Dilema atau galau? Kalau kata dilema yang digunakan kesannya terlalu berat terlalu dewasa, mungkin yang lebih cocok untuk perasaan Cinta saat ini itu galau. Biar dikira anak gaul zaman sekarang yang tiada hari tanpa galau. Sebenarnya galau itu apa sih? Galau adalah suatu perasaan tak menentu, keraguan yang menganggu. Kenapa jadi ngomongin galau? Cinta telah lama mengurung diri dari dunia percintaan. 2 tahun bukan waktu yang sebentar untuk mencintai diri sendiri dan melupakan semua kenangan lalu. Selama itu Cinta berfikir apa pacaran itu penting? Apa mencintai orang sebelum adanya ikatan itu perlu? Kejadian lalu yang membuat Cinta stress dengan putusnya hubungan Cinta dengan Aya, pria yang Cinta cintai melebihi dirinya sendiri, masih meninggalkan sebuah peringatan besar untuk tidak asal dalam mencinta. Cinta tidak lagi anak kecil yang berfikir dan bertindak sesuai kehendak hatinya, kini Cinta lebih dewasa, berfikir lebih realistik. Perasaan hati bukan hal utama yang difikirkannya. Banyak hal yang lebih penting. Keluarga, pendidikan menjadi prioritasnya. Tapi apalah daya Cinta saat dia kembali. Dia yang dulu pernah menemani hari-hari Cinta saat masih mengenakan seragam putih biru. Pria tampan, konyol, playboy, dan berandal. Kini dia datang setelah 5 tahun kami putus membawa banyak perubahan. Ia tidak lagi berandal, kini ia menjadi pria bertanggungjawab, sangat mencintai keluarganya, bukan playboy lagi tapi dia pria yang sering dihanyutkan oleh perasaan. Konyol, menghibur tetap pada dirinya yang kini telah dewasa. Raffi, mantan yang telah menjadi sahabat baikku beberapa bulan terakhir menyatakan isi hatinya agar bisa kembali menjalin hubungan yang lebih baik dari dahulu. Cinta bingung, galau, apa dia harus menerima Raffi sebagai kekasihnya atau menolak Raffi dan menyakitinya lagi serta mengajaknya menjadi sahabat lagi. Cukup satu kali Cinta menyakiti hati Raffi saat dahulu meminta putus dengan alasan yang tidak jelas. Tapi apa menerima Raffi pilihan yang tepat? Cinta sendiri pernah berkomitmen untuk tidak berpacaran dengan orang tidak serius untuk mengarah menikah, karena dia terlalu sakit untuk ditinggal orang yang sangat dia cintai. Dan Cinta masih sangat senang dan bahagia jika dilirik serta mendapat perhatian kecil dari salah seorang temannya di kampus. Cinta tak bisa memutuskan hal itu sendiri, hingga ia membuat sebuah perjanjian tertentu yang jika dilakukan Raffi, Cinta akan menerimanya, tapi hal itu tak diberitahu Cinta kepada Raffi, perjanjian itu hanya Cinta yang tau. Dan ternyata Raffi melakukan hal tersebut untuk Cinta. Tepat pada hari mereka bertemu, Cinta bingung, tapi dia tidak boleh mengikari janji yang dibuatnya sendiri. Telah diperingatkan oleh Putri, sahabat Cinta saat ini untuk memikirkan lebih matang hal ini, jangan karena tidak enak menolak, atau kesenangan sesaat, dan paling penting jangan menyesal mengambil keputusan tersebut karena cinta tak dapat dipaksakan. Dan apa yang dapat dilakukan Cinta saat Raffi menagih jawaban tersebut? Cinta menepati janjinya dan menerima Raffi. Tidaklah buruk menjalin hubungan dengan mantan karena telah saling mengetahui sifatnya satu sama lain. Dan Raffi bukanlah orang yang buruk untuk dibawa diskusi mengenai hidup, karena hidupnya jauh lebih berat dari Cinta. Cinta sama sekali tidak menyangka Raffi akan sangat mencintainya, karena Cinta sekarang lebih cuek, lebih tertutup dan menjaga privasinya, terutama hubungannya dengan pria. Bahkan Raffi juga masih banyak ingat kejadian-kejadian masa lalu saat mereka masih bersama. Cinta yang saat itu hanya memiliki perasaan sayang sebagai sahabat terhadap Raffi merasa sangat bodoh. Bagaimana mungkin Cinta bisa menyakiti Raffi lagi? Kini Cinta sedang belajar mencintai Raffi, walau sedikit sedikit, cinta berusaha agar benih-benih cinta tumbuh dalam dirinya untuk Raffi. Namun dicintai seseorang sepenuh jiwa, dan tidak dapat membalas sebesar cinta yang diberikan, benar-benar membuat Cinta merasa tersiksa. Dan bayangan teman Cinta di kampus juga masih sering muncul dibenak Cinta walau Cinta sedang bersama Raffi. Teman Cinta di kampus yang kembali mendekati Cinta entah kenapa, dan juga kenapa harus mendekati lagi disaat Cinta telah bersama Raffi? Cinta benar-benar bingung menghadapi hal ini, ia tidak ingin menyakiti Raffi yang sangat mencintainya tapi Cinta juga tidak bisa berbohong dan berkata kalau dia tidak senang saat teman dikampusnya itu mendekatinya lagi. Yang dipegang Cinta saat ini, hanyalah komitmennya yang pernah ia buat beberapa saat lalu bersama Raffi. Karena masih terlalu awal bagi Cinta untuk menyerah belajar mencintai seseorang yang telah mencintainya. Satu hal yang kini ia sadari, bahwa dicintai saja itu tidak bahagia, tapi beban. Yang bahagia itu saat dicintai dan mencintai.
Jika dikatakan menyendiri, kata itu kurang tepat mendeskripsikan keadaan Cinta saat ini. Cinta hanya menutup diri dari pria-pria yang mendekatinya. Namun tidak jarang Cinta merasa aneh kepada dirinya sendiri yang terkesan tak akan didekat para lelaki. Biarlah hal itu, cinta tak terlalu memperdulikannya. Cinta hanya akan mencintai dirinya sendiri dan keluarganya terlebih dahulu, hingga ia akan benar-benar siap untuk menerima dan mencintai orang lain dalam hidupnya. Dan Cinta tidak sendiri, masih ada teman-temannya yang selalu didekat Cinta dan tempat Cinta berbagi. Cinta pernah didekati oleh salah seorang temannya di kampus, tapi Cinta tidak memberikan respon yang lebih, karena Cinta yang kini lebih cuek dan tidak agresif, walau sebenarnya Cinta memendam rasa suka kepadanya sejak awal kuliah. Tapi ternyata yang namanya pria itu sekali pdkt dia tidak hanya mendekati satu orang saja, dia juga mendekati orang lain. Nyatanya, saat itu dia pdkt dengan Cinta dan beberapa hari tidak menghubungi Cinta lagi dan tiba-tiba dia telah jadian dengan teman kampus Cinta yang lain. Cinta hanya tertegun atas apa yang dilakukannya, tak tahukah dia kalau ada yang tersakiti? Cinta juga pernah didekati pria lain, tapi pria ini berbeda, dia banyak dekat dengan wanita dan entah kenapa dia bisa mendekati Cinta yang bukan salah satu diantara sekumpulan wanita yang anggap saja geng yang dekat dengannya. Cinta senang berada didekatnya, karena ia selalu menghibur, dan Cinta menyadari kalau dia mendekati bukan untuk dijadikan pacar dan dia lebih cocok dijadikan sebagai sahabat. Kami dekat, bahkan setelah dia jadian dengan orang lain pun kami tetap teman dekat sepertii dahulu. Senior, Cinta tidak tau apa yang ada dibenaknya kini, apa dia terlalu merasa lebih atas perhatian-perhatian kecil yang diberikan orang lain padanya? Sama halnya dengan senior Cinta yang satu ini, bisanya memandangi Cinta setiap kesempatan itu ada. Apa Cinta selalu salah dimatanya? Yang pasti Cinta tidak mau GR karena senior ini, karena ia tidak melakukan apapun untuk Cinta, ia hanya memandangi. Dan orang yang sempat disukai Cinta di kampus, kini telah putus dengan pacarnya. Dia kembali lagi mendekati Cinta, tak tau apa maksud dan tujuannya, Cinta hanya bersikap seperti tak pernah terjadi apa-apa pada diri Cinta. Dan Cinta mulai mencoba untuk meyakinkan diri kalau dia tidak akan mungkin mau serius dengan Cinta, karena Cinta sangat berbeda dengan mantannya, Cinta bukan tipenya dan Cinta tak ingin diberi harapan palsu lagi olehnya untuk kedua kalinya, walau sebenarnya Cinta menyukai harapan tersebut.
Oleh : WR, HPHW, UN (2009) Tengadahkan wajahmu angkat kedua tanganmu Ingat berapa lama hidupmu sia-sia Ingat kapan terakhir kali kau ucap ‘Lailahaillallah’ hingga membuat hatimu bergetar Kapan terakhir kali kau terhanyut dalam bacaan alquran, memahaminyya ditengah kesunyian malam ‘Dengarkanlah’ air matamu akan mengalir jika kau bernar-benar merasakan Temukan suatu tempat, begitu panas sangat menakutkan Yang terdengar hanya jeritan kesakitan dan teriakan kepedihan Dan yang kau lakukan hanya menangis, merintih mengucap penyesalan Tuhan berkata “Kenapa tak kau telingamu untuk mendengar yang baik Kenapa tak kau gunakan matamu untuk melihat yang baik Dan kenapa tak kau gunakan mulutmu untuk bicara yang baik Ketika dunia berhenti berputar, ketika itu manusia tak sanggup lagi berharap Ketika matahari digulung dan tak kan bisa lagi menerangi Dan dalam sekejap menelan semua kemunafikan Ketika itu laut menyerang membongkar semua kesombongan manusia, Ketika itu mulut tak lagi bersuara, Semua terendam dalam pekikan dan kematian Dan ketika itu kita kan sadar, betapa kecilnya kita dihadapan Tuhan, Dan ketika itu kita sadar, betapa seringnya kita mediami perkataan Tuhan Jika hari itu tiba, kau akan berpikir, andaikan aku tak begitu, ohh… Betapa indahnya surga itu, tapi tiba-tiba kau terjatuh Kedalam NERAKA Api setan itu akan tersenyum menanti kedatanganmu Masih bisakah kau berkata suci, sedang kau tak pernah mensucikan diri, Masih bisakah kau mencari cacat orang lain, sedang kau tak pernah menyadari kecacatanmu, Masih bisakah kau tertawa, sedang kau belum cukup siap untuk menghadapi hari itu Kemana kau akan mengadu? Hartamu tak bisa membawamu keluar, Bahkan cinta yang kau puja tak bisa berbuat apa-apa, Cintailah siapa yang membuat cinta… Camkan… hari itu benar-benar ada Entah hari ini, entah esok, entah kapan…
Disini aku sendiri. Merenung dengan sebuah kue ulang tahun dan lilin-lilin cantik menghiasinya. 5 Januari 2012, seharusnya ini menjadi hari yang membahagiakan untukku dan 4 orang sahabatku. Seharusnya lilin ini telah ditiup daritadi. Seharusnya aku bercanda gurau, berbagi cerita, membuat makanan untuk cemilan, dan pastinya bersenang-senang dengan mereka. Seharusnya, ya seharusnya. Ingin aku mengacak-acak kue ini dan aku patahkan saja lilinnya. Tapi kenapa, hati dan jiwa ini tak sanggup bertindak. Masih jelas dalam ingatanku saat awal aku bertemu mereka. Sedikitpun aku tidak menyangka jikalau kami akan menjadi satu. Awalnya, siapa itu Vian? Dia hanya orang asing dari luar kota, salah satu kota yang dilalui garis khatulistiwa dan berobsesi sekali menjadi pemimpin. Atau siapa itu rahma? Gadis kecil, imut, hitam manis dari madrasah. Kenapa ia masuk sekolah umum? Padahal dia kan jilbaber. Entahlah. Lihatlah aku dan dua teman baikku dikelas ini Tya dan Cindy, serta teman-temanku yang lainnya yang memang sudah rayonnya kesini dan tentunya kami satu almamater. Awalnya, Tya memang dekat dengan dengan Vian tapi hanya dekat di luar saja tidak untuk didalam hati. Bahkan tidak jarang kami membicarakan Vian dari belakang. Semua hal yang kami ketahui tentang dia tak luput untuk jadi bahan gunjingan kami. Begitu juga Rahma, kalau dalam bahasa Inggrisnya, "she's nothing." Tapi, saat dia berpacaran dengan salah satu teman baik kami saat SMP, dia mulai dianggap ada. Bahkan teringat jelas dibenakku saat homestay di danau Maninjau. Di kamarku ada tiga orang, tentunya itu adalah Aku, Tya, dan Cindy. Dan tepat dikamar sebelah kami, kamar Vian dan Rahma. Mungkin aku pantas dikatakan sebagai seorang penguntit atau sejenisnya, karena pada saat malam, Aku dan Tya menguping pembicaraan Vian dengan pacarannya. Sangat