian malam
‘Dengarkanlah’ air matamu akan mengalir jika kau bernar-benar merasakan
Temukan suatu tempat, begitu panas sangat menakutkan
Yang terdengar hanya jeritan kesakitan dan teriakan kepedihan
Dan yang kau lakukan hanya menangis, merintih mengucap penyesalan
Tuhan berkata
“Kenapa tak kau telingamu untuk mendengar yang baik
Kenapa tak kau gunakan matamu untuk melihat yang baik
Dan kenapa tak kau gunakan mulutmu untuk bicara yang baik
Ketika dunia berhenti berputar, ketika itu manusia tak sanggup lagi berharap
Ketika matahari digulung dan tak kan bisa lagi menerangi
Dan dalam sekejap menelan semua kemunafikan
Ketika itu laut menyerang membongkar semua kesombongan manusia,
Ketika itu mulut tak lagi bersuara,
Semua terendam dalam pekikan dan kematian
Dan ketika itu kita kan sadar, betapa kecilnya kita dihadapan Tuhan,
Dan ketika itu kita sadar, betapa seringnya kita mediami perkataan Tuhan
Jika hari itu tiba, kau akan berpikir, andaikan aku tak begitu, ohh…
Betapa indahnya surga itu, tapi tiba-tiba kau terjatuh
Kedalam NERAKA
Api setan itu akan tersenyum menanti kedatanganmu
Masih bisakah kau berkata suci, sedang kau tak pernah mensucikan diri,
Masih bisakah kau mencari cacat orang lain, sedang kau tak pernah menyadari kecacatanmu,
Masih bisakah kau tertawa, sedang kau belum cukup siap untuk menghadapi hari itu
Kemana kau akan mengadu? Hartamu tak bisa membawamu keluar,
Bahkan cinta yang kau puja tak bisa berbuat apa-apa,
Cintailah siapa yang membuat cinta…
Camkan… hari itu benar-benar ada
Entah hari ini, entah esok, entah kapan…
00.25 |
Category:
puisi
|
0
komentar
Comments (0)