Hanya keyakinan dan kesadaran yang bisa membuat diri berubah secara instan.

Kepercayaan, impian dan kebahagiaan adalah kado terindah untuk dimiliki.

Yang penting itu proses, bukan hasil.

Bukan pintar yang membuat kita sukses. Tapi keberanian yang mendorong kita untuk sukses.

Hidup dinikmati bukan untuk disesali.

Orang yang saling mencintai,walau terpisah sejauh apapun pasti akan kembali bersama.

Waktu itu seperti air.

Cinta berdiri bukan beralasan "karena", tapi ia berdiri tegar karena "tetapi".

Tulislah mimpi-mimpi mu secara nyata.

Jangan pernah takut bermimpi menakhlukkan bumi.

Jalanilah semua dengan ikhlas, maka kamu akan merasakan indahnya.

Saat mengungkapkan cinta, jangan pernah berharap dia kan menerima cintamu, tapi berharaplah kamu kan bisa mencintainya slalu.

Jika ingin berhasil dan memiliki sesuatu dan ingin menang. selalu dengar kata hatimu. Jika hati tak dapat menjawab, pejamkan matamu dan sebut nama ayah ibumu. Maka kau akan mencapai apa yang ingin kau tuju. Semua kesulitanmu akan ringan dan kau akan menang, hanya kau akan menang.

Cinta adalah keindahan, kejujuran adalah warna keindahan.

Tak ada tuhan yang akan membuat sebuah dunia dengan begitu banyak manusia tanpa seorangpun yang mencintai mereka. Jika dunia dibuat dengan sebuah rencana, seharusnya akan cukup banyak orang untuk mencintai semuanya.
bila ada tangis
maka akan ada tawa disampingnya
bila ada keberhasilan
maka akan ada kegagalan disampingnya
jika aku bisa memilih
antara masa lalu dan masa sekarang
aku akan memilih masa lalu
dimana aku bisa menangis terharu
dan tertawa karenanya
Kami bersedih
Kami merenung
Kami tabah
Akan cobaanMu

Saat Engkau memperingatkan kami
Kau luapkan air kemarahanMu
Kau buat kami yang di timur ini menangis
Kehilangan tempat tinggal
Harta benda
Sanak saudara

Saat Engkau menegur kami
Kau tumpahkan sebagian kebencianMU
Kau buat kami yang dari barat ini tertegun
Akan besarnya kuasaMu
Tingginya diriMu
Dahsyatnya lecutanMu

Saat Engkau menguji kami
Kau keluarkan panas bumiMu
Kau buat kami yang dari selatan ini meraung
Meratapi nasib buruk
Entah kapan berubah
dan berakhir

Kami mohon ampun
Kami mohon ampun
Kami mohon ampun
Tuhan ampunilah kami
Bak puisi dahulu

Begitu banyak bintang yang bersinar
Namun hanya satu bintang
yang bersinar terang dihatiku
Itulah perasaanku padamu

Kau bintang yang paling terang
Kau bintang yang paling bersinar
Kau bintang yang menyinari tiap hariku
Kau bintang yang pertama yang slalu hidup
Hidup di relung hatiku

Namun kini aku kehilangan sinarnya
Tak mungkin lagi aku mencapainya
Tak bisa lagi aku lihat cahayanya
Aku telah disilaukan sinarnya

Kini aku buta
Tak bisa melihat disaat malammu bersinar
Tak bisa melihat disaat terang muncul
Tak bisa melihat disaat air jatuh membasahiku
Tak bisa melihat disaat kau ditutupi

Entah kapan aku bisa melihat sinarmu lagi
Apa aku masih bisa melihat indahnya cahayamu
Mungkinkah aku menggapaimu
Jika terjadi aku tak ingin disilaukan
Aku tak ingin melepaskanmu
Izinkan aku melihat cahayamu
Walau hanya dari kejauhan
Karena kau penerangku
Hari libur panjang pun telah datang untuk menenangkan pikiran kami yang telah suntuk belajar belajar di sekolah. Rencananya kali ini aku, Vina, Tommy, Reno dan juga adikku tersayang Gavin akan pergi berjalan-jalan sekaligus melihat kebiasaan masyarakat di daerah yang selama ini belum kami ketahui sedikitpun, yaitu kota Palembang. Di sana kami akan tinggal di rumah kakakku yang kebetulan juga tinggal di Palembang. Setelah mengetahui bahwa kami semua bisa berkumpul di Palembang, aku dan saudara-saudaraku sangat merasa senang girang yang mungkin takkan terhingga. Dan ternyata kami semua akan berangkat ke Palembang dua hari lagi naik bus.

Aku, Vina, Tommy, Reno dan Gavin pun sudah mulai sibuk untuk menyipakan segala sesuatu yang akan dibawa nanti dan tentunya hanya barang yang perlu-perlu saja yang akan dibawa. Dan akhirnya besokpun menjadi hari keberangkatan bagi kami, kami semua semakin merasa senang dan tak sabar menunggu hari esok datang. Malam hari sebelum kami berangkat, bibi membantu aku dan saudara-saudaraku untuk melihat kembali barang-barang yang akan dibawa besok. Ternyata Gavin hanya membawa hal-hal yang tidak diperlukan saja, dia hanya membawa beberapa mainan dan makanan-makanan yang ia sukai. “Pantas saja tas kamu ringan dan nggak penuh ya Vin, tenyata kamu hanya membawa benda-benda yang tidak penting….”kata Tommy dengan nada yang sedikit tinggi. Maklum saja dia bilang begitu karena saat itu sudah pukul 22.07 WIB dan besok mereka harus berangkat pagi-pagi pukul 05.30 WIB.”Tommy Tommy kamu nggak ingat ya kalau Gavin itu masih belum bisa melakukan hal yang seperti ini, kamu maklumi saja ya..”kataku dan Bibi pun langsung mengajak kami untuk membantunya membereskan pakaian Gavin. Selesai melakukan hal itu, kamipun tidur agar besok bisa bangun pagi-pagi.

Pagi pun telah datang dan kami semua telah siap untuk melakukan perjalanan panjang yang memakan waktu sekitar 20jam. Bibi juga ikut ke Palembang, karena kalau kami tidak di awasi nantinya bisa membuat susah sajakan. Di dalam perjalanan, kmi hanya berhenti dua kali, yaitu di daerah sekitar perbatasan antara Sumbar-Jambi dan satu lagi di daerah Palembang. Dalam pemberhentian itu kami hanya diberikan waktu untuk menunaikan ibadah shalat dan makan. Sehingga waktu-waktu itu kami gunakan se-efisien mungkin. Tak banyak yang dapat kami lihat disana karena waktu kami yang sangat terbatas. Dan menurut kami budaya masyarakat di sekitar itu hampir sama saja dengan budaya yang ada pada kita. Ternyata itu salah, karena kata salah satu penumpang yang cukup mengenal daerah tersebut masyarakatnya sangat patuh kepada adat yang ada tetapi tidak mau mematuhi hukum. Saat malam hari, aku melihat masyarakt asli suku Jambi dan aku berkata” Vin, ternyata mereka masih tidak malu ya, menggunakan pakaian asli daerahnya. Vina menjawab ”kelihatannya sich begitu ya Ta..” Karena sudah larut malam sekali mata aku, Vina, dan yang lainnya pun tidak bisa terus terjaga hingga akhirnya kami semua tertidur.

Setelah pagi dan waktu shalat subuh datang, kami semua pergi untuk melaksanakan kegiatan wajib itu. Dan beberapa jam setelah itu kami sampai juga di Palembang dan ternyata kakakku bersama suaminya telah menunggu kedatangan kami di pool mobil bus yang kami tumpangi. Kami pun langsung pergi ke tempat tinggal kakakku, di perjalanan menuju rumah kami semua bercerita tentang perjalanan kami yang melelahkan itu. Setelah cukup lama bercerita di atas mobil akhirnya kami semua sampai di rumah kak Cipen. Karena melihat wajah kecapekan yang timbul di wajah kami akhirnya, kakakku memutuskan istirahat dahulu sebelum pergi melihat-lihat hal-hal yang ada di Palembang.

Akhirnya sorepun telah datang dan kami pergi melihat-lihat daerah yang ada di sekitar daerah tersebut. Karena tidak memiliki waktu yang cukup banyak, kami hanya bisa melihat kantor sekaligus kediaman Gubernur Sumatera Selatan yang terlihat megah. Maghrib pun datang, jadi kami memutuskan untuk pulang dahulu untuk shalat, setelah shalat dan makan malam kami melanjutkan perjalanan kami melihat kota Palembang pada malam hari. Kami semua melihat Jembatan Ampera yang penuh cahaya lampu berwarna-warni, lalu kami melihat Mesjid yang paling megah di Palembang dan di dekatnya ada sebuah air mancur yang dihiasi lampu-lampu berwarna hijau dan merah. Malam itu kami sangat kagum kepada kota itu karena terlihat indah, anggun, dan menawan. Mengakhiri jalan-jalan malam itu, kami pergi ke Mpek-Mpek Pak Raden yang terkenal enak. Di sana kami tidak mencicipi mpek-mpek khas Palembang, tetapi menikmati makanan yang bernama tekwan yang seperti soto tetapi berbahan inti ikan ataupun udang.

Esoknya kami semua pergi ke daerah perindustrian yang besar di Indonesia, yaitu Industri Pupuk Sriwijaya. Kami juga melihat sebuah SMA yang terbaik di sana, untuk dapat sekolah disana, kita membutuhkan biaya yang sangat besar karena biaya sekolahnya mencapai ratusan juta rupiah. Kami juga tak lupa pergi ke Kuto Besak Sriwijaya. Yang mana di situ terdapat peninggalan-peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya. Dan ternyata hari pun telah semakin sore dan semuanya berpikir untuk pulang saja dan melanjutkannya lagi lusa. Karena besok semuanya istirahat di rumah agar liburannya tidak menyebabkan sakit dan melelahkan.

Ternyata biarpun aku dan saudaraku tidak pergi keluar dengan kendaraan untuk melihat-lihat keadaan di daerah Palembang. Aku, Vina, Tommy, dan Reno tetap saja pergi dari rumah untuk melihat situasi dan kondisi di sekitar daerah tempat tinggal kak Cipen. Kami berkeliling di perumahan yang besar itu. Kami melihat banyak orang dari bebagai kalangan, daerah, dan kepercayaan. Di perumahan itu memang ada berbagai jenis kalangan dari orang yang kaya sekali hingga sederhana, yang berasal dari daerah Yogyakarta hingga Padang, dari yang beragama Islam hingga Budha, dan banyak lagi yang berbeda. Mereka tetap saja akur dengan tetangganya tanpa memikirkan perbedaan yang ada. Mereka juga telihat saling mempercayai satu sama lain. Setelah capek berkeliling perumahan, aku dan yang lainnya pulang ke rumah. Di rumah Tommy bertanya kepada kakakku,”Kak, kenapa orang-orang di sini bisa akrab satu sama lain tanpa membedakan apapun kak?” Kak Cipen menjawab “Itu semua karena orang di sini adalah orang yang berpendidikkan, jadi mereka tau apa gunanya mereka berkelahi dengan tetangganya sendiri. Kamu sudah taukan, kalo manusia itu makhluk sosial yang saling membutuhkan.” “Kalau itu sich aku tau kak, tapi apa pernah mereka tidak seperti yang kakak katakan tadi?”Vina langsung bertanya dengan rasa ingin taunya yang tinggi. Kakak menjelaskan ”Sepengetahuan kakak sich belum, karena mereka melakukan yang diajarkan di adatnya masing-masing, yaitu saling hormat menghormati dan harga menghargai. Ya sudah, sekarang Talita, Vina, Tommy, dan Reno, tidur dulu ya..sudah malam dan kasian adik kalian tidur sendiri.”Dengan serentak kami menjawab “Oke dech bos..”

Pagipun telah datang dan kami semua sudah siap melakukan perjalanan ke tempat- tempat yang ada dan bagus. Awalnya kami pergi ke Jembatan Ampera yang terlitas di atas sungai Musi. Palembang memang betul-betul kota wisata sungai, karena pagi-pagi saja, orang sudah banyak pergi berwisata menggunakan perahu. Dan kelihatannya masyarakat di sini juga mencari nafkah di sungai tersebut karena sebagian besar rakyat sudah memiliki perahu. Setelah asyik bermain di Sungai Musi, kami pergi ke stadion bola kaki yang kebetulan pada saat itu sedang sering digunakan pemerintah pusat sebagai tempat berlangsungnya pertandingan di Asian Cup 2007. wajar saja lapangan bola itu digunakan karena memang lapangan itu sangat bagus dan selau bersih. Dan yang bersih di sana tidak hanya lapangan bola saja, tetapi juga daerah dan jalan rayanya terlihat bersih. Mungkin itu karena kedisiplinan rakyatnya kepada hukum pemerintah yang berlaku.

Di sana juga terdapat banyak mall besar, tetapi kelihatannya peminatnya tidak terlalu banyak. Karena jumlah masyarakat yang tidak terlalu banyak, tetapi di daerah tersebut terdapat banyak mall, membuat banyak mall yang bangkrut. Persaingan ekonomi yang pesat membuat banyaknya mall di bangun dan membuat mall yang telah lama di bangun tidak di minati lagi oleh masyarakat sekitar. Karena persaingan ekonomi itu, setiap di bangun mall baru, maka mall yang lama akan diperkirakan bangkrut dalam waktu yang tidak terlalu lama. Persaingan ekonomi ini tidak hanya pada mall, tetapi juga pada hotel-hotel dan perusahaan swasta. Memang betul kalau persaingan ekonomi di kota-kota besar itu sangat pesat, tapi apakah di kota yang tidak terlalu besar hal itu juga bisa terjadi? Kalau bisa hal itu akan bisa membuat susah masyarakatnya saja bukan.

Hukum pemerintah yang berlaku di daerah ini memang sangat ketat, karena keadaan wilayahnya yang selalu bisa terlihat bersih tanpa ada terlihat sampah yang berserakan di sana-sini. Tidak hanya yang terlihat pada kebersihannya saja, tetapi juga kedisiplinan sekaligus kerja keras. Masyarakat di kota ini tidak boleh memberikan pengamen jalanan uang. Karena jika telah diberikan uang, para pengamen akan merasa malas untuk bekerja dan mungkin juga akan malas untuk belajar. Mereka menganggap untuk apa mereka susah payah mencari kerja kalau nyatanya dia bisa mendapatkan uang hanya dengan mengamen. Dan para pelajar juga akan malas untuk belajar di sekolah karena mengatakan untuk apa mereka belajar sekarang kalau nantinya tidak bisa mendapatkan pekerjaan dan menganggap lebih baik mereka mengamen di jalanan dari pada menghabiskan waktu untuk belajar. Karena masyarakatnya terlihat patuh akan hal itu, para pengamen mungkin akan lebih giat belajar dan mencari kerja. Dan pemerintah daerah di sana mengatakan bahwa jika pihak yang berwajib mengetahui ada orang yang memberi uang kepada pengamen, maka orang itu akan di bawa ke pos polisi dan akan dihukum. Mungkin saja rakyatnya bisa patuh kepada pemerintah jika pemerintah memberikan hukuman yang berat bagi pelaku dan jika para polisi selalu disiplin untuk melakukan tugasnya.

Kelihatannya, masyarakat di sini tidak hanya patuh kepada hukum yang berlaku saja, tetapi mereka juga senantiasa selalu tetap bersama dan mengamalkan adat istiadatnya dan menerima masukan dari luar. Karena masih banyaknya masyarakat Palembang yang tidak malu untuk menggunakan bahasa daerahnya dalam kehidupan sehari-hari dan bergaul dengan sesamanya. Biarpun mereka adalah para remaja yang sedang masa puber untuk menggunakan bahasa gaul, mereka terkadang juga masih menggunakan bahasa daerahnya tanpa rasa malu ataupun minder sedikitpun. Mereka juga tidak akan meninggalkan budayanya dengan membangun Rumah Limas sebagai tempat tinggalnya. Dan memang banyak perbedaan yang ada di daerah Sumsel dengan Sumbar.

Ternyata sudah satu minggu aku dan saudaraku berada di Palembang, dan besok kami semua akan kembali pulang. Memang sedih rasanya harus kembali ke rumah, tapi mau bagaimana lagi, waktulah yang memaksa semua ini. Karena sebentar lagi kami semua akan kembali ke sekolah untuk melanjutkan pelajaran ke tingkat yang lebih tinggi. Dan setelah selesai mengemasi barang-barang yang akan dibawa pulang, kami semua kembali tidur. Hari kepulangan kami kembali kerumah pun telah datang, dan hampir sama dengan saat pergi ke Palembang. Yang berbeda kali ini hanya kami berangkat sore hari, bukan pagi hari seperti saat pergi ke Palembang. Seperti saat pergi ke Palembang juga, kami berhenti dua kali di jalan untuk makan. Tapi karena kami pulang ke rumah menaiki travel, kami lebih cepat sampai di rumah dan perjalanan dengan bus yang 20jam berubah menjadi17jam. Kami akhinya selamat tiba di rumah pada pagi hari. Dan saat tiba di rumah dengan suasana yang lain dengan saat liburan semunya terasa sangat berbeda. Tommy pun akhirnya berkata “Memang betul ya, pepatah orang dulu.” Reno memberikan respon “Tentang apa?” “Tentang lingkungan?”kata Vina menambah pertanyaan. “Ya…”Tommy yang sedang berbicara terhenti sejenak mendengarkan Gavin berbicara ”Ya, tentang apa Bang?” Tommy kembali melanjutkanya “Ya tentang lingkungan yaitu LAIN LUBUK LAIN IKANNYA.” Aku langsung membenarkan dengan berkata ”Iya juga ya, karena daerah kita dengan daerah Palembang, maka adat istiadatnya pun juga akan berbeda, iya kan..??” Vina, Tommy, dan Reno serentak mennjawab “Iya juga ya..” Dan Gavin langsung mengucapkan “Oo… begitu ya…” Reno bertanya karena heran “Memangnya kamu ngerti Gav??” Dengan polos Gavin menjawab “Enggak…” Jawaban Gavin membuat kami semua tertawa dengan terbahak-bahak, “Gavin Gavin… sekali-sekali bicara kamu bisa membuat kami tertawa ya…”Ucap Vina dan mereka masih tetap saja terus tertawa melihat adiknya itu…




[[this is my first writings. funny huh? hahaahaa]]
Cinta tau ini keputusan yang salah baginya. Ia telah ceroboh mengambil keputusan, dan kini lihatlah akibatnya.

Saat itu…

Cinta merasa sendiri. Sahabat-sahabatnya kini telah sibuk dengan kegiatannya sendiri-sendiri dengan pasangan masing-masing dan dengan dunia masing-masing. Apalagi sebentar lagi akan diadakan ujian MID Semester dan selang beberapa bulan setelah itu ujian Semester menanti. Semua jadi tak ada waktu bersama untuk bercerita, dan Cinta mulai mencari kesibukkan sendiri.

Akhirnya Cinta mengikuti sebuah kompetisi bernyanyi sebagai utusan sekolahnnya. Setiap sepulang sekolah cinta selalu sibuk berlatih hingga sesaat dia bisa melupakan Aya. Walau saat malam datang Aya kembali menghampiri pikiran Cinta lagi. Tapi itu jauh lebih baik daripada Cinta menghabiskan waktunya untuk hal-hal yang tidak penting.

Disanalah perkenalan itu dimulai. Salah seorang teman dekat Cinta, Lia yang sama-sama mengikuti kompetisi itu mengenalkan Cinta dengan Divo. Awalnya Cinta tidak mau sedikitpun untuk dekat dengan Divo. Tapi Lia sedikit memaksa (mungkin karena paksaan Divo) dan berkata,

“Kenalan aja dulu Cin…gak ada ruginya kan. Toh kalau kamu gak suka setidaknya kamu bisa berteman aja sama dia.”

“Tapi Lia, Cinta gak bisa…..”

“Udahlah, dia gak bakal aneh-aneh kok. Kenalan aja ya. Nomor kamu aku kasih ke Divo ntar. Bye bye…”

Perbincangan di telpon yang singkat itu membuat Cinta memulai petualangan baru di perjalanan cintanya setelah sekian lama Cinta berpisah dengan Aya.

Lia tidak lagi menghubungiku, mungkin karena tugasnya telah selesai. Setelah saat itu Divo sering menghubungiku. Hingga akhirnya dia mengajak bertemu. Cinta tidak menolak karena dia hanya ingin bertemu sebentar saja di dekat sekolahnya. Pertemuan itu tidak membawa perubahan berarti akan sikap Cinta ke Divo. Cinta tetap menganggap Divo teman yang baik untuk diajak bercerita. Apalagi saat itu Cinta benar-benar sendiri kesepian dan tidak memiliki teman untuk berbagi.

Divo mulai sering bercerita ini itu dengan Cinta, seluruh tentang keluarganya, masa lalunya, dan semua kejadian hidupnya. Mereka mulai dekat, tapi Cinta selalu mencoba menjaga jarak, karena ia tau bukan Divo dan tak ada seorangpun yang bisa menggantikan Aya di hatinya. Tapi juga tak dapat diingkari kalau Divo dan Cinta juga nyambung apalagi kalau sudah bercerita. Divo selalu datang ke sekolah Cinta untuk menjemput Cinta pulang sekolah. Seperti biasa, Cinta selalu menolak tapi akhirnya mengalah juga karena ia tau tak baik menolak kebaikkan orang. Itu menjadi kegiatan rutin bagi Divo, walau rumah mereka tak searah dan bahkan berjauhan, walau jadwal mereka pulang sekolah selalu berbeda, Divo selalu rela menjemput Cinta dan rela menjemput Cinta dimana pun Cinta berada atau melakukan kegiatan.

Cinta memang tidak menolak kehadiran Divo, tapi Cinta juga tidak bisa menolak kehadiran orang yang selalu baik dan mau mengisi kehampaan hati Cinta. Dalam waktu singkat Divo dapat mengambil hati orangtua Cinta. Mungkin karena sikapnya yang gentleman dan berani serta sopan. Memang sedikit berbeda dengan Aya yang cukup takut jika berhadapan dengan orangtua Cinta. Itulah yang menjadi nilai plus untuk Divo.

Akhirnya Dibo menyatakan isi hatinya kepada Cinta. Cinta tidak langsung menjawabnya, Cinta meminta waktu beberapa hari untuk menjawabnya. Banyak yang Cinta pikirkan, apa Divo serius, apa hati ini masih bisa menerima orang lain, apa Divo tidak akan sakit hati jika mengetahui kalau hati Cinta tidak bisa berpaling dari Aya, dan apa salah jika menerima seseorang yang sama sekali tidak Cinta sukai atau bahkan Cinta cintai.

Keputusan yang salah itu telah diambil Cinta dengan menerima Divo menjadi pacarnya. Dengan alasan yang simple, karena Divo datang disaat Cinta kesepian, karena Divo begitu baik kepadanya, karena Divo dan dirinya selalu nyambung kalau bercerita. Dan Cinta tak sadar kalau itu hanya akan membuat salah satu diantara mereka sakit hati nantinya. Tapi ternyata Divo overprotective terhadap Cinta. Cinta risih akan hal itu. Dan ternyata Divo tau kalau Cinta sebelumnya sangat mencintai Aya yang ternyata juga adalah teman Aya sewaktu SMP. Cinta juga akhirnya tau satu hal kalau Divo juga tak bisa melupakan kenangan masa lalunya dengan mantannya. Dan Divo masih mencintai mantannya itu.

Dua orang menyatu tanpa Cinta dan masih ingin kembali kepada masa lalu mereka masing-masing, itulah mereka.

Walau cerita Divo dan Cinta sangat nyambung, dan walaupun Divo selalu bisa menghibur Cinta. Di saat sepi Cinta tak bisa mengingat Divo, di hanya teringat Aya. Di saat malam yang hadir kemimpinya bukanlah Divo, tapi Aya. Saat akan tidurpun, Aya lah yang diingat Cinta, bukan Divo.

Akhirnya hubungan itu berakhir dengan cepat, hanya 13hari mereka berpacaran. Divo meminta putus dengan alasan yang mengada ada. Cinta yang sempat disadarkan Aya saat baru jadian dengan Divo kalau hubungan itu tak baik dilanjutkan mengambil kesempatan itu untuk mengakhiri hubungan itu.

Sedikit kembali kebagian disaat Cinta menelpon Aya. Saat itu Cinta benar-benar merasa bahagia, benar-benar senang walau saat itu mereka berdua sama-sama memiliki pasangan masing-masing. Cinta juga entah kenapa tidak malu-malu mengatakan kalau ia masih mencintai Aya dan tidak memiliki perasaan apapun walau berpacaran dengan Divo. Benar-benar tingkah yang aneh.

Setelah hubungan itu berakhir, sahabat-sahabat Cinta kembali menemani Cinta agar Cinta tak mengulangi kesalahan yang sama. Dan tak sampai sebulan berpisah Divo pun kembali mengejar cinta lalunya.

Dua hal yang didapat Cinta, pertama jangan pernah berpacaran dengan seseorang yang tidak dicintai, dan jangan pernah pungkiri kata hati, karena hati tak pernah berbohong.
Sik sik sibatumanikam
di parjoged sonamanigotam
dimangangingangi simambangka jula jula
simambangka jula jula...

asidenga sidoding
asidenga sidoding
dideng dideng di pangardang...

molomar siberengat
molomar siberengat
marsiap tu sad di bagasan...

Sik sik sibatumanikam
di parjoged sonamanigotam
dimangangingangi simambangka jula jula
simambangka jula jula...

Andor andor gurtilo
andor andor gurtilo
tilo tilo di ponta bulang...

maula so binoto
maula so binoto
hula hula di parjala...

Sik sik sibatumanikam
di parjoged sonamanigotam
dimangangingangi simambangka jula jula
simambangka jula jula...

Detke julung julung
detke julung julung
disudut ko bona ditorong...
unang gabe pakporong
unang gabe pakporong
boroiko moromorong...

Sik sik sibatumanikam
di parjoged sonamanigotam
dimangangingangi simambangka jula jula
simambangka jula jula...

Sik sik sibatumanikam
di parjoged sonamanigotam
dimangangingangi simambangka jula jula
simambangka jula jula...

Sik sik sibatumanikam
di parjoged sonamanigotam
dimangangingangi simambangka jula jula
simambangka jula jula...

Sik sik sibatumanikam
di parjoged sonamanigotam
dimangangingangi simambangka jula jula
simambangka jula jula...
satu nama yang selalu kuucap sebelum tidur lelapku
satu nama yang selalu dapat menentramkan jiwaku di saat ku gundah
satu nama yang pergi meninggalkanku sendiri bersama hujan dan entah kapan akan kembali
satu nama yang membuatku tersenyum bersedih tertawa dan menangis dalam waktu bersamaan
satu nama yang selalu ku ingat di relung hati ini
satu nama yang memberiku sejuta kenangan indah
satu nama yang selalu ingin ku peluk mesra
satu nama yang memanggilku dengan cinta
satu nama yang memberiku kedamaian
satu nama yang dapat menyempurnakan hidupku
satu nama yang selalu ku rindu
satu nama yang selalu ku cinta
satu nama yang takkan terganti
kau lah segalanya untukku

by: cinta
Namaku Bram. Aku sangat membenci dunia, entah karena dunia juga sangat membenciku, atau karena aku ditakdirkan untuk tidak menginjak dunia ini. Hidup seorang diri, sepi, sunyi, di dunia yang tak berhenti mengurus diri-diri mereka sendiri. Aku tak pernah meminta untuk dilahirkan ke dunia ini, itulah yang diteriakkan oleh batin ku. Tapi ku yakin, dunia berkata lain. Mungkin, jika sebelum dilahirkan ke dunia mereka ditanyai, mungkin mereka akan berebut saling memangsa untuk mendapatkan kehidupan mereka yang bertabur kebahagiaan. Mereka punya teman, saudara, dan bahkan orang tua yang tak sempat ku rasakan kehadirannya. Sekarang lihat diriku, aku hanya seorang remaja laki-laki depresi yang tak punya siapa-siapa. Hanya seorang nenek yang selalu memukulku karena hal-hal sepele. Hal-hal yang tak perlu dipermasalahkan.

Setahu ku, aku sempat memiliki orang tua. Tentu. Tapi mereka telah tiada semenjak aku berusia 1 tahun. Usia dimana aku belum mengenal dunia, belum mengenal orang tua, dan belum mengenal arti kehilangan. Mereka pergi begitu saja. Tanpa pernah meninggalkan kenangan padaku. Apalagi harta. Keluargaku adalah keluarga yang tak berada. Tak punya apa-apa. Mungkin karena itu juga aku dikucilkan. Sejak aku mulai bisa menggunakan perasaan, tak pernah ku coba untuk mendapatkan yang baik. Semua yang ku terima hanyalah kebencian dari semua orang. Bahkan, satu senyum pun sangat langka bagiku. Kebencian, Hanya itulah yang aku punya untuk dunia.

Scene 1.

Latar tempat : taman kota

(kiki, reza, teta, dan retno sedang bercengkrama di taman kota. Kemudian bram mendekat karena menyapu taman kota itu.)

(saat bram berada dekat dengan mereka, Teta membuang sampah berserakan kea rah bram dengan angkuhnya)

(Bram melihat ke arah teta)

Bram : jaga sikapnya, mbak.

Teta : trus, mau kamu apa ?? mau protes ??

Kiki : woi gembel ! kalau kerja, kerja aja. Jangan ganggu kami. Sana pergi jauh –jauh.

Teta : woi denger ga ? sana pergi !

Reza : (menarik baju bram dan menyeretnya hingga jatuh) makanya, sekolah biar bisa kaya !

emang orang tuanya ga ngasih jajan? Sampai-sampai jadi gelandangan ?

Bram : saya cari uang dengan halal. Dan jangan sebut-sebut orang tua saya.

Scene 2.

Latar : rumah nenek bram.

Nenek : Bram !! Bram ! kesini !

Bram : ya, nek.

Nenek : kamu kan yang mencuri uang nenek yang di atas lemari?

Bram : (menggeleng)

Nenek : (memukuli bram sampai terjatuh) siapa yang mengajarkanmu mencuri ? orang tua mu ? apa kamu sadar ,disini kamu hidup menumpang ? jadi kamu harus ikuti semua peraturan di rumah ini tanpa ada bantahan sama sekali.

Bram : (memegang tangannya kesakitan)

Nenek : Jangan berpura-pura sakit ! karena tidak akan ada yang mau peduli padamu!

Bisanya hanya beban hidup saja yang kau berikan.

Bahkan, orang yang membesarkanku dari kecil sekalipun hanya bisa memberikanku sakit demi sakit. Tak lebih. Itu mulai ku rasakan semenjak aku menginjak usia 5 tahun ketika aku dan nenek ku pindah ke kota karena rumah kami yang di desa disita oleh rentenir karena kami tak mampu membayar hutang yang bunganya semakin membesar dari waktu ke waktu. Di kota lah aku sempat sedikit merasakan ada anak-anak sebayaku berada di sekitarku. Tapi, itu pun tak lebih baik. Mereka sama saja dengan dunia yang ku kenal. Selalu mengucilkan ku. Saat mereka bermain bergembira bersama, aku hanya bisa melihat dari semak-semak agar mereka tak melihatku. Karena, mereka selalu melontarkan kata-kata yang membuat perasaanku tergores apabila mereka melihat ku berada di dekat mereka. Masih ku ingat jelas kata-kata mereka. “jangan bermain dengan kami, orang miskin yang tak punya orang tua!”. Bayangkan apabila itu terjadi pada seorang anak berusia 5 tahun yang masih sangat mudah terpengaruh dalam pembentukan karakter mereka. Tapi, itu lah yang ku dapatkan. Dan itu harus aku terima. Itulah realita yang tak bisa aku ubah. Tapi, juga terlalu sulit untuk aku lalui. Hingga detik ini, hujan kebencian itu tak kunjung reda. Dan mungkin tak akan pernah reda.

Scene 3.

Hari itu, di rumah nyonya Ratih, seorang wanita karir yang mempekerjakanku sebagai pembantu untuk menyetrika baju semua anggota keluarga di rumah itu.

Bram : siang, bu.

Ratih : siang. O ternyata kamu. Apa kamu digaji untuk telat ? kenapa tak datang jam 9 saja? Sekalian biar saya yang menggantikan kamu menyetrika pakaian.

Bram : maaf, bu. Tadi saya…..

Ratih : diam ! saya tidak menerima alas an apa pun. sekarang pergilah bekerja. Pagi-pagi sudah bikin sakit hati. Sana !

Bram : (berjlan tertunduk menuju ruang setrika dan mulai bekerja)

Lagi, satu tekanan di pagi hari. tapi, hanya inilah yang mampu kulakukan untuk menyambung hidup ku dan nenek yang telah berjasa membesarkanku walau dengan penuh rasa keberatan. Andai saja adulu aku sempat menyambung sekolahku ke Sekolah Menengah Atas. Paling tidak, aku bisa bekerja di sebuah pabrik kertas di pinggiran kota tempat aku bermukim. Dengan itu, aku mungkin akan diperlakukan seperti manusia.

Ratih : Bram, gosok semua pakaian itu(sembari melemparkan setumpuk pakaian untuk di setrika)

Bram : baik, bu.

Ratih : jangan sampai melakukan kesalahan. Atau gaji kamu saya potong separoh. Dan selesaikan semua pakaian ini sebelum anak saya pulang dari sekolah.

Bram :(mengangguk)

Ratih : Kamu dengar tidak apa yang saya katakan?

Bram : dengar, bu.

Ratih : bagus, saya ingatkan lagi, jangan sampai kamu membuat kesalahan apapun. Kalau kamu melakukan kesalahan, lihat saja akibat yang akan kamu terima.(pergi)

Sombongnya wanita itu. Walaupun aku adalah pembantu di rumah ini, tapi aku juga punya perasaan. Aku manusia. Hanya saja, aku terlahir dengan takdir yang tak menyenangkan. Belum sempat aku menyadari nyonya ratih yang beranjak, ternyata Teta, anak nyonya ratih sudah berdiri di belakangku.

Teta : Bram, kerjakan pakaian ini dalam 2 menit. Titik.

Bram : (melihat banyak pakaian) sebanyak ini ?

Teta : mau ditambah lebih banyak lagi ?? kerjakan saja! aku mau pergi sekarang !

Bram : baik.(memulai menyertika)

(tiba-tiba terdengar suara nyonya ratih memanggil bram, saat bram kembali, ia terkejut melihat pakaian tadi hangus terbakar)

Bram : astaga.

Teta : mama! Lihat apa yang dikerjakan pembantu ini. Dia merusak pakaian kesayanganku!kamu harus menggantinya!

Ratih : lihat apa yang kau kerjakan ! sekarang kau bisa apa? Percuma tadi saya mengingatkan kamu supaya berkerja dengan baik. Kamu sanggup mengganti pakaian itu ? minggu ini kamua tak kan menerima gaji sepeserpu dari saya! Sekarang pergi dari rumah ini dan jangan pernah kembali !

Teta : Pergi !!!!!!

Bram : (berlari2 kecil menuju pintu keluar)

Itulah salah satu contoh dari sekian banyak orang yang ada di sekeliling ku dan pastinya tidak menerima keberadaan ku. Merka hanya bisa memrintah dan menghakimi ku sesuka mereka. aku mulai merasakan amarah. Mereka mengardik-hardik ku dan mengambil hak ku begitu saja. tapi, apakah aku pantas untuk marah ? aku orang miskin. Bahkan aku tak dianggap manusia oleh mereka. untuk saat ini, biarlah ku pendam amarahku.

Scene 4.

Pagi it, aku sedang melakukan tugas rutinku. Membersihkan sebuah taman di pinggiran kota. Taman seluas satu lapangan bola kaki itu ku bersihkan seorang diri. Bayangkan betapa banyak tenaga yang ku butuhkan. Sementara, untuk mengganjal perut yang lapar pun terkadang aku tak bisa.

Dan pagi itu…

Retno : (menelpon) Teta, kau sudah sampai di taman. Kamu dimana ? ok, di tunggu ya…

(Bram lewat di depan retno dan kelihatan sangat haus dan lapar)

Retno : Bram, kamu kok kelihatannya keletihan gitu ?

Bram : aku ga apa-apa retno.(berjalan menjauh)

Retno : tunggu, tunggu Bram. Kamu pasti belum makan pagi kan ? ga usah bohong, ayo ikut aku. Kita sarapan dulu.

Bram : (berpikir-pikir dan bingung. Mengikuti retno)

(teta sampai di taman dan mencari-cari retno)

Teta : (menelpon) halo. Retno, kamu dimana ? tadi katanya udah sampai di taman ? hhmm.. ya udah, aku tunggu di tempat biasa ya. Buruan. Soalnya semua mesti siap hari ini.

(retno datang dan Bram disampingnya)

Bram : makasih ya retno(buru-buru pergi karena melihat teta)

Retno : iya bram, sama-sama.

Teta : (kebingungan) ha ? makasih buat apa ?

Retno : udah, lupain. Yang lain mana ?

Teta : (menggaruk-garuk kepala dan kebingungan melihat retno) katanya sih masih di jalan. Mulai aja yuk.

Retno : yuk.

Aku bingung. Padahal dunia yang ku kenal tak pernah seperti ini.ternyata ada ada satu orang yang merelakan senyumannya untuk beberapa detik kepadaku. Tapi, aku tetap saja bingung. Jika memang dia bukan bagian dari dunia yang ku kenal, mengapa dia hanya diam saat semua teman-temannya mencaci-maki ku ? memang, kata orang diam itu emas. Tapi, jika begitulah adanya, maka emas pun tak ada harganya bagiku yang bahkan tak punya apa-apa. Dan juga, mengapa baru sekarang? Disaat yang sudah terlambat untuk mengubah persepsiku terhada dunia?

Aku kenal mereka semenjak pindah ke kota ini 14 tahun silam saat aku masih berusia 5 tahun. Retno, Teta, Kiki yang memanggilku dengan sebutan “gembel”, dan reza saudara sepupu Kiki. Saat aku masih berumur 5 tahun dan begitu pun mereka, mereka sudah bisa membuat karakterku cacat. Dengan perlakuan mereka terhadapku. Tepatnya, semua perlakuan mereka terhadapku. Menyisihkan ku seakan aku ini bukan jenis dari mereka. kemana bram kecil bisa mengadu saat itu ? ia tak punya orang tua, sobat. Sebenarnya, saat masih berusia 5 tahun hatiku sudah di nodai dendam. Betapa tidak, semua yang ada disekitarku selalu memperlakukan ku bak binatang. Disuruh-suruh sesuka mereka, jika tak bisa, tak ada alas an, dan aku disakiti. Satu hal yang bisa ku perbuat. Terima.

Scene 5.

Sore itu….

(bram berdiri di depan pintu rumah kiki&reza)

Bram : assalamualaikum

Kiki : (membuka pintu) walaiku…. Eh.. ngapain kau kesini ? mau minta-minta? Itu? Apaan ?

Bram : ibunya kiki titip buat reza. Saya tak tahu apa isinya.

Kiki : (mengambil uang dari titipan itu)hihi, lumayan. (kemudian berteriak) reza ! ada titipan. Di atas meja.

Reza : (datang dan memeriksa titipan) mana 200 rb lagi ? (melihat kea rah kiki)

Kiki : (merasa dituduh) enak aja ! Tanya tuh gembel. Dia yang antar.

Reza : gembel ? bram ?

Kiki : iya siapa lagi ? buruan kejar. Paling dia baru di depan pagar.

(reza mencegat bram)

Reza : oi maling, mana uang titipan yang kamu curi barusan ?

Bram` : uang apa ?

Reza : (menggeledah bram) dimana kamu simpan uang yang kamu curi itu ?

Bram : (kebingungan dan hanya tertunduk) sa.. saya..

Reza : dasar gembel maling ! (memukuli bram)

(tiba-tiba ibuya kiki atau ibu ami lewat)

Ibu ami : Reza ! berhenti ! apa-apaan kamu ini ?

Reza : dia nyuri titipan dari tante tadi dan ga mau ngaku

Ibu ami : benar itu bram ?

Bram : (kesakitan) tidak bu, saya tidak mencuri

Reza : alah, mana ada maling ma ngaku ! balikin uang yang tadi !

Bram : demi allah saya tidak mencuri.

Ibu ami : kamu dengar itu reza ? bukan dia pelakunya! Dan kamu tidak punya bukti

Reza : kenapa tante malah membela dia?

Ibu ami : (memotong)karena kau salah ! sekarang tante tidak mau tau, kamu harus pergi ke apotik dan beli obat buat bram. Tante akan tunggu di rumah dengan bram

(ibu ami membawa bram ke rumahnya)

(sesampainya di rumah)

Ibu ami : bram, ibu minta maaf ya atas tindakan keponakan ibu tadi. Dia emang orangnya gitu. Ibu juga minta maaf, gara-gara ibu, kamu jadi babak belur begini. Maaf ya bram.

Bram : iya bu. Saya juga minta maaf, gara-gara saya ibu jadi marah-marah ke keponakan ibu.

Ibu ami : sudah sudah. Sekarang sakitnya kerasa dimana bram ?

Bram : di pundak saya ini bu (sembari menunjuk pundaknya)

Ibu ami : ya udah, kamu tunggu disini. Ibu ambil air hangat dan handuk dulu.

Bram : (mengangguk)

Ibu ami : (membawa air dan handuk)

(ia melihat ada tanda lahir yang ia ingat di bahu bram)

Bram, apakah ini tanda lahirmu ??

Bram : benar bu

Ibu ami : boleh ibu liat telapak tangan kamu ?

Bram : (kebingungan kemudian memperlihatkan satu tada lahir lagi di telapak tangannya)

Ibu ami : subhanallah. Bram ! kamu bram anaknya mbak rita!

Bram : maksud ibu ?

Ibu ami : tanda lahir di pundak dan telapak tangan mu itu. Ibu hafal betul tanda lahir itu. Kamu anak alm. Mbak rita.

Bram : bu, ada apa ini ? tolong jelaskan. Tanda lahir apa ? dan siapa mbak rita ?

Ibu ami : ibu tahu tanda lahir itu karena ibu juga sumpat merawatmu bebrapa bulan sebelum kau diambil oleh pihak desamu kembali. Dan Mbak rita itu adalah ibu kandungmu, nak.

Bram : (tertegun)

Ibu ami : ibu bisa mengerti bagaimana peraasaanmu saat ini. Sekarang, duduklah. Biar ibu ceritakan padamu semuanya.

Ibu Ami : dulu, ibu, bu ratih, dan mbak rita ibumu berteman erat. Kami sudah sring bersama sejak masih duduk di bangku SMA. Hingga saat kami memiliki keluarga masing-masing pun hubungan kami tetap erat. Kami selalu bercerita satu sama lain tentang berbagai hal. Dan ibumu, walaupun dialah yang paling muda diantara kami, namun ia memiliki kebijaksanaan dan kedewasaan lebih daripada ibu dan bu ratih. ia selalu memberikan dorongan kepada kami jika kami sedang menghadapi masalah. Dan setiap perkataannya selalu membuat beban kami seakan hilang. Ia juga sangat penyayag. Ia begitu sayang padamu. Ia selalu menanyai keadaanmu saat ibumu menitipkanmu kepada ibu. Hamper setiap saat ia menanyai keadaan mu. Dan juga ayahmu. Beliau sosok seorang pemimpin yang baik. Seorang kepala rumah tangga yang bertanggung jawab dan juga seorang ayah yang begitu sayang kepada anak laki-laki semata wayangnya. Tapi, ibumu kurang beruntung. Saat dulu di kota mewabah penyakit pada balita, anak ibu, kiki, dan anak bu ratih, teta terkena penyakit itu. Dan ibumu di desa mendapat kabar tentang itu. Ia menjenguk anak-anak kami di kota dan membawamu juga saat kau berumur kira-kira 1 tahun. Tapi, saat mereka akan kembali ke kota, ibu meminta kepada mbak rita untuk membiarkanmu tinggal bersama ibu di kota untuk beberapa hari. ntah itu firasat atau apa, ibu dan ayahmu mengalami kecelakaan di perjalanan pulang ke desa. Mereka meninggal di tempat. Dan tak lama seteah itu, seseorang dari desamu menjemputmu dari ibu untuk dibawa kembai ke dsa.

(suasana menjai sangat hening)

Bram : (tertunduk dan menititkkan air mata)

Ibu ami : lupakan kesedihanmu bram. Tapi kenanglah selalu itu dan ayahmu.

Bram : terimakasih bu (segera pergi)

Ibu ami : bram ! tunggu, lukamu belum diobati.

Tak mudah menerima kenyataan suatu kenyataan yang amat teramat berat dalam bebrapa menit saja. apalagi bagiku, seseorang dengan beban mental yang tak stabil sama sekali. Ternyata, orang tua ku meninggal karena niat baiknya untuk melihat orang-orang yang jatuh sakit dan kini orang-orang itulah yang selalu memperlakukanku tak seperti manusia. Betapa ironi itu membuat dendamku terpicu.

Scene 6.

(bram berdiam di suatu tempat, memikirkan realita yang begitu pahit ini)

“kenapa harus aku yang berada di posisi ini ??? mengapa bukan orang lain ?? ternyata aku lahir dari keluarga yang bisa memberikanku kebahagiaan. Tapi, mengapaaku tak sempat merasakannya ?? mengapa kebahagiaan itu tak sempat hadir ?? setiap hari yang kulalui hanya untuk merasakan semua yang tak pernah ku bayangkan. Hanya untuk mendengan apa yang tak ingin ku dengar. Mengapa aku selalu dijadikan sasaran atas kesalahan yang diperbuat dunia ini ? apa karena aku lemah ? tidak.. tidak.. aku tidak lemah !! aku manusia !! aku samaseperti mereka !! jika aku tak bisa untuk pergi dari mereka, maka kini akan ku buat mereka pergi dariku!!!!!!

Scene 7

(bram menuju rumahnya)

Nenek : Darimana saja kau?? Mengapa kau pulang terlalu sore ?? apa akau tak sadar masih banyak yang harus kau kerjakan di rumah ini ??

Bram : sudahlah ! aku muak dengan semua ini. Rasanya sudah cukup aku dididik selama 18 tahun oleh orang yang samasekali membenciku ! orang yang sama sekali tak iklas membesarkanku.

Nenek : (menampar) Kurang ajar !! dasar anak tak tau balas budi !! kau….

Bram : (memotong) Apa kau tahu bagaimana rasanya dibesarkan oleh orang seperti kau ?? aku tersiksa !!!! kau hanya membunuhku pelan-pelan !! hanya memberiku hidup dengan teriakan-teriakanmu yang membangunkan semua orang !!! aku sudah tau semuanya. Kau bukan nenek ku. Kau bukan ibu dari orangtua ku. Dan semua biaya untuk menghidupiku kau dapatkan dari harta warisan orang tua kandungku. Dan kemudian berpura-pura miskin untuk menutupinya. Hanya hartaku yang kau harapkan !! kau munafik !!

Nenek : baik. Entah darimana kau tahu akan itu, tapi semuanya benar. Semua hartamu ada padaku. Tapi, apa yang bisa kau lakukan ??

Bram : membunuhmu !!!

Nenek : kau pecundang dan dan tak kan sanggup !!!

Bram : (berbisik ke telinga nenek dan menusukkan pisau ke perut nenek) terserah..

Saat itu aku tak lagi bisa mengendalikan diriku.yang ku pikirkan Hanya membunhuh orang-orang yang selama 18 tahun membuat ku seperti binatang. Benar-benar seperti binatang. Aku tak menyesal sedikitpun. Bahkan, aku menikmatia apa yang telah aku lakukan ini. Rasanya, aku baru saja menyeleseaikan sebuah perintah tuhan. hanya saja, perintah itu belum sepenuhnya terpenuhi. Sekarang giliran mereka.

Scene 8

(bram bergegas menuju rumah teta dengan niat yang bulat untuk membunuh)

Bram : (mengetuk pintu) Teta !! teta !!!

Teta : iya !! sebentar !!!

Bram : (seketika menusuk teta)

Teta : (mati)

Satu lagi bagian dunia yang ku kenal musnah di tanganku. Sekarang, berkuranglah orang-orang yang akan memperlakukanku dengan kejam. Tapi, masih ada yang gilirannya yang belum datang. Dan aku yang akan mendatangkannya. Karena aku tak lagi seseorang yang lemah. Aku kuat. Jauh lebih kuat dari dunia.

Scene 9.

(Reza dan kiki berjalan menuju rumah)

(mendadak dari belakang kiki yang sedang memperbaiki tali sepatu, datang bram dengan pisau penuh darahnya, tapi reza melihat itu)

(ACTION MENYESUAIKAN)

(saat reza terbunuh, kiki tersudut.. perlahan, bram mengarahkan pisau itu kea rah kiki dengan tatapan amarah dan penuh kebencian..)

(retno datang tiba-tiba, menahan tangan bram yang memegang pisau berlumuran darah)

Retno : Cukup, bram.

Bram : kau tak tau retno !! mereka terlalu kejam padaku !!(masih dalam keadaan marah)

Retno : aku tau, bram. Tapi semua ini tak akan menyelesaikan masalahmu. Masih ada cara lain yang lebih baik daripada ini.

Bram : tidak !! tidak ada jalan lain !! kau tau ? aku pernah gagal untuk pergi dari mereka, dari kekejaman mereka. sekarang, aku tak mau gagal lagi, sekarang, ku buat mereka yang pergi dariku !!

Retno : kendalikan dirimu, bram.

Bram : Retno, kau bukan mereka. aku bisa merasakan itu. Sejak kecil, aku merasa kalian kucilkan. Hanya karena aku miskin dan tak punya orang tua. Tapi kalian ?? kaya dan punya keluarga yang lengkap. Bisa bersenang-senang setiap hari, membeli apapun yang kalian inginkan. Dan kalian tahu bagaimana aku menderita. Tapi, peduli apa kalian ?? hanya menertawaiku setiap saat, menghinaku, mencercaku, menyakitiku ? hanya itu kah tujuan hidup kalian ? ? kau tahu retno, setelah aku sebesar ini, aku baru tahu penyebab orang tua ku meninggalkan dunia. Orang tua ku meninggal dunia saat aku berusia 1 tahun ketika itu, orang tuaku, orang tua dia (kiki) dan orang tua teta berteman erat. Saat kiki dan teta sakit, orang tua ku menyempatkan diri dari desa ke kota untuk menjenguknya. Tapi, mereka mengalami kecelakaan dan tewas seketika. dank au lihat apa yang dilakukan oleh dia dan teman-temannya kepadaku ?? anak dari sepasang suami istri yang dulu sempat menjenguknya hingga mengorbankan nyawa mereka ???

Retno : Bram..

Bram : aku gagal lagi. Aku gagal untuk membuat mereka pergi dariku. Kau menggagalkannya retno. Tapi, Terimakasih retno. Hanya darimu aku dapat merasakan mendapat senyuman. kini, ku akan sudahi semua ini.(menusukkan pisau ke perutnya sendiri)

Retno : (Tertunduk) bram……..

Itulah kisahku. Pecundang seumur hidup. Hidup memang selalu diwarnai kebencian. Dan kebencian selalu berakhir pada dendam. Kini penderitaan ku usai. Tak kan ada lagi yang membuang sampah kea rah ku di saat aku menyapu, tak ka nada lagi yang menghinaku, mencaci maki ku, dan tak ka nada lagi yang memperlakukan ku tak seperti manusia. Tapi tetap, hanya kebencian yang ku punya untuk dunia. Namaku Bram.
MAKALAH

SEMINAR KELAS

XI.IA.2

“Kenakalan Remaja di Kab. Tanah Datar”

Oleh

Indah Maydila Sandi

NIS : 9936730584

Dinas Pendidikan Kab. Tanah Datar

SMA Negeri 3 Batusangkar

(Program Layanan Keunggulan)

T.P. 2009/2010
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas rahmat yang telah diberikan Allah S.W.T. hingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dalam kurung waktu yang telah ditentukan.

Makalah ini tidak hanya dibuat atas dasar tugas yang telah diberikan guru bahasa Indonesia kepada penulis untuk nilai tugas. Tapi makalah ini juga dibuat untuk bisa menambah wawasan bagi pembaca hal-hal yang berkenaan dengan kenakalan remaja.

Makalah ini dibuat berdasarkan fakta dan realita yang ada di sekitar kita sesuai kebutuhan pembaca, situasi dan kondisi lingkungan saat ini. Kenakalan remaja yang semakin meningkat di era globalisasi saat ini semakin meresahkan masyarakat. Untuk itu, agar makalah ini bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mengatasi dan menghindari terjadinya kenakalan remaja.

Terima kasih kepada seluruh orang yang sudah terlibat dalam pembuatan makalah ini, atas dasar pemikirannya, cerita atau pengalaman pribadinya untuk dibagikan kepada penulis dan pembaca, serta kepada orang-orang yang telah mau membantu dalam pencarian sumber makalah. Namu, karya ilmiah ini masih banyak kekuranagn dan jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dimohonkan kritik dan sarannya untuk bisa membuat makalah ini menjadi lebih baik.

Batusangkar, Januari 2010

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Tujuan Penelitian

C. Rumusan Masalah

D. Metode Isi

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Pengertian Kenakalan Remaja

B. Jenis-jenis Kenakalan Remaja

C. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Kenakalan Remaja

D. Peran Orang Tua, Guru dan Lingkungan

E. Mengatasi dan Mencegah Kenakalan Remaja

BAB 3 PENUTUPAN

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Untuk melengkapi nilai semester bahasa Indonesia, membuat makalah dengan bertemakan “Kenakalan Remaja” menjadi syarat bagi salah satu nilai tugas. Tema yang telah diangkat ini pun juga sesuai dengan hal-hal yang terjadi dikehidupan kita terutama di masyarakat Kabupaten Tanah Datar, yang mana remajanya banyak mendapat pengaruh dari luar dan masih berada pada masa transisi.

Masa remaja merupakan awal masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13-16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan. Dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik, psikis maupun secara social (Hurlock, 1973). Pada masa tersebut kemungkinan menjadi masa krisis yang dapat ditandai dengan kecendrungan munculnya perilaku menyimpang. Definisi menurut ahli, Kartono, ilmuwan sosiologi kenakalan remaja atau dalam bahasa Inggris lebih dikenal dengan istilah juvenile delinquency merupakan “Gejala patologis social pada remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian social. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang.”

Perilaku yang menyimpang dapat dianggap sebagai sumber masalah karena dapat mengganggu serta membahayakan tegaknya sistem social. Setiap penggunaan perilaku menyimpang secara tersirat mengharuskan untuk tetap menempuh jalur yang semestinya. Karena jika saja keluar dari sitem social yang berlaku berarti telah berperilaku salah. Untuk itu, kita harus bisa membedakan antara perilaku menyimpang ataupun tidak. Masalah kenakalan remaj mulai mendapat perhatian masyarakat secara khusus sejak terbentuknya peradilan anak-anak nakal (juvenile court) pada tahun 1899 di Illinois, Amerika Serikat. Jenis-jenis kenakalan remaja yang dimasukkan dalam hukum itu :

1. Penyalahgunaan narkoba,

2. Seks bebas, dan

3. Tawuran antar pelajar.

Dari 3 jenis kenakalan remaja tersebut diatas, penyalahgunaan narkoba atau obat-obatan terlaranglah yang sangat marak terjadi di Indonesia. Wlaupun begitu, seks bebas dan tawuran antar pelajar juga banyak terjadi di Indonesia. Hamper setiap hari kasus kenakalan remaja selalu kita temukan di media-media massa, diman sering terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan, salah satu wujud dari kenakalan remaja adalah tawuran yang dilakikan para pelajar.

Data di Jakarta pada tahun 1998 ada 230 kasus yang menewaskan 15 pelajar serta 2 polri, dan tahun berikutnya korban meningkat dengan 37 korban tewas. Terlihat dari tahun-ketahun jumlah perkelahian dan korban yang cendrung meningkat. Bahkan sering tercatat dalam satu hari terdapat sampai 3 perkelahian ditiga tempat sekaligus (Tambunan, dalam e-psikologi, 2001). Persentase penggunaan narkoba pada remaja Indonesia pun mencapai 46%. Dan Departemen Sosial memberi estimasi jumlah prostitusi anak yang berusia 15-20 tahun angka 30% dari 40-150.000 sebagai pelacur anak.

Becker (dalam Soerjono Soekanto, 1988) mengatakan bahwa tidak ada alasan untuk mengasumsiakn hanya mereka yang menyimpang mempunyai dorongan untuk berbuat demikian. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya pasti mengalami dorongan untuk melanggar pada situasi tertentu. Tetapi mengapa pada kebanyakkan orang tidak menjadi kenyataan yang berwujud penyimpangan, sebab orang dianggap normal biasanya dapat menahan diri dari dorongan-dorongan untuk menyimpang. Kenakalan-kenakalan remaja yang dilakukan dibawah usia 17 tahun sangat beragam mulai dari perbuatan yang amoral dan anti social tidak dapat dikategorikan sebagai pelanggar hokum. Seperti hal yang sering kita lihat di televise, Bang Napi selalu berkata “Kejahatan terjadi tidak hanya karena ada niat tapi juga karena ada kesempatan.”

Sebuah kata sederhana tapi mengandung sejuta makna. Banyak hal yang mempengaruhi seseorang untuk berbuat perilaku menyimpang. Salah satunya yaitu kesempatan, sedikit saja celah yang tersedia maka besarlah kemungkinan perilaku menyimpang itu terjadi. Tidak hanya itu, hasil beberapa penelitian ditemukan bahwa faktor lainnya adalah tidak berfungsinya orang tua sebagai figure tauladan bagi anak (Hawari, 1997). Suasana yang tidak aman dan tidak menyenangkan serta hubungan keluarga yang tidak harmonis dapat menimbulkan bahaya psikologi bagi anak terutama dalam usia remaja. Selanjutnya Talent (1978) menambahkan anak yang mempunyai penyesuaian diri dan sosialisasi baik di sekolah, biasanya memiliki latar belakang keluarga yang harmonis, menghargai pendapat anak dan hangat. Faktor lain yang juga ikut mempengaruhi kenakalan remaja adalah konsep diri yang merupakan pandangan atau keyakinan diri terhadap keseluruhan diri, baik itu kelebihan ataupun kekurangan, sehingga mempunyai pengaruh besar dalam keseluruhan perilaku yang ditampilkan.

Berdasarkan data di atas, penulis ingin melakikan penelitian di daerah Kabupaten Tanah Datar, khusunya kota Batusangkar. Karena pada umumnya, remaja disini sangat mudah terpengaruh oleh budaya dari luar. Tampaknya belum ada peneliti yang mencoba mengambil daerah Batusangkar sebagai pusat penelitian ini. Dengan demikian, peneliti menjamin keaslian penelitian ini dan dapat dipertanggungjawabkan.

B. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui jelas apa kenakalan remaja yang banyak dilakukan remaja kota Batusangkar.

2. Untuk mengetahui faktor-fator penyebab terjadinya kenakalan remaja.

3. Untuk mengetahui peran masyarakat lingkungan orang tua ataupun guru.

4. Untuk mengetahui cara mengatasi dan mencegah kenakalan remaja.

C. Rumusan Masalah

1. Apa itu kenakalan remaja?

2. Jenis-jenis kenakalan remaja apa yang banyak terjadi di Kabupaten Tanah Datar?

3. Apa saja faktor-faktor penyebab terjadinya kenakalan remaja?

4. Apa peranan dari masyarakat, orang rua, ataupun guru di lingkungan?

5. Hal apa saja untuk mengatasi atau emcegah terjadinya kenakalan remaja?

D. Metode Isi

1. Diskusi,

2. Terjun langsung ke lapangan,

3. Data-data internet , dan

4. Buku sumber

BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimoang sari norma-norma hokum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang disekitarnya.

Kartono (ilmuwan sosiologi) mengemukakan bahwa kenakalan remaja atau dalam bahasa Inggris lebih dikenal dengan istilah juvenile delinquency merupakan “Gejala patologis social pada remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian social. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang.”

Santrock mengemukakan bahwa kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai prilaku remaja yang tidak dapat diterima secara social hingga terjadi tindakan kriminal.

Kenakalan remaja merupakan perbuatan anak-anak yang melanggar norma social, norma hokum, norma kelompok dan mengganggu ketentraman kelompok. Kenakalan remaja di era modern ini sudah melebihi batas yang sewajarnya. Banyak anak dibawah umur yang sudah mengenal rokok, narkoba, freesex, dan terlibat banyak tindakan criminal lainnya. Fakta ini tidak dapat diungkuri lagi, kita dapat melihat brutalnya remaja zaman sekarang. Kini sudah banyak remaja yang kita temui sedang menghisap rokok, atau kadang kita melihat pelajar yang bentrok/tawuran hanya karena salah satu dari temannya tidak sengaja terserempet oleh siswa sekolah lain. Hal sekecil itu menjadi besar dengan adanya tawuran, dan menjadi satu tindakan kriminal. Padahal hal itu bisa diselesaikan dengan cara kekeluargaan atau melalui pihak yang berwajib. Bukan dengan main hakim sendiri.

B. Jenis-jenis Kenakalan Remaja

Berikut ini terdapat beberapa jenis kenakalan remaja yang banyak terjadi di kota-kota besar ataupun kota kecil seperti Batusangkar, yaitu :

1) Penyalahgunaan Narkotika

Fungsi utama narkotika dalam segi medis adalah sebagai analgetik untuk mengurangi rasa sakit dan penenang yang hanya digunakan rumah sakit untuk orang yang menderita sakit berat (misalnya kanker) dengan rekomendasi dokter atau diberikan kepada orang-orang yang akan menjalani operasi. Disamping itu, narkotika juga dapat menimbulkan efek halusinasi (khayalan), impian yang indah-indah atau rasa nyaman. Dengan timbul efek halusinasi inilah yang menyebabkan sekelompok masyarakat terutama kalangan remaja ingin menggunakan narkotila meskipun tidak sedang sakit menderita sakit. Hal itulah yang mengakibatkan penyelahgunaan obat ini (narkotika). Bahaya penggunaan narkotika yang tidak sesuai dengan peraturan adamya adiksi atau ketergantungan.

Adiksi adalh keracunan obat yang bersifat kronik atau periodic sehingga penderita kehilangan control terhadap dirinya dan menimbulkan kerugian terhadap dirinya sendiri dan masyarakat. Beberapa jenis tanaman bahan narkotika dan obat bius antara lain candu atau opium, morfin, alcohol, kokain, ganja, atau mariyuana, kofein, LSD (Lansergic Adid Diethy Lamide) dan tembakau.

Kini tidak sedikit kita lihat banyak remaja Tanah Datar terang-terangan menggunakan narkotika walau hanya dalam bentuk lem. Remaja yang menganggap dirinya pria sejati, rela melakukan apa saja demi dikatakan pria sejati oleh teman-temannya. Berawal dari merokok, lalu mencoba narkotika dalam bentuk lem dan setelah itu malah mereka memperlihatkan kepada masyarakat bahwa keadaan mereka sedang berada di bawah alam sadar. Dan untuk rokok, tidak hanya dilakukan oleh para pria yang ingin dianggap tapi juga karena gengsi, sebab yang menawari rokok kepada pria tersebut adalah seorang wanita. Salah seorang wanita yang pernah penulis tanyai alasannya untuk mulai merokok adalah keadaannya yang saat itu sangat kacau hingga bergaul dengan orang yang salah hingga ia ditawarkan rokok dan saat itulah ia mulai yang namanya merokok.

2) Freesex

Freesex atau seks bebas atau perilaku seks diluar nikah terjadi sebagai akibat masuknya budaya barat. Budaya barat yang menganggap itu hal biasa, sangat bertentangan dengan nilai-nilai agama dan norma-norma sosial yang berlaku pada masyarakat Indonesia. Masuknya paham Children of God (COG) sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Pada dasarnya COG merupakan freesex (seks bebas) merupakan kebebasan hubungan seksual diluar nikah. Hubungan seksual diluar nikah menurut agama adalah dosa besar.

Pada saat ini, kebebasan bergaul sudah sampai pada tingkat menguatirkan para remaja dengan bebas dapat bergaul antar jenis. Tidak jarang dijumpai pemandangan di tempat-tempat umum, para remaja saling berangkulan mesra tanpa memperdulikan masyarakat sekitarnya. Pacar bagi mereka, merupakan salah satu sentuk gengsi yang membanggakan hingga terjadi persaingan untuk mendapatkan pacar. Pengertian pacaran dalam era globalisasi informasi yang menyamakan/menyetarakan hukum barat yang memperbolehkan seks bebas. Akibatnya, di zaman ini banyak remaja yang putus sekolah karena hamil.

Ini tidak hanya dilakukan karena alasan kebablasan atau suka sama suka. Terkadang ini juga dijadikan sebuah pekerjaan tetap. Bahkan anak dibawah umur pun juga bisa menjual dirinya sebagai pelacur anak. Semua terjadi hanya karena alasan ekonomi yang mendesak. Bahkan, ada salah seorang yang pernah penulis temui saat terjun langsung ke lapangan, mengaku pernah melakukan hubungan suami istri dengan pacarnya saat ia masih duduk di bangku SMP. Kini mas depannya hancur dan pacarnya malah melarikan diri. Atau bahakan yang lebih fenomenal yang terjadi di SMA Negeri 1 Batusangkar sekitar tahun 1990-2000 hampir setiap tahunnya ada siswa yang harus berhenti bersekolah karena harus bertanggungjawab atas kehamilannya. Dan tiap tahun itu jumlahnya selalu meningkat untuk kota Batusangkar.

3) Perkelahian Pelajar

Perkelahian antar pelajar dapat merusak dan memperlemah persatuan dan kesatuan para remaja terutama pelajar dan merusak nilai-nilai soisal. Peranan organisasi pelajar, seperti OSIS, Palang Merah Remaja (PMR), dan pramuka sangat penting didalam membentuk sikap dan tingkah laku para pelajar. Apabila terjadi masalah, selesaikan dengan musyawarah kekeluargaan atau melalui pihak yang berwajib, jangan dengan mengadu kekuatan fisik. Jangan sampai seperti yang terjadi beberapa bulan lau, siwa SMA Negeri 1 Batusangkar dengan siswa SMA Negeri 1 Sungai Tarab hanya karena masalah antar personal temannya.

Disamping contoh yang telah dikemukakan tadi, masih banyak bentuk kenakalan remaja. Misalnya kebut-kebutan, minum-minuman keras, bolos sekolah, membunuh, berbohong, keluyuran, mencuri, aksi corat-coret pagar atau di tembok, dan banyak lagi. Yang lebih lagi, kini dengan adanya geng-geng baik itu geng motor ataupun geng mobil yang bersifat negative. Masih jelas dalam ingatan warga Tanah Datar saat kejadian beberapa bulan lalu yang melibatkan geng mobil Oxigen di Batusangkar. Akibat kebut-kebutan antar sesamanya, salah satu mobil dari anggota geng tersebut mengalami kecelakaan masuk ke jurang yang mengakibatkan 1 orang tewas, 1 orang koma, dan 1 orang luka-luak.bahkan ada juga pengaruh dari geng yang membuat seseorang yang dulunya patuh kepada orang tuanya, namun kini setelah bergabung dengan salah satu geng motor di Batusangkar membuat ia berubah menjadi anak yang sangat nakal hingga berani memberontak, bahkan menghardik orang tuanya.

C. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Kenakalan Remaja

Perilaku nakal remaja disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri (internal) maupun faktor dari luar (eksternal).

· Faktor Internal

a. Krisis Identitas

Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan dan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan remaja gagal mencapai masa integritas kedua.

b. Kontrol Diri yang Lemah

Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku nakal. Begitupun bagi mereka yang telah mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan control di untuk bertingkah laku sesuai pengetahuannya.

c. Ketidakbahagiaan

Ketidakbahagiaan, timbul dari hilangnya tanggungjawab dan tidak adanya rasa bertanggungjawab (Weber,Christine.9 Langkah Meraih Kebahagiaan Hidup.2005). Ketidakbahagiaan seperti kebahagiaan, merupakan suatu pilihan yang tidak dapat dihindari, meskipun banyak orang bersumpah bahwa mereka tidak apat menghindari adanya ketidakbahagiaan. Ketidakbahagiaan itu juga merupakan suatu kebiasaan kebiaasaan yang sangat buruk yang bisa membuat kita kecanduan.

d. Penggunaan Waktu Luang

Kegiatan dimasa remaja hanya berkisar pada kegiatan sekolah dan seputar usaha menyelesaikan urusan rumah, selain itu mereka bebas, tidak ada kegiatan. Apabila melakukan hal positif tentu tidak masalah, yang menjadi masalah jika kegiatannya negatif, maka lingkungan dapat terganggu. Perbuatan negative ini hanya terdorong rasa iseng saja untuk mengisi waktu serta untuk menarik perhatian lingkungan.

e. Masalah yang Dipendam

f. Dasar-dasar Agama yang Kurang

· Faktor Eksternal

a. Keluarga

Perceraian orang tua, ketidakharmonisan keluarga, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negative pada remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak bisa menjdikan penyebab kenakalan remaja.

b. Pengaruh Kawan Sepermainan

Memiliki banyak kawan adalah satu bentuk prestasi sendiri bagi remaja. Pengaruh kawan bermain bukan hanya membanggakan si remaja tetapi bahkan juga pada orang tuanya. Namun, dalam hubungan teman, kita harus bisa memilih teman yang bisa mendapat pengaruh baik, bukan pengaruh buruk. Karena sesuai kata orang bijak, jika berteman dengan orang menjual minyak wangi, minimal kita akan wangi. Untuk realisasinya, jika berteman dengan orang yang memakai narkotika, minimal kita akan merokok.

c. Komunitas atau Lingkungan Tempat Tinggal yang Kurang Baik

Anak dan remaja banyak belajar dari lingkungan atau komunitas dimana ia berada. Karena pengaruh yang sangat besar bisa terjadi didiri remaja dari bagaimana dia hidup bersosialisasi dengan lingkungannya.

d. Perkembangan IPTEK dan Era Globalisasi

Menurut sosiolog Akbar S. Ahmad (1997) bahwa media televisi di zaman modern telah menumbuhkan gejala pemujaan tubuh dan personifikasi gaya hidup remaja. Televisi ataupun media elektronik lainnya telah membius remaja akan penampilan tampak muda. Televisi bukan saja mempengaruhi sikap dan gaya hidup remaja, tetapi juga sanggup merubah idiologi seseorang bahkan mungkin agama. Ironisnya, tayangan dari media elektronik itu juga mengandung kekerasan, horor dan pornografi (Al-Ghifari,Abu.Kudung Gaul.2004). Dan sebagian besar hal-hal tersebut banyak ditiru oleh remaja zaman kini.

D. Peran Orang Tua, Guru dan Lingkungan

Sebenarnya menjaga sikap dan tindak tanduk positif itu tidak hanya tanggung jawab para guru dan keluarga, tetapi semua orang. Guru adalah profesi yang mulia dan tidak mudah dilaksanakan serta memiliki posisi yang sangat luhur di masyarakat. Peran guru tidak hanya sebatas tuga yang harus dilaksanakan didepan kelas saja, tetapi seluruh hidupnya memang harus didedikasikan untuk pendidikan. Tidak hanya menyampaikan teori-teori akademis saja tetapi suri tauladan yang digambarkan dengan perilaku seorang guru dalam kehidupan sehari-hari.

Terkesannya seorang guru adalah sosok sempurna yang dituntut tidak melakukan kesalahan sedikitpun. Jika sang guru mempunyai kebiasaan buruk dan diketahui oleh murid, tidak ayal jika itu akan dijadikan referensi bagi para remaja yang lain tentang pembenaran kesalahan yang ia lakukan. Bahkan ada berita yang meruntuhkan citra guru adalah tentang penyiksaan oknum guru terhadap anak didiknya.

Peran orang tua yang bertanggung jawab terhadap keselamatan para remaja tentunya tidak membiarkan anaknya terlena dengan fasilitas-fasilitas yang dapat menenggelamkan remaja kedalam kenakalan remaja, kontrol yang baik dengan selalu memberikan pendidikan moral dan agama yang baik diharapkan akan dapat membimbing remaja ke jalan yang benar, bagaimana orang tua dapat mendidik anaknya remaja sholeh sedangkan orang tuanya jarang melaksanakan sesuatu yang mencerminkan kesholehan. Jadi jangan heran apabila kenakalan remaja mencontoh pola kenakalan orang tua.

Keadaan lingkungan yang kurang baik juga akan mempengaruhi sikap serta tingkah laku dari para remaja. Bagi yang mendapat lingkungan dan pergaulan sekitarnya yang baik, para remajanya pun juga akan bersikap baik dan mengenal sopan santun. Dan bagi yang mendapat lingkungan dan pergaulan sekitarnya yang lebih buruk, para remajanya pun juga akan bersikap lebih buruk. Semua itu disebabkan oleh lingkungan pergaulan mereka sehari-hari. Apabila pergaulan sekitarnya baik, maka mereka akan terbiasa melihat dan melakukan kegiatan positif karena itu lazim di lingkungannya.

Kerja tim yang terdiri dari guru, orang tua, dan lingkungan (guru saat anak-anak, para remaja belajar bersosialisasi) harus dibentuk. Diawali dengan komunikasi yang baik antara orang tua dan guru di sekolah, pertemuan intensif yang mendukung bagi pendidikan para remaja. Peran lingkungan pun harus lebih peduli, dengan mengganggap para remaja yang ada di lingkungannya adalah tanggung jawab bersama, tentunya lingkungan pun akan dapat memberikan informasi yang benar kepada orang tua tentang tindak tanduk remaja tersebut dan kemudian dapat digunakan untuk mengevaluasi perkembangannya agar tidak terjebak dalam kenakalan remaja.

E. Mengatasi dan Mencegah Kenakalan Remaja

Beberapa tips untuk mengatasi dan mencegah kenakalan remaja, yaitu :

· Adanya pengawasan dari orang tua yang tidak mengekang. Contohnya sebagai orang tua boleh saja membirakan anak untuk melakukan apa saja yang masih dibatas kewajaran, apabila telah melewati batas yang sewajarnya, sebagai orang tua barulah memberitahunya apa dampak dan akibat dari perbuatan tersebut.

· Perlunya kasih sayang dan perhatian dari orang tua dalam hal apapun.

· Biarkanlah para remaja tetap bergaul dengan teman sebayanya, yang hanya berbeda umur 2-3 tahun lebih tua darinya, karena apabila kita membiarkan dia bergaul dengan teman yang tidak sebaya dengannya, yang gaya hidupnya sudah pasti berbeda, maka dia pun bisa terbawa-bawa.

· Pengawasan yang perlu dan intensif terhadap media komunikasi seperti televisi, internet, handphone, computer, dll.

· Perlunya bimbingan kepribadian di sekolah, karena disanalah tempat anak lebih banyak menghabiskan waktunya selain di rumah.

· Perlunya pembelajaran agama yang dilakukan sejak dini, seperti ibadah dan mengunjungi tempat ibadah sesuai dengan iman kepercayaannya.

· Mendukung hobby dan bakat yang dimilikinya selama itu masih bersifat positif. Karena dengan melarangnya dapat mengganggu kepribadian dan kepercayaan dirinya.

· Menjadikan orang tua sebgai tempat curhat yang nyaman, hingga orang tua bisa membimbing dalam menyelesaikan masalah.

· Menanamkan dalam diri setiap remaja untuk malu dan takut berbuat jahat. Menumbuhkan rasa malu melakukan perbuatan yang sama sekali tidak benar. Dan menyadari bahwa suatu perbuatan tertentu tidak pantas, memalukan untuk dilakukan dan mengetahui uraian tentang akibat perbuatan buruk.

BAB 3

PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Kenakalan remaja adalh suatu perilaku yang tidak dapat diterima masyarakat serta system yang berlaku. Jenis-jenis kenakalan remaja yang banyak terjadi di kota-kota besar ataupun di kota kecil Batusangkar adalah pemakaian narkoba, freesex, dan perkelahian antar pelajar.

Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku remaja disebabkan oleh faktor dari dalam (internal) dan faktor dari luar (eksternal). Dalam mengatasi dan mencegah tejadinya kenakalan remaja sangat diperlukan peran dari orang tua, guru, dan lingkungan. Dan kasih saying, perhatian dan pengawasan dari orang tua juga dibutuhkan dalam mengatasi dan mencegah kenakalan remaja. Dan yang paling penting dalam mencegah ataupun mengatasi kenakalan remaja itu adalah kepribadian dari remaja tersebut.

B. Saran

Sebagai remaja yang masih dalam berkondisi labil dan banyak mendapat pengaruh dari luar, setiap remaja harus bisa mengendalikan diri dalam bertindak berdasarkan norma yang ada. Dalam bergaul pun setiap remaja harus bisa menentukan mana yang membawa pengaruh baik dan mana yang membawa oengaruh buruk. Yang pasti, setiap remaja harus bisa mengendalikan dirinya untuk selalu berperilaku positif.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Ghifari, Abu. 2004. Kudung gaul. Bandung: Mujahid

Webber, Christine. 2005. 9 Langkah Meraih Kebahagiaan Hidup. Jogyakarta: Platinum

www.AsianBrain.com. Kenakalan Remaja. 2009.

www.h4b13.wordpress.com. Hal-hal yang Mempengaruhi Timbulnya Kenakalan Remaja. 2008.

www.mathedu-unila.blogspot.com. Pengertian Kenakalan Remaja. 2008.

www.ubb.ac.id. Kenakalan Remaja, Peran Orang Tua, Guru dan Lingkungan. 2009.

www.wikimu.com. 2009.

www.wisnucahyono.wordpress.com. Kiat Pokok Mengatasi Kenakalan Remaja. 2008.
Di tuliskan lagi berdasarkan film What A Girl Want.



Namaku Daphne Reynolds dan aku lahir di kota New York. Selama ini aku tinggal bersama ibu di gedung tingkat 5 Pecinan. Kami selalu berdua saja, aku dan Libby (Ibuku). Tapi disetiap ulang tahunku, aku akan membuat permohonan.

Libby : “Buat permohonan sayang”

(Aku meniup lilin sambil meminta permohonan).

Aku ingin seseorang juga berada disini. Dan jika tiap tahun ia tidak datang, aku meminta Ibuku menceritakan kisah yang sama.

Libby : “Kau tidak pernah bosan mendengar ceritanya?”

Daphne : (Menggelengkan kepalanya).

Libby : “Baiklah.”

Pada suatu ketika ada seorang penyanyi muda dan cantik sekali bernama Libby yang suatu hari memutuskan untuk pergi berkelilingi dunia. Ia tidak menyadari bahwa di sebuah gurun di Moroko, takdir menantinya. Dan nama takdir itu adalah Henry. Mereka jatuh cinta yang teramat dalam. Dan kemudian dinikahkan oleh kepala suku Beduin. Henry mengajaknya ke Inggris untuk menemui keluarganya dan menikah dengan sah. Tapi kali ini takdir tak memihaknya. Ia jelas bukan seperti yang diharapkan keluarganya. Tapi ketika tiba-tiba ayah Henry meninggal Libby tahu beban hidup Henry akan makin besar karena ia sekarang menjadi Lord Dashwood. Dan Libby sama sekali bukanlah seorang bangsawan.

Alistair : “Henry tahu. Jika kau mencintainya, kau harus pergi sekarang.”

Libby pun pergi meninggalkan Inggris.

Alistair : “Libby meninggalkan ini.”

Henry : “Ternyata ada orang ketiga.”

Jadi meskipun hatinya hancur, ia tahu ia harus meninggalkannya. Tapi beberapa bulan kemudian, takdir memberinya berkah terbesar. Seorang bayi perempuan cantik bernama Daphne.

Libby : “Mimpi indah, sayang.”

Daphne : “I love you.”

Libby : “Aku tak percaya hari ini kau sudah berumur 15 tahun.”(sambil berjalan keluar kamar)

Daphne : “Mimpi indah Henry.”(lalu mencium foto Henry.)

Dihari ulang tahunku yang ke 17, Ibu dan aku harus bekerja. Tapi ternyata itu menjadi awal dari kisahku ini. Aku bekerja sebagai pramusaji di pesta pernikahan, dan Ibu sebagai penyanyi band di pesta pernikahan. Dan seperti biasa disaat dansa antara Putri dan Ayah, aku selalu menatap dengan perasaan ingin berdansa bersama Henry. Saat pesta selesai, aku membereskan peralatan sisa makanan.

Libby : “Aku tahu. Aku lihat tatapanmu.”

Daphne : “Aku tak mau membicarakannya. Setiap kali di penikahan aku melihat pengantin dan Ayahnya berdansa. Aku... aku tak tahan memikirkan bahwa aku takkan pernah bisa melakukannya. Aku tahu Ibu pikir menyembunyikan aku dari Ayah adalah tindakan benar. Tap...”

(Ibu memotong)

Libby : “Aku ingin melindungimu dari luka yang ku alami dulu.”

Daphne : “Ibu yang meninggalkannya, ingat?”

Libby : “Tapi ia tak mengejarku. ”

Daphne : “Mungkin ia akan melakukannya jika ia tahu aku ada.”

(Daphne duduk sambil menghempaskan tadahan gelasnya)

Libby : “Tak semudah itu!”

Daphne : “Kenapa Ibu tak mau mengerti? Aku merasa sebagian dari hidupku hilang. Dan tanpa separuhnya lagi, bagaimana aku tahu jati diriku?”

Libby : “Daph. Mengenal seseorang hanya karena mereka sedarah bukan jawaban. Tapi ini untuk mengenali jati dirimu.

Ayo, kita curi sisa makanan, saladnya kelihatan enak.

Aku mencintaimu sebanyak sejuta ikan di Swedia.”

Daphne : “Aku mencintaimu sebanyak M&M’s merah.”

(Libby mencium Daphne dan pergi. Sedangkan Daohne hanya melihat kepergiannya.)

Malamnya, aku langsung mencari tahu informasi tentang Henry. Dan saat pagi Libby belum terbangun, aku melanjutkan kisahku ini terbang ke Inggris. Aku meninggalkan pesan untuk Libby.

Mungkin jawabannya adalah berlibur setahun sebelum berkuliah untuk menetukan apa yang harus kulakukan pada hidupku. Tetapi jauh dilubuk hatiku aku selalu merasakan bahwa yang sebenarnya kubutuhkan adalah menemukan dia. Menemukan Ayahku.

Ibu selalu mengatakan akulah yang berhak mengisi lembar hidupku. Tapi selama ini Ibulah yang menuliskannya. Sekaranglah giliranku.

Kini aku telah berada di kota Ayahku, Inggris. Aku berjalan-jalan melihat kota yang indah ini. Tapi kini aku harus mencari penginapan atau semacam hotel untuk ku tinggali sambil mencari alamat Ayah.

Daphne : ”Grand Hotel Britania Raya? Apa?”

Hujanpun turun membasahiku. Aku bergegas masuk ke hotel. Aku melihat seorang pria sedang bermain gitar di atas meja menunggu tamu.

Daphne : “Lagumu bagus sekali.”

Ian : ”Terima kasih”

Daphne : “Itu Gibson J200?”

Ian : “Ya. Kau musisi?”

Daphne : “Tidak, tapi dirumahku ada.”

Ian : (berekspresi wajah bingung)

Daphne : “Ibuku”

Ian : “Kau ingin pesan kamar?”

Daphne : “Ini pekerjaanmu?”

Ian : “Ya, dari sekian banyak. Kau tahu, inilah perjuangan hidup calon musisi.”

Daphne : “Ooo....”(sambil mengangguk-angguk kepala)

Ian : “Ayo, kita melihat-lihat.

Dapurnya di sebelah sana. Lobi di ujung lorong. Kuingatkan “tulang dan anjing” rusak dan tak ada lift.”

Daphne : “Ahha??”(kebingungan)

Ian : “Telepon rusak, kami tak punya elevator. Sebaiknya ku jelaskan pelan-pelan.”

Tiba-tiba aku melihat siaran di televisi. Berita tentang Lord Henry Dashwood.

Daphne : “Ayahku!”

Ternyata Ayah sudah memiliki tunangan, Glynnis Payne, mereka akan menikah dan Ayah akan memiliki anak tiri Clarissa Payne yang cantik.

Alistair : “Kuakui, awal kau ingin melepaskan kursi Majelis Tinggi kuragukan kewarasanmu. Tapi, ternyata ini lonjakan karir.”

Henry : “Aku mulai merasa kalau ternyata tindakan kita benar.”

Alistair : “Melakukan hal yang benar dan jadi pemenang bukanlah mustahil. Berkatmu pengumpulan pendapat terakhir kita unggul 6 angka. Kau mengubah citra partai yang dicintai Ayahmu. Ia pasti bangga, kau belia, agresif, idealis dan bereputasi cemerlang.”

(Glynnis tiba-tiba masuk)

Glynnis : “Dan seorang tunangan hebat yang memiliki teman-teman orang penting. Hahaha... Maaf, ia harus ku culik untuk membawakan pidato di pesta Oxfam.”

Henry : “Astaga, pidatoku.” (sambil kebingungan mencari pidatonya di balik jas)

Glynnis : “Di kantong kanan jasmu, sayang.”

Henry : (menunjukkan pidato yang telah ia temukan)

Glynis : “Hhaha.... Ia sudah memikirkan segalanya”

Henry : “Sepertinya itu sudah cukup. Terima kasih.”(sambil berjalan keluar)

Alistair : “Silakan kalian menikmati pestanya.”

Glynnis : “Bagaimana masa depannya?”

Alistair : “Asal tak mengecewakan banyak orang, ia akan menjadi PM baru kita.”

Glynnis : “Bagus sekali.”(Glynnis bergegas keluar mengejar Henry)

Ditempat lain, aku melihat-lihat kota bersama Ian.

Daphne : “Ian, aku tak yakin bisa melakukannya lagi.”

Ian : “Daphne, ia Ayahmu. Kau arungi separuh dunia mencarinya, kau tak bisa mundur sekarang.”

Daphne : “Sekarang ia punya keluarga, maksudku... Kau lihat mereka. Mereka begitu anggun. Seperti... Apa yang ia inginkan dariku?”

Ian : “Ia, kau benar juga.”

Daphne : “Diam. Keadaannya tak sesederhana yang kuduga. Mungkin sebaiknya aku pulang dan membiarkannya menjalani hidupnya.”

Aku berkeliling kota sendiri, dan mencari tempat tinggal Ayah. Ternyata rumahnya seperti yang kubayangkan selama ini. Seperti rumah bangsawan lainnya, besar, luas, indah dan pastinya memiliki penjagaan yang sangat ketat di pintu gerbangnya. Jadi, untuk tidak mencari masalah, lebih baik aku memanjat dinding di samping. Aku kira aku tidak akan ketahuan. Tapi ternyata...

Glynnis : (berbicara di telepon) “Sempurna. Bagus sekali, terima kasih. Sampai jumpa. Kau tidak lupa, kita harus kerumah Lady Wrightwood bukan?”

Clarissa : “Hhhaa.”(berekspresi malas)

Glynis : “Ia mensponsori kita untuk hadir di pacuan Ascot. Kita harus datang.”

Clarissa : “Kupikir menikahi Henry kita tak perlu berusaha keras.”

Glynnis : “Pernikahanku masih tinggal lima minggu lagi. Sampai itu terjadi, kita harus terus tampil. Lihat apa yang terjadi dengan Olivia Dixon waktu dia ke Cina.”

Clarissa : “Siapa dia?”

Glynnis : “Tepat sekali.”

Clarissa : “Ibu lihat itu?”

Glynnis : “Apa?”

Clarissa : “Burung yang besar sekali jatuh dari dinding itu.”

Glynnis : “Kamu berhalusinasi.”

Aku menelinap mendekati rumah. Melewati beberapa jendela yang besar, sepertinya aku melewati ruang makan, tapi bagian luarnya.

Clarissa : (melihat suatu bayangan dan bingung)

Glynnis : “Makanan ini sudah dingin. Jika kukuasai rumah ini, pelayan pikun itu akan kupecat lebih dulu.”

Clarissa : “Langkahi dulu nenek tua itu, ia tak mungkin membiarkannya.”

Nenek : “Ada yang lihat gunting tanamanku? Si nenek tua ini lupa serpertinya dimana ia meletakkannya.”

Henry : “Selamat pagi. Pagi, Ibu. Pagi, sayang. Semua tidur nyenyak?”

Clarissa : “Aaa!”(terkejut melihat orang di dekat jendela)

Henry : “Tak semua.”

Clarissa : “Ada seseorang di jendela dan kali ini aku tidak berhalusinasi.”

Glynnis : “Itu pasti wartawan lagi.”

Henry : “Hubungi polisi. Takkan kutolerir lagi sirkus media ini!”

Aku langsung lari secepatnya untuk kabur. Dan...

Daphne : “Woow”(tertangkap Henry)

Henry : “Mau kemana kamu?”

Daphne : “Kamu?”

Henry : “Sampai kapan kalian memeta-mataiku sebelum sadar tak ada berita?”

Daphne : “Kamu salah sangka.”

Henry : “Katakan itu pada yang berwajib.”

Aku dibawa masuk ke dalam rumah. Dan didudukan seperti seorang terdakwa.

Henry : “Yang paling mengejutkan, sekarang kalian mulai sejak muda sekali. Duduk dan katakan dari mana kamu? “The Sun”, “The Daily Star”? Astaga, bahkan umurmu tak lebih dari 17 tahun. Silakan, foto aku dan pergilah.”

Daphne : “Aku sudah punya fotomu.”(sambil memperlihatkan foto Henry yang kumiliki)

Glynnis : “Ada apa?”

Henry : “Darimana kau dapatkan ini?”

Daphne : “Dari Libby.”

Glynnis : “Penyanyi kenalanmu di atas unta?”

Henry : “Kenapa ia memberikan ini kepadamu?”

Daphne : “Katanya mungkin aku ingin tahu seperti apa wajah Ayahku. Namaku Daphne Reynolds. Aku anak Libby. Dan menurut ini aku juga putrimu.”

Glynnis : “Astaga.”

Clarissa : “Ternyata kau lebih menikmati saat di Moroko lebih dari yang kau ceritakan.”

Henry : “Astaga. Aku tak pernah... a....a.... Tidak. Tidak, ini mustahil. Ini pasti kesalahan.”

Glynnis : “Tepat, kesalahan, ini tak membuktikan apapun. Libby pasti menuliskan nama pria yang pertama terpikir olehnya.”

Daphne : “Hanya kau pria yang pernah ia pikirkan.”

Glynnis : “Henry, boleh aku berbicara berdua denganmu sebentar? Henry? Kau takkan percaya padanya, bukan?”

Daphne : (berdiri) “Mungkin aku... Mungkin seharusnya aku tak datang. Ternyata ini mengejutkanmu. Aku ketakutan sekali, apalagi aku mengetahui sejak umurku 2 tahun. Jangan salah sangka, maksudku baik. Aku memimpikan saat ini. Bukan seperti cara masukku tadi. Tapi cara yang lebih anggun. Aku sekarang sadar, ini pasti kesalahan. Seharusnya aku tak ke sini.”(berjalan ke luar)

Henry : “Maaf, kau tadi mengatakan kau tahu tentang ini seumur hidupmu?”

Daphne : “Ya.”

Nenek : “Bagus. Sekarang semua jelas. Ada yang ingin teh dan kue tar?”

Henry : “Ibumu tak merasa aku berhak diperlakukan yang sama?”

Nenek : “Kue tarnya tidak jadi.”

Henry : “Kenapa ia merahasiakannya?”

Glynnis : “Bagaimana teori kesalahan yang tadi berlaku?”

(Daphne berjalan keluar)

Nenek : “Tunggu sebentar. Aku tahu ini mengejutkan, tapi kita tak mungkin membiarkannya pergi. Sampai kita paham kejadiannya. Bagaimana kalau kita pesankan kamar hotel untuknya?”

Glynnis : “Lalu apa yang harus kau ceritakan pada pers? Kandidat paling berpotensi memesan kamar untuk seorang anak remaja? Pers pasti akan berpesta.”

Henry : “Tolong jangan bawa-bawa pers.”

Nenek : “Tidak, Glynnis memang benar.”

Glynnis : “Syukurlah ada yang berpikir jernih.”

Nenek : “Anak ini harus tinggal bersama kita disini.”

Aku hanya bisa tersenyum mendengar ucapan Lady Dashwood.

Glynnis : “Sebelum gadis yang mengaku anakmu menghancurkan karir polotikmu pelajarilah latar belakangnya.”

Henry : “Untuk apa?”

Glynnis : “Catatan kriminal? Golongan darah? Angka 666 di kepalanya?”

Henry : “Ia membawa akte kelahiran, ia punya fotoku dan matanya persis mataku.”

Glynnis : “Aku hanya memikirkan yang terbaik untukmu. Aku tahu kau tak suka, tapi pers bisa brutal sekali.”

Clarissa : “Berita Khusus! Henry Dashwood Punya Anak Haram!”

Henry : “Ia bukan anak haram, aku dan Ibunya sudah menikah. Meski tak resmi, tapi mengunakan adat Beduin di Moroko. Kami ingin meresmikannya begitu kami kembali. Tapi tiba-tiba Libby memutuskan untuk... Ia pergi begitu saja.”

Clarissa : “Dan membawa anakmu.”

Glynnis : “Tutup mulutmu.”

Clarissa : “Mungkin ia yang seharusnya yang dibungkam 17 tahun lalu.”

Nenek mengajakku keliling rumah. Dan memnunjukkan kamarku.

Nenek : “Ini kamarmu.”

Daphne : “Wow...”(terpesona)

Nenek : “Cukup bagimu?”

Daphne : “Anda bercanda? Ini hebat sekali! lebih besar dari apartemen kami. Dan restoran di bawah. Ini membuat Gedung Putih seperti McDonald’s.”

Nenek : “Aku mengerti. Percy bisa mengambil barang-barangmu?”

Daphne : “Terima kasih Lady Dashwood.”(sambil memeluknya)

Nenek : “Jangan memelukku, sayang. Orang Inggris hanya menunjukkan rasa sayang kepada anjing dan kuda.”

Daphne : “Benar.”(kembali memeluk) “Anda hebat.”

Nenek keluar dan aku bahagia di tempatkan di kamar sebesar ini.

Henry menelpon Libby.

Libby : “Halo?”

Henry : “Libby?”

Libby : “Henry. Ia ada disana? Ia baik-baik saja?”

Henry : “Ya, ia disini. Ia baik-baik saja. Ibu sedang menjejalkan kue padanya sekarang. Kenapa kau tidak cerita kepadaku kalau aku punya anak? Kau membiarkannya muncul tiba-tiba 17tahun kemudian, tanpa kabar...”

Libby : “Lalu apa? Membuat cacat karir politikmu?”

Henry : “Tidak. Bukan itu...”

Libby : “Jika kau takut, pulangkan dia.”

Henry : “Bukan itu, tapi aku baru mengetahui aku punya anak! Libby.”

Libby : “Aku tak ingin ia terluka.”

Henry : “Apa maksudmu?”

Libby : “Tanyalah pada penasehatmu. Mereka yang mengantarmu sejauh ini bukan?”

Libby langsung menutup telponnya. Henry hanya bisa terdiam. Memikirkan apa yang telah terjadi padanya kini. Dan berpikir apa yang akan ia katakan kepada pers nanti. Dan pagi pun menjelang, Hnery harus berbicara dengan penasehat karirnya mengenai Daphne.

Alistair : “Kekuatanmu selama ini adalah bebas dari skandal. Tak seperti lawanmu, ini akan menghancurkan segalanya.

Sekarang biarku jelaskan apa langkah kita. Kita umpankan berita kepada pers, tapi sesuai skenario kita.

Acara apa yang kita punya?”(melihat-lihat tumpukan kertas berisi undangan berbagai acara)

“Bagus! Peragaan busana.

“Perkenalkan ia sebagai anakmu tapi jangan sebutkan dengan siapa. Pers akan mendapatkan beritanya dan kita tetap aman.”

Henry : “Kuingatkan, kita mengahadapi manusia, gadis berumur 17tahun.”

Alistair : “Satu-satunya hal yang kita ketahui hanyalah ia seorang remaja Amerika. Itu bukan awal yang menjanjikan. Tapi bagaimana pendapatmu Henry? Ia kekurangan atau keuntungan?”

Henry : “Aku sendiri hanya sempat berbicara dengannya beberapa saat saja. Tapi kurasa ia sudah cukup dewasa dibandingkan umurnya sekarang. Sepertinya ia cukup sopan. Sepertinya ia cukup bisa mengendalikan diri dan tak urakan.”

Alistair : “Sempurna, ayo kita jalankan rencana kita.”

Dan di rumah....Kring....kring....

Clarissa : “Aku yang angkat, mudah-mudahan ini Armistead.

Rumah keluarga Dashwood. Clarissa.”

Ian : “Aku Ian Wallace. Daphne ada?”

Clarissa : “Tidak. Disini tidak ada yang bernama Daphne. Maaf.”

Ian : “Kalau bertemu dengannya, tolong beritahu ian mencarinya.”

Clarissa : “Baiklah akan kulakukan. (menutup telepon) Tidak!”

Di ruang kerja Henry. Ia sedang duduk menbaca koran.

Henry : (terkejut) “Daphne.”

Daphne : “Tn. Dashwood. Lord Dashwood?”

Henry : “Panggil aku Henry.”

Daphne : “Henry, baiklah.” (Daphne masuk dan melihat-lihat ruangan itu)

“Ruangan ini keren juga.”

Henry : “Dengar, aku...

Aku sedang berpikir...

Entahlah ini menarik atau tidak bagimu. Tapi maukah kau ikut ke peragaan busana malam Jum’at nanti?”

Daphne : “Peragaan busana?”

Henry : “Iya, sangat membosankan. Golongan yang ingin kupengaruhi terlalu serius menanggapi.”

Daphne : “Seperti peragaan busana biasa? Madonna dan Gwyneth juga datang?”

Henry : “Aku tak tahu apa maksudmu, tapi ini hanya taktik politik. Bagi Glynnis ini saat meluncurkan Clarissa di kalangan bangsawan.”

Daphne : “Meluncurkan? Seperti perahu saja.”

Henry : “Tidak, bagi Clarissa ini seperti peluncuran rudal. Bahasa kunonya adalah pendatang baru. Entahlah aku...

Kau mau datang?”

Daphne : “Aku? Maksudku itu akan... Aku mau saja.”

Henry : “Sungguh?”

Daphne : “Yeah.”

Henry : “Yeah. Bagus, kalu begitu beres.”

Daphne : (tertawa kecil)

Henry : “Bagus.”

Daphne : (berjalan ke arah pintu) “Aku lupa, ini ku bawakan untukmu. Foto-fotoku sejak kecil.”

Henry : “Itu...”

Daphne : “Mungkin kau mau menyimpannya.”

Henry : “Terima kasih banyak.

Bagus sekali. Terima kasih.”

Daphne : “Baiklah.”

Aku berjalan keluar ruangan. Henry tetap diam terpaku melihat album foto itu. Ia mulai melihatnya satu persatu. Ia menyesal, mengapa ia baru tau semua ini setelah 17 tahun berlalu? Ia ingin menangis tapi tak mungkin. Ingin bersedih, ia tidak sedih. Ia bahagia telah menemukan anaknya.

Aku langsung tertidur pulas. Dan saat bangun aku merasa sangat bahagia. aku serasa seperti didalam mimpi. Tapi tidak, inilah kenyataan yang terjadi sekarang. Aku terbangun diatas ranjang indah di dalam kamar yang luas dan sangat bagus. Aku berjalan keluar kamar dan...

Clarissa : “Daphne, aku boleh minta pendapatmu?”

Daphne : “Tentu saja.”

Clarissa : “Aku tidak bisa menentukan yang mana yang akan kupakai ke acara besok. Mungkin kau bisa memilihkan.”

Daphne : “itu rok motif kotak-kotak Gucci? Indahnya!”

“Kau boleh berpakaian santai ke acara itu?”

Clarissa : “Itulah maksud acara itu. Tampil dengan gaun indah dan perhiasan sekalian saja memakai papan ‘Orang Bodoh’.”

Daphne : “Syukurlah kau memberitahuku, aku tak mau jadi orang bodoh.”

Clarissa : “Itulah gunanya saudara tiri.”

Daphne : “Ini lucu sekali.”

Clarissa : “Bagus, kalau begitu ku pakai itu.”

Daphne : “Sampai nanti.”

Clarissa : “Dah.”

Clarissa merasa senang. Dia berhasil teriaknya dalam hati. Di luar, Ian sudah merindukan Daphne dan mencari dimana keberadaan Daphne sekarang.

Daphne sedang bersiap-siap untuk berangkat ke peragaan busana hari ini. Ia mencoba seluruh peralatan mandi di kamar mandi itu. Sayang, ia tak tahu bagaimana cara mengunakannya dengan benar. Sedangkan Henry, Clarissa dan Glynnis telah menantinya di ruang tengah. Glynnis telah berkali-kali melihat jam karena waktunya yang tinggal sedikit lagi.

Daphne : “Maaf sebentar, aku akan segera datang, aku hampir siap. Sebentar.”

Glynnis : “Sayang, kita haru segera datang. Pangeran Charles, Harry dan Wills akan lebih dahulu tiba.”

Clarissa : “Kenapa Daphne tidak menyusul saja?”

Henry : (dengan tampang yang agak linglung) “Percy bisa mengantarnya.”

Glynnis : “Bagus, jadi sudah beres.”

C & G : “Ayo.”

Glynnis : “Ini sempurna bukan?”

Mereka bertiga berangkat dahulu. Dan Daphne yang masih dalam keadaan belum siap, sesegera mungkin agar bisa cepat selesai berpakaian. Dan sesampainya Daphne di tempat Peragaan busana, ia tidak di izinkan masuk. Hingga ia masuk lewat pintu belakang.

Glynnis : “Kita masih menunggu anak haram Henry?”

Alistair : “Iya. Tenang saja Henry telah memastikan anak itu bersikap sopan dan baik.”

Dan ternyata, ia masuk ke melalui belakang pangung. Dan ia disuruh oleh koordinator disana agar cepat ke panggung. Awalnya, Daphne mengira itu adalah jalan agar bisa masuk ke dalam. Tapi ternyata, kini Daphne telah berada di atas panggung.

Alistair : “Ya ampun.”

Glynnis : “Wow.”

Henry : “Aaw...”

Alistair : “Henry, lakukan sesuatu.”

Tanpa canggung, Daphne langsung saja berjalan dengan gaya seperti model sungguhan, tapi sayang, baju yang dikenakan Daphne baju santai, sedangkan ini adalah acara formal.

Daphne : “Terimakasih London.”

Dan tanpa sengaja Daphne terjatuh dari atas panggung. Dengan cepat, Henry menolongnya.

Clarissa : “Beri jalan semuanya. Anak Amerika kampungan datang.”

Daphne : “Saudara tiriku yang jahat. Kau pernah menonton Cinderella kan? Ini petunjuk untukmu, aku yang menang.”

Daphne berusaha mendekatkan diri kepada tamu yang berada disana, dan ia memperkenalkan dirinya kepada semua orang kalau ia anak Henry Lord Dashwood. Dan ia juga bermain dengan anjing milik putri Charlotte. Biasanya Anjing itu tak suka dan akan menggigit orang yang baru dikenalnya. Tapi dengan Daphne itu tidak terjadi. Putri Charlotte sangat menyukai anak seperti Daphne. Dimatanya, Daphne anak yang baik.

Malamnya di rumah, saat itu Henry menuju dapur dalam gelap. Dan saat membuka pintu almari es...

Daphne : “Hmhhmm...”

Henry : (terkejut) “Astaga. Kau membuatku kaget sekali.”

Daphne : “Maaf.”

Henry : “Jadi kau pencuri susunya? Kenapa malam-malam belum tidur?”

Daphne : “Pengaruh perbedaaan waktu. Apa alasanmu?”

Henry : “Aku tak bisa tidur. Aku sedang berpikir.”

Daphne : “Tentang aku hampir merobohkan seluruh keluarga Raja?”

Henry : “Mereka menikmatinya. Pertama kalinya Putri Charlotte senang berkenalan. Tak ada yang mau mendekati anjing itu semenjak ia mengigit testis Lord Barret.”

Daphne : “Tragis.”

Henry : “Tragis. Ia masih bisa punya anak.”

Daphne : “Koko Krunch, pilihan menarik. Ku pikir kau penggermar makanan sehat.”

Henry : “Ini barang terlarang. Glynnis menyuruhku makan sereal sehat setiap pagi. Kau suka Koko Krunch?”

Daphne : “Itu cokelat. Perlu kujelaskan?”

Henry : (membuatkan semangkuk Koko Krunch untuk Daphne.)

Daphne : “Kau serius mengatakan aku akan tinggal selama musim panas ini?”

Henry : “Ya, aku serius.”

Daphne : “Jadi itu artinya aku akan diluncurkan ke lingkunganku?”

Henry : “Kita sebaiknya mengatur acara penyambutanmu.”

Daphne : “Pesta penyambutan? Sebagai apa?”

Henry : “Sebagai wanita muda.”

Daphne : “Apa maksudmu, Henry?”

Hnery : “Maksudku, sebagai gadis yang........berkelas dan memenuhi syarat.”

Daphne : “Memenuhi syarat? Untuk apa?”

Henry : “Untuk para pria. Maksudku, pria pelamar.....Aku tak cukup jelas menerangkan?”

Daphne : “Aku hanya senang melihatmu gugup.”

Henry : “Mungkin sebaiknya pelaksanaan pesta itu terserah padamu saja.”

Daphne : “Aku tak terlalu suka. Tapi akan kupikirkan. Terima kasih Henry.”

Henry : “Aku hanya penasaran. Apa ibumu pernah......”

Daphne : “Tidak, ia tak pernah menikah.”

Henry : “Tapi pasti ada..... Pasti ada seseorang. Kau tahu...”

Daphne : (menggelengkan kepalanya)

Henry : “Sekarang waktunya tidur. Semoga persiapan tidurmu malam ini bisa menjadikan tidur nyenyak...”

Daphne : “Henry, ‘mimpi indah’ sudah cukup.”

Henry : “Benar. Mimpi indah.”

Daphne : “Mimpi indah Henry.”

Saat bangun pagi, Henry sudah bersiap untuk berangkat kerja. Dan tiba-tiba, dari jendela terlihat sosok Daphne. Ia berteriak...

Daphne : “Pagi, Henry!”

Henry : “Aw..”

Daphne : “Berangkat kerja?”

Henry : “Aku baru saja...Ya. aku jadi ingat, kita harus membeli gaun untuk Sabtu depan.”

Daphne : “Ada apa di hari itu?”

Henry : “Pesta di rumah keluarga Orwood. Sayangnya banyak acara bersalaman.”

Clarissa : “Akan kubantu Daphne mencari gaun.”

Glynnis : “Itu bukan ide yang baik. Aku sudah menemukan gaun di perancangku. Sudah ku letakkan dikamarmu. Indah sekali.”

Henry : “Bagus, terima kasih. Ku andalkan kalian berdua membantu Daphne. Sampai nanti.”

Semua masuk lagi ke dalam kamar setelah Henry pergi. Dan Daphne langsung mencibakan gaun yang dipilihkan Glynnis untuknya. Saat melihat bayangan dirinya di cermin, Daphne terlihat seperti orang bodoh dengan gaunnya itu. Saat berusaha mencari cara agar bisa membuat gaun itu menjadi indah, Clarissa datang.

Clarissa : “Cocok sekali untukmu. Cantik.”

Daphne : “Terima kasih.”

Clarissa : “Jadi, Henry meminta kami membantumu, bukan? Pertama, pulanglah. Ibu dan aku pantas tinggal disini dan jelas kau tidak. Dan kedua, sementara kau berkemas, jauhkan cakar Amerikamu dari Armistead Stuart. Ia milikku.”

Daphne : “Dari sikap sombongmu orang akan tahu bajumu bermerek sedangkan bajuku sederhana. Kau punya istana, aku punya apartemen kecil. Kau gadis cerewet, aku gadis santai. Jadi apa yang membuatmu yakin kita memiliki selera yang sama dalam memilih pria? Ini petunjuk untukmu, jangan besar kepala. Dan jangan coba menjadi anak manis, karena aku takkan kemana-mana.”

Clarissa : “He eh.”

Daphne : “Bye...”

Clarissa langsung bergegas keluar kamar sambil menggerutu kepada Daphne. Sedang Daphne hanya bisa memandangi dirinya didepan cermin. Ia masih belum tahu akan diapakan gaun yang membuatnya kelihatan aneh ini.

Beberapa saat setelah itu, Daphne memilih untuk menemui nenek yang sedang melakukan hobby menembaknya di halaman belakang. Nenek sangat bersemangat melakukannya. Kenapa tidak? Ini satu-satunya olahraga yang bisa menyehatkan tubuh dan jiwanya. Sekalian menghilangkan rasa kebenciannya terhadap Glynnis dan Clarissa yang selalu bertindak semaunya, seakan rumah dan seisinya telah menjadi milik mereka.

Nenek : “Tarik!” (Doooar bunyi senapan milik Nenek)

“Jangan dengarkan Clarissa, ia hanya merasa terancam denganmu.”

“Tarik!” (Doooar lagi-lagi senapan milik Nenek mengeluarkan bunyi yang amat keras)

Daphne : “Kenapa dia merasa terancam?”

Nenek : “Ibunya akan menikahi anakku dan memperoleh gelar dan semua yang melekat dengannya. Beratahun-tahun Alistair ingin meningkatkan derajat lewat suamiku. Sekarang cakarnya sudah tertanam pada Henry. Bagi orang seperti Alistair dan Glynnis, status sosial sangat penting.”

“Tarik!” (Doooar untuk yang ketiga kalinya senapan itu berbunyi lagi)

“Konyol, tapi itulah hidup mereka. Dan aku juga pernah begitu. Sampai aku melihat apa yang menimpa orang-orang yang kucintai. Percayalah, banyak orang yang mengharapkanmu gagal. Karena itulah ini menyenangkan.” (Nenek memberikan senapan itu kepada Daphne)

Daphne : “Aku siap”

Nenek : “Tarik!” (Dooar tapi ternyata, tubuh Daphne terjatuh saat menembakkan senapan tersebut)

“Sayang, begitukah cara daerah Barat menang?”

Daphne hanya bisa tertawa saat itu. Kemudian ia langsung menuju kamarnya dan melakukan sesuatu agar terlihat indah dalam acara malam itu. Ia mengambil gunting dan mulai membuat sesuatu yang indah dilihat.

Malam tiba, ini saatnya untuk tampil didepan orang-orang untuk mengubah image liar yang telah melekat didirinya. Kini ia harus bisa terlihat menjadi seperti seseorang yang bisa dikatakan dari kalangan murni.

MC : “Lord Henry Daswood, Nn.Glynnis dan Nn.Clarissa Payne. Tn. Dan Ny.Edward Ashley. ”

Nenek : “Ayo Daphne, tarik nafas dalam dan ingat moto keluarga.”

Daphne : “Apa itu?”

Nenek : “Wekapudu thekatudu”

Daphne : “Apa artinya?”

Nenek : “Artinya adalah bertahanlah dan kau pasti menang.”

“Lady Jocelyn Dashwood, bangsawan dari Wycombe.” (setengah berbisik)

MC : “Lady Jocelyn Dashwood, bangsawan dari Wycombe”

Daphne : “Nona Daphne Reynolds....”

MC : “Nona Daphne Reynolds, 413 Mulberry Street, Chinatown, New York.”

Daphne langsung melepas bajunya bagian luar yang membuatnya terlihat aneh. Dan terlihatlah gaun elok yang indah setelah dirubah Daphne. Semua mata tertuju pada Daphne. Para wartawan terkagum-kagum dan menanyakan siapa yang membuat gaun milik Daphne. Daphne hanya bisa tersenyum saat di foto dan tak lama, Henry langsung ke tempat Daphne membawanya ke ruang tengah.

Henry : “Terima kasih. Itu sudah cukup.”

“Maaf, kau masih menjadi bahan berita baru.”

Daphne : “Mereka yang akan diluncurkan?”

Henry : “Ya. Peach dan Pear Orwood. Putri Lord Orwood. Ia ketua partai pemilihanku. Sebenarnya ia hanya mencintai lampu kristal itu. Jangan sampai kau ketahuan memandang lampu itu. Ia akan menceritakan kisah bosan dimulai dari Napoleon yang memberikannya kepada Josephine di Pertempuran Borodino. Ceritanya lebih panjang dari pertempurannya.”

Daphne berpisah dengan Henry, karena tidak mungkin Daphne selalu megikuti kemana Henry pergi. Dan semua terasa membosankan bagi Daphne hingga ia memdengarkan sebuah nyanyian indah. Dan ternyata itu Ian. Ian menjadi penyanyi utama dalam pengisi acara disini. Daphne terkagum melihat sosok Ian. Ia maju ke depan pangung melihat Ian yang sedang asyik melantunkan nyanyian. Tanpa sepengetahuan Daphne, Nenek melihat jelas tatapan Daphne kepada Ian. Nenek tersenyum melihatnya, itu bukan tatapan dan senyuman yang biasa. Daphne melihat dengan cara yang berbeda.

Setelah selesai bernyanyi, Ian turun dari pangung dan Daphne langsung berjalan kebelakang dan bertemu dengan Clarissa yang sedang berdumal keras.

Clarissa : “Pesta ini benar-benar membosankan.” (setengah berteriak)

Daphne : “Kamu tidak boleh seperti itu, pesta ini tidak membosankan.”

Clarissa langsung saja pergi meninggalkan Daphne sendiri. Daphne langsung melihat keseluruh ruangan. Memang betul yang dikatakan Clarissa, pesta itu sangat membosankan. Daphne langsung memilih untuk mencari Ian keluar agar bisa membuat pesta itu terasa lebih menarik ya paling tidak, tidak membosankan seperti yang terasa saat itu.

Ian : “Mencari aku?”

Daphne : “Tidak, aku mencari toilet.”

Ian : “Di teras luar?”

Daphne : “Baiklah, aku tertangkap basah.”

Ian : “Coba ku tebak, kau akan hilang lagi tanpa meninggalkan sepatu kaca?”

Daphne : “Sekarang Cinderella sudah punya Ayah, ia takkan kemana-mana.”

“Lagumu indah sekali.”

Ian : “Terima kasih. Tapi tak bisa memeriahkan pestanya. Gadis-gadis malang. Kasihan mereka. Persta membosankan seperti ini bisa menghancurkan pergaulan mereka.”

Daphne : “Bagaimana kalau kita meriahkan pestanya sedikit? Kita memulainya.”

Ian : “Pertama, aku bisa dipecat. Dan kedua, aku bisa dipecat.”

Daphne : “Ayolah.”

Ian : “Tidak.”

Daphne : “Pengecut.”

Ian : “Tidak.”

Daphne : “Demi aku.”

Ian : “Baiklah. Kita mulai.”

Ian langsung memulainya. Ia membawakan lagu yang memiliki beat cepat. Sedang Daphne mulai mengajak orang-orang menari. Awaknya tak ada yang ingin ikut. Tapi, setelah Daphne menambahkan volume bassnya dan menari dengan indah, orang-orang mengikutinya termasuk Neneknya. Semua menari-nari dengan indah. Pesta itu tak lagi terasa membosankan.

Tiba-tiba Brook kristal milik Lord Orwood terjatuh. Semua menjadi hening. Dan

Henry : “Kita pulang. Ayo!”

Semua wartawan langsung mengejar Henry. Tapi untung Henry dan Daphne bisa pergi terlebih dahulu. Sesampainya di rumah, Henry langsung menuju ruang kerjanya dan membuka album foto yang telah diberikan Daphne. Henry tertegun sekaligus tersenyum memandang foto-foto Daphne di masa kecilnya bersama Libby.

Henry : “Ini tak masuk akal.”

Henry mulai merasa kalau ia harus menjaga Daphne sepenuhnya. Henry langsung menuju kamar Daphne dan memperhatikan Daphne yang sedang tertidur pulas. Saat itu tanpa sengaja Henry melihat tato bulan bintang yang dimiliki Daphne. Tapi Henry tetap tersenyum melihatnya.

Paginya, keadaan di ruang makan langsung heboh begitu saja.

Glynnis : “Kau baca koran? Beritanya tersebar, kita harus lakukan sesuatu.”

Henry : “Semua orang pasti lega lampu kristal itu hancur.”

Glynnis : “Apa yang kamu makan Henry?”

Henry : “Namanya, Coco Pops.”

Daphne : “Pagi.”

Clarissa : “Ada yang ingin topi baja? Mungkin saja benda tajam akan jatuh dari langit.”

Daphne : “Maafkan aku semalam. Aku hanya ingin menolong mereka.”

Glynnis : “Dari mana kau temukan lagu memuakkan itu?”

Henry : “James Brown, 1976 masuk di urutan ke 14.” (semua terdiam dan memandangi Henry)

“Aku tak tahu lagu apa itu.”

Kring...kring...telepon berbunyi, Glynnis segera mengangkatnya. Dan ia melihat ke arah Henry dan Daphne yang duduk berdekatan. Mereka sama-sama makan roti dengan gaya yang sama. Sungguh membuat Glynnis terkejut dan juga merasa Woow....

Daphne : “Musik apa yang kau sukai semasa mudamu?”

Henry : “Sebelum bumi mendingin?”

Daphne : “Ya. Apa grup kesukaanmu tahun 70-an? Jangan katakan Bee Gees.”

Henry : “Namanya Little Feat. Sudah enam kali ku tonton konsernya. Aku ingat dulu pernah...”

Glynnis : “Henry, ini jam 08:15 dan kau harus rapat di Westminster jam 09:15.”

Henry : “Ya kau benar.”

Daphne : “Sampai nanti.”

Henry langsung pergi meninggalkan Daphne dan Glynnis di ruang makan. Dan ternyata, diluar telah menuggu sosok Ian. Ia datng untuk menjemput Daphne.

Daphne : “Apa? Jangan biarkan dia masuk, aku belum berdandan!”(berteriak-teriak tidak jelas)

“Apa harus kupakai?”

Henry yang sedang dalam perjalanan keluar rumah terkaget saat membuka pintu. Ia heran melihat motor siapa yang parkir di halaman rumahnya. Dan ada yang berdehem didalam.

Ian : “Hmmhhm... Halo, Pak. Ian Wallace. Aku datang menjemput Daphne.”

“Apa kabar?”

Henry : “Baik. Siapa kau?”

Ian : “Aku musisi. Semalam aku ada di pesta itu.”

Henry : “Kau anggota band itu?”

Ian : (mengangguk)

Henry : “Sekarang kau dan Daphne...?”

Ian : “Akan kawin lari? Ya. Aku tahu ini mendadak, tapi setelah semalam, aku tak bisa mundur.”

Henry : “Kau bercanda?”

Ian : “Ya, Pak.”

Henry : (tersenyum)

Daphne : “Heeiii... Jangan menungguku Henry.”

Ian : “Sampai nanti.”

“Baiklah, kita perlu sedikit hiburan.”

Daphne : “Jangan hanya sedikit.”

Ian : “Serahkan saja semua padaku.”

“Kau siap? Ayo kita berangkat!”

Berangkatlah Daphne dan Ian dari rumah besar itu dengan motor milik Ian. Sedang Henry yang sempat berlari keluar rumah untuk melihat Daphne, kini kembali masuk ke dalam rumah.

Sedangkan Daphne dan Ian menikmati hiburan yang mereka lakukan. Mereka datang ke pasar tepi sungai London. Disana terdapat berbagai macam benda menarik, lucu dan pastinya dengan harga terjangkau.

Ian : “Kau harus coba ini. Enak sekali kebabnya. Ini.”

Daphne : “Terima kasih. Ini keren sekali!”

“Aku suka ini. Astaga, aku suka sekali ini.”

Ian : “Ya. Tempat ini barang-barangnya indah. Cocok untukmu. Biar aku yang bayar.”

Daphne : “Kau yakin?”

Ian : “Tidak apa-apa, sungguh.”

Mereka masuk ke berbagai toko-toko yang indah disana. Membeli benda-benda lucu untuk dimiliki Daphne. Hingga akhirnya mereka beristirahat dari jalan-jalan dengan menaiki sampan berdua menyusuri sungai.

Daphne : “Terima kasih sudah membelikan gelang.”

Ian : “Tidak apa-apa”

Daphne : “Hari ini benar-benar menyenangkan. Aku membutuhkannya.”

Ian : “Bagus, senang kau menikmati.”

Daphne : “Mulai sekarang aku akan sopan.”

Ian : “Seperti apa?”

Daphne : “Entahlah, gadis remaja yang anggun. Kejadian semalam takkan terulangi lagi.”

Ian : “Baiklah, aku memilihmu untuk membantuku.”

Ian memilih untuk mengajarkan keseimbangan kepada Daphne. Diatas sampan, Ian meminta Daphne untuk segera...

Ian : “Bagus, sekarang melangkah pelan ke belakang.”

Daphne : (hampir terjatuh) “Wooaw”

Ian : “Ternyata sulit sekali bagimu, coba pegang ini.”

Daphne : “Kau harus berpikir anggun, kau harus seimbang. Kau harus memikirkan keseimbangan. Lihat.” (Ian mempraktikkan sedikit gerakan memberi hormat)

Daphne : “Bagus. Jadi, Obi-Wan, dari mana kau belajar tata cara kesopanan ini?”

Ian : “Kalau kau benar ingin tau, percaya atau tidak ibuku juga seorang bangsawan.”

Daphne : “Sungguh?”

Ian : “Ya. Lalu ia memilih untuk menikah dengan orang biasa. Mungkin orang tuanya mencabut gelarnya. Tapi mereka kasihan padaku, cucu keturunan campuran mereka. Mereka menyekolahkanku di sekolah mahal, mengikutkanku ke klub. Sampai suatu hari aku sadar semua itu kemunafikan.”

Daphne : “Dan orang tuamu?”

Ian : “Mereka miskin sekali tapi bahagia sekali. Sekarang cukup istirahatnya, dan kita lihat penampilanmu.”

Daphne : “Baiklah.”

Ian : “Sekarang temukan titik imbangmu. Bagus. Sekarang.”

Daphne terjatuh dan mereka berdua tertawa. Mereka merasakan hari yang sangat indah saat itu. Mereka dapat berdua berbagi banyak hal dan mereka juga bisa merasakan kedekatan seperti sekarang. Semua seperti hal terbaik yang pernah mereka rasakan. Mereka saling jatuh cinta.

Ian : “Kau tahu apa yang masih belum ku mengerti? Kenapa kau berusaha keras untuk diterima sedangkan kau suka membangkang?”

Daphne hanya tersenyum mendengarnya. Sedangkan di Amerika, telepon di rumah Libby berdering. Dengan segera Libby mengangkat telepon tersebut dan ternyata.

Libby : “Halo?”

Henry : “Lima jam lalu puterimu pergi naik motor dan sampai kini belum ada kabar darinya.”

Libby : “Maksudmu ia berkencan?”

Henry : “Entah, aku tak berani membayangkannya. Anak itu anggota sebuah band.”

Libby : “Sungguh? Hebat. Coba ku tebak, apa ia penabuh drum?”

Henry : “Ini serius, Libby.”

Libby : “Seingatku, aku juga pernah bersenang-senang di boncengan motormu, Henry.”

Henry : “Ya. Tapi ini lain.”

Libby : “Aneh sekali betapa mudahnya merasakannya, bukan?”

Henry : “Apa?”

Libby : “Mencemaskan anakmu.”

Henry : “Pernahkah kekhawatiran itu pergi?”

Libby : “Tidak, Henry.”

Mereka berdua terdiam sejenak. Tiba-tiba terdengar suara dari kejauhan...

Glynnis : “Henry...Henry...Henry...”

Henry : “Libby, maafkan aku, aku harus pergi.”

Glynnis : “Sayang, ini sangat penting. Aku baru saja berbicara dengan penerjemah Beduin. Rupanya ada drum khusus yang mengindikasikan suatu pernikahan. Sedangkan suku yang lain, mereka hanya digunakan hanya untuk ritual kawin.”

Henry : “Ini dunia lain?”

Glynnis : “Kau tak mengerti maksudku? Bisa dikatakan kau dan Libby tidak pernah menikah. Jadi tidak ada yang akan mengganggu rencana pernikahan kita. benarkan, Sayang? Itu berita baik bukan? Henry!”

Tak ada jawaban dari Henry. Ia hanya diam.

Beberapa hari kemudian, saatnya acara lomban pacu sampan. Kali ini Daphne siap untuk tampil di depan umum dengan dirinya yang baru, yang lebih anggun dan lebih dewasa. Tak ada lagi paparazi yang mengincar beritanya yang lalu. Tapi dia harus tetap jaga jarak dengan Ian, yang saat itu menjadi seorang juru parkir. Para wartawan pasti heboh jika melihat seorang juru parkir dan Daphne sedang berdua.

Daphne bisa menjaga hal itu, hanya saja saat itu ia diganggu oleh seorang anak bangsawan lainnya, Armistead Stuart, teman dekat Clarissa. Sayang, Armistead tidak bersikap seperti bangsawa pada umumnya, dengan lancang ia mengoda Daphne, ia juga dengan lancang memonyongkan mulutnya di dekat pipi Daphne. Dengan sigap Daphne memukulnya dan...

Alistair : “Henry lakukan sesuatu!”

Daphne : “Jangan pernah memonyongkan bibirmu di depanku brengsek! Kau sama sekali bukan orang yang baik dan didambakan!”

Henry langsung membawa Daphne berjalan keluar dari tempat acara tersebut.

Alistair : “Henry...Henry...”

Tanpa menghiraukan panggilan penasehatnya, Henry tetap berjalan menyusuri para wartawan. Ia mencari Ian.

Henry : “Berikan kunci motormu, cepat!”

Ian : “Apa? Ini! Ada apa?”

Daphne : “Kau tahu cara mengendarai... Awas!”

Dengan cepat, Henry langsung mengebut menggunakan motor Ian. Ia hanya bisa melakukan itu untuk menyelamatkan diri dari kejaran wartawan. Mereka langsung menuju taman kota.

Henry : “Ini tindakan yang paling gila yang sudah lama tidak aku lakukan.”

Daphne : “Aku tak tahu apa maksudmu, tapi aku lega. Kau harus lebih sering melakukannya.”

Henry : “Aku tak ingat kapan terakhir kali aku berjalan bertelanjang kaki.”

Daphne : “Kau tak suka membenamkan kakimu di pasir? Kau tahu ini penghalus kulit alami? Kata ibu jika bisa berjalan di pantai dan memegang cat kuku. Tak ada alasan untuk pergi merawat kaki.”

Henry : “Bicaramu persis ibumu.”

Daphne : “Terlalu mirip?”

Henry : “Ia bahagia?”

Daphne : “Kurasa begitu. Maksudku, aku tahu kadang ia merasa kesepian tapi kurasa ia tenang dengan kehidupannya sekarang.”

Henry : “Aku senang mendengarnya.”

Daphne : “Aku ingin bisa seperti ibu. Apa yang kita lakukan selanjutnya?”

Mereka berdua pergi ke pasar tepi sungai tempat Daphne dan Ian berkunjung kemaren. Disana mereka...

Daphne : “Tatto Henna.”

Henry : “Tidak.”

Daphne : “Ya.”

Henry : “Tidak mungkin.”

Daphne : “Ingin di tato Henna atau ditindik?”

Henry : “Sebaiknya ini saja.”

Daphne : “Bagaimana?”

Henry : “Aw...aw..aw...”

Daphne : “Henry? Sepertinya tak menyenangkan?”

Henry : “Bagaimana menurutmu?”

Daphne : “Ini hanya dari Henna!”

Mereka mengunjungi toko baju, disana mereka mencoba berbagai jenis baju yang cocok untuk dibeli. Mereka juga pergi ke toko musik. Disana mereka mendengarkan berbagai lagu-lagu lama menggunakan piringan hitam.

Daphne : “Apa ini?”

Henry : “Sudah kubilang aku dulu bergaul.”

Daphne : “Ya.”

Henry : “Dulu aku seperti mereka ini.”

Daphne : “Lihat ini bagus.”

Henry : “Sudah lama kucari, album Coo Coo Ow! Musik mereka aneh dan keren. Aku ingat lagunya, “Doris”.”

Daphne : “Ayo Henry!”

Henry : “Aku tidak mau melakukannya.”

Daphne : “Ayo, lakukan saja.”

Henry : “Jangan. Tidak.”

Daphne : “Ayo mengangguk!”

Henry : “Tidak. Baiklah. Ayo kita pergi.”

Mereka pulang dan sayang, mereka tidak bisa menggunakan pintu depan. Terlalu banyak wartawan menunggu berita dari mereka. Akhirnya mereka memanjat dari dinding samping. Dan ternyata, Henry masih terbawa suasana saat melakukan kegilaan dengan Daphne tadinya. Ia menggunakan celana kulit lama miliknya yang penuh dengan bling-bling dan menggunakan sebuah anting. Dan saat bercermin, Henry melakukan aksi-aksi gilanya saat dulu bermusik...

Glynnis : “Woow”(terkaget)

Henry : “Aku ingin memastikan, apa celana kulit ini masih muat. Sepertinya masih.”

Glynnis : “Siapa kau? Apa yang kau lakukan pada tunanganku? Aku ingin Henry-ku yang dulu kembali.”

Henry tak terlalu memperdulikannya, ia malah kembali bergaya seperti bintang rock di depan cermin. Inilah yang kesenangan yang nyata dirasakan Henry setelah puluhan tahun berlalu.

Keesokkan harinya ia malah harus berhadapan dengan wartawan yang menanyai perihal perilaku Daphne, penurunan pengumpulan suara untuk menjadi anggota Parlemen dan juga harus berhadapan dengan penasehatnya yang begitu kecewa padanya. Tidak hanya itu, saat itu banyak badan yang menggagalkan rencananya agar Henry memberikan pidato untuk memberi sekedar motivasi. Tak banyak yang bisa dilakukan Henry, ia menerima saja apapun yang akan terjadi.

Sesampainya dirumah, Henry langsung meminta Daphne untuk berbicara bersamanya.

Henry : “Daphne, kita bisa bicara?”

Daphne : (tak menjawab apa-apa)

Henry : “Ini adalah Brigadir Sir Dashwood Roderick, dia kehilangan mata di pertempuran di Boyne. Dan ini Marshal Tempur Bingley Dashwood, dia kehilangan lengannya dalam Pertempuran Sungai Nil. Paman Alfred tidak pernah berbicara tentang apa yang hilang tapi dia jarang duduk.”

Daphne : “Aku kehilangan amandelku. Aku juga pantas dilukis?”

Henry : “Dengar, Daphne. Sebagian beban dari anggota keluarga ini adalah beberapa peraturan sikap yang harus dimiliki. Dan jika ia gagal, maka itu akan menjadi...”

“Aku senang sekali dengan kebersamaan kita. Sungguh, tapi ada beberapa keadaan yang rumit, dan...” “Kau sebagai anakku, harus...”

Daphne : “Aku harus berubah. Tidak apa-apa, aku mengerti. Aku juga keluarga Dashwood, bukan?”

Henry : “Ya. Ya, kau benar.”

Henry meninggalkan Daphne sendiri di dalam ruangan itu. Kini Daphne benar-benar sadar kalau dia harus berubah. Daphne tidak boleh membuat Henry kecewa lagi. Sudah banyak hal yang dia perbuat hingga menghancurkan reputasi Henry di Partai Politik. Daphne harus berubah demi dirinya, Libby dan Henry.

Daphne : “Apa yang kau lihat? Aku bisa melakukannya.”

Semua hal yang berhubungan dengan Daphne anak yang liar telah dibuangnya, kini yang tinggal hanya Daphne yang anggun, dewasa dan patut jadi contoh. Ia kini sudah menjadi Bintang di berbagai acara, seperti Bintang di Pacuan Ascot. Dan Lord Dashwood atau Henry kini juga mendapatkan pengumpulan pendapat yang tertinggi. Semua menganggap Henry teladan pemimpin yang dicari. Bahkan ia pun merelakan keinginannya untuk berkencan dengan Ian.

Ian : “Hei. Kau takkan memakai itu ke konser The Strokes, bukan?”

Daphne : “Oh, Tuhan, aku benar-benar lupa. Aku sibuk sekali.”

Ian : “Tidak apa-apa. Aku tunggu kau ganti pakaian.”

Daphne : “Aku tak bisa pergi. Kami akan ke pesta kebun Ratu.”

Ian : “Ya, tapi...”

Daphne : “Maafkan aku.”

Ian : “Tidak apa-apa. Hubungi aku, ketika Daphne sudah kembali ke tubuhmu.”

Ian yang kesal meninggalkan Daphne begitu saja. Daphne tahu ia salah, ia tidak bisa menepati janjinya, tapi sebenarnya ia juga kecewa karena tidak bisa pergi bersama Ian. Tapi inilah salah satu bentuk pengorbanannya agar bisa menjadi keluarga Dashwood seutuhnya. Di pesta kebun Ratu, Daphne bersikap sangat sopan. Walau anjing milik Putri Charlotte datang mendekatinya, ia tetap berusaha untuk tidak menghiraukan gong-gongan anjing itu. Sikapnya sangat manis, hingga banyak bangsawan yang memuji sikapnya.

Dan kini, saat yang ditunggu-tunggu pun tiba, pesta perkenalan Daphne. Dan sebelum itu dilakukan Nenek mengajak Daphne untuk berbicara dahulu sebentar.

Nenek : “Ini mahkota yang aku pakai di Pesta Perkenalanku. Clarissa sudah berbulan-bulan mengincarnya. Tapi aku ingin memberikannya kepadamu.”

Daphne : “Indah sekali.”

Nenek : “Semoga membuatmu menjadi putri. Tapi kau tahu, bukan mahkota yang menjadikan seseorang Ratu. Tapi dari sini.” (menunjuk ke arah hatinya)

Malam itupun tiba. Daphne tampil dengan begitu indahnya. Apalagi dengan menggunakan mahkota pemberian Neneknya. Menbuatnya menjadi seperti seorang Puteri Raja. Perlahan ia menuruni tangga. Henry dan Nenek bangga melihatnya. Dan Henry segera menyambut Daphne.

Henry : “Daphne. Kau kelihatan...”

Daphne : “Lain?”

Tanpa banyak bicara, Henry langsung membawa Daphne ke ruang tengah. Disana ia melihat Ian yang mengisi acara di pangung. Daphne langsung mendatangi Ian dan...

Daphne : “Hei...”

Ian : “Hi.”

Daphne : “Kita bisa bicara sebentar?”

Ian : “Ini pestamu. Kau bisa melakukan apa saja.”

Daphne : “Ian. Aku tak bermaksud...”

Ian : “Aku tak mau mendengar apapun, Daph.”

“Apa yang terjadi dengan kamu yang dulu? Kau yang sebenarnya?”

Ian tak lagi memperdulikan Daphne. Daphne hanya bisa terdiam dengan sikap Ian tersebut. Daphne berjalan ke arah pintu masuk. Dan...

Daphne : (Daphne berlari kecil) “Ibu!” (langsung memeluk ibunya)

“Sedag apa ibu disini?”

Libby : “Menurut Jocelyn kau perlu teman sementara diumpankan buaya-buaya.”

“Kau cantik sekali, sayang.”

Daphne : “Lihatlah dirimu, Ibu.”

“Ayo.”

Mereka berdua berjalan ke tempat Henry berdiri.

Libby : “Halo, Henry.”

Henry : “Libby.”

Glynnis : “Luci. Aku Glynnis, tunangan Henry.”

Libby : “Namaku Libby. Dan selamat.”

Glynnis : “Kejutan menyenangkan sekali. Aku lihat kau tidak berpendamping. Henry, carikan seseorang untuk menemani Luby berdansa.”

Daphne : “Libby, ingat? Dan kenapa ia tak memintanya sendiri untuk berdansa dengannya.”

Libby dan Henry langsung menuju ke lantai dansa. Sementara mereka berdansa berdua...

Alistair : “Hebat, semua orang penting datang ke undangan ini. Suara sudah di tangan kita”

Glynnis : “Kenapa Ayah begitu tenang? Ratu sebentar lagi datang dan calonmu berdansa dengan wanita itu.”

Alistair : “Henry tahu apa yang ia pertaruhkan.”

Glynnis : “Lagipula, lihat Daphne sekarang. Ia cukup berhasil. Ku pikir aku harus menyingkirkannya seperti Ibunya dulu, tapi...”

Daphne : “Apa kau bilang?”

Alistair : “Tidak.”

Daphne : “Kau bilang menyingkirkan Ibuku?”

Glynnis : “Itu hanya ungkapan, sayang.”

Daphne : “Kau yang membuat Ibuku pergi?”

Glynnis : “Sekarang bukan waktunya, Daphne. Jangan berdiri disini terus!”

Daphne : “Tapi, Glynnis...”

“Berani sekali dia!”

Glynnis : “Ayo!” (berusaha menarik Daphne)

Daphne : “Lepaskan aku, Glynnis.”

Glynnis : “Masuk kesini!”

Daphne : “Lepaskan aku! Glynnis!”

Glynnis : “Masuk kesini!”

Glynnis langsung menguncikan Daphne didalam gudang. Sedangkan diluar, tidak terlihat terjadi apapun. Libby dan Henry bercerita-cerita masa lalu masing-masing setelah berpisah.

Libby : “Ingat dansa ritual kita?”

“Kau begitu gila. Sampai mereka menyalahkanmu atas bencananya.”

Henry : “Kau hampir membuat kita ditangkap.”

Libby : “Kau terjemahkan permintaan maafku.”

Henry : “Dan itu bahaya sekali.”

Libby : “Aku tahu. Kau bisa menukarku dengan kambing.”

Henry : “Unta. Dan sampai sekarang tak pernah di antarkan.”

Libby : “Aku percaya padamu, Henry.”

Henry : “Itu masih belum cukup? Kau tak pamit padaku, kau hilang begitu saja.”

Libby : “Itu keinginanmu sendiri.”

Henry : “Apa? Aku ingin kau beri kesempatan.”

Libby : “Kau sudah ku beri waktu 17 tahun. Dan aku menunggumu selama itu.”

Merek berdua sama-sama terdiam, mencoba memahami apa yang telah terjadi.

Ian (MC) : “Sekarang, hadirin sekalian dansa tradisi Ayah dan Puterinya. Lord Dashwood?”

Henry : “Dimana Daphne?”

Libby : “Akan ku cari dia.”

Glynnis : “Oh, tidak. Ia hilang lagi?”

“Mungkin Clarissa bisa menggantikan. Kau tidak keberatan, bukan?”

Clarissa : “Tidak. Sekarang aku hampir jadi anakmu juga.”

Henry : “Aku akan...”

Dengan terpaksa, Henry berdansa bersama Clarissa, karena para undangan telah melihat dengan tatapan yang agak berbeda. Sedangkan Libby berusaha mencari Daphne.

Libby : “Daphne!”

Daphne : “Tolong! Aku tak boleh melewatkan dansa Ayah-Anakku!”

Libby : “Sayang?”

Daphne : “Tolong!”

Akhirnya Libby bisa menemukan Daphne dan membawanya