kurang kerjaan dan benar-benar tidak terpuji. Aku juga ingat kejadian "oyen" yang terjadi malam itu. Saat seseorang mencandai Vian yang sedang beristirahat, karena mengganggap itu panggilan dari seorang teman, Vian langsung saja mengintip dari balik pintu kamarnya dengan pakaian "U can see" berwarna oren. Tak tahu kenapa, ternyata peristiwa itu disaksikan teman-teman yang laki-laki hingga jadilah peristiwa oyen. Jika ada yang bertanya kapan awal kalian menjadi sangat dekat? Aku akan berkata selalu berkata hal yang sama, "aku tidak tahu." Tapi aku tahu kalau kami semakin dekat saat kami mulai les matematika. Setiap sabtu sehabis sekolah kami selalu menyempatkan diri untuk makan bersama di cafe dekat sekolah sambil bercerita berbagai hal, bercanda gurau hingga waktu untuk les tiba. Kadang saat weekend dan tidak ada kegiatan les, kami selalu menyempatkan diri untuk berkumpul di rumahku atau di rumah Rahma untuk sekedar bercerita, menonton, atau kadang mencoba berbagai resep-resep baru. Bahkan, saat-saat tertentu, kami menginap dan esok paginya kami maraton. Semua kisah indah kami lalui bersama dan tidak jarang kami melalui saat-saat sedih dan sulit bersama. Kami selalu menemani Tya sewaktu ia putus dengan pacar yang telah bersamanya hingga tiga tahun, hingga akhirnya ia bisa menemukan pengganti di hatinya. Menemani Rahma saat ia dirawat di Rumah Sakit. Menyemangati Vian dan selalu disampingnya saat kedua orangtuanya harus berpisah. Mereka juga selalu menghiburku saat aku ditinggal pergi oleh pacarku. Tidak jarang juga kami saling mengingatkan dalam berbagai hal. Terutama mengingatkan Cindy untuk tidak terlalu mencemaskan berbagai hal dan mengurangi sifat cueknya. Namun tak jarang kami berantem untuk hal-hal kecil hingga hal-hal besar dan membuat dua diantara kami tidak bertegur sapa. Seperti aku dan Vian yang sering berantem kecil atau bisa dikatakan cekcok. Tapi juga pernah ada kejadian besar yang membuat Rahma harus menjauh dari kami, berawal dari masalah pribadi Vian dengan Rahma lalu berlanjut pada masalah Tya dan Rahma dan membuat Rahma menjauh dari kami. Cerita yang penuh gelombang memang. Tapi kami bersyukur, karena beberapa bulan sebelum UN, kami telah berbaikan dan kembali berkumpul. Tak lama, kami harus berpisah karena kuliah di jurusan yang berbeda, mungkin memang masih satu universitas, tapi kami telah sibuk pada urusan masing-masing. Rahma yang berbeda universitas dengan kami membuat hubungan kami semakin renggang. Tya dan Vian yang berada di satu asrama, memang bisa melakukan banyak hal bersama. Tapi hal itu juga tidak bertahan lama, mereka berdua tiba-tiba saja tidak bertegur sapa lagi. Tenyata ada kesalahpahaman diantara mereka, Vian yang waktu itu meninggalkan Tya begitu saja karena menurutnya, Tya dijemput pacarnya, tapi ternyata tidak. Dengan kekanak-kanakkan Tya membalas perbuatan Vian dengan menyebut kebaikannya saat merawat Vian ketika sakit di Asrama. Sejak saat itulah hubungan kami merenggang. Ditambah lagi kami tidak pernah lagi berkumpul bersama seperti saat pertama kami dekat. Biasanya hari ini selalu kami tunggu-tunggu. Tapi hari ini begitu sepi, tidak ada lagi kebahagiaan seperti dua tahun yang lalu. Saat kami tetap tersenyum bahagia walau merayakan hari persahabatan kami hanya dengan sebuah kue sederhana dan mie goreng buatan sendiri. Sungguh, kebahagiaan hari itu sangat aku rindukan. Tak yakin apa aku bisa merasakan bahagia itu lagi atau tidak. Tak satupun dari mereka yang mengingat hari ini. Aku masih tetap disini, ditemani detak jam, sinar rembulan, serta sebuah kue dengan lilin yang menunggu padam. Aku selalu disini, menunggu, menunggu api yang akan padam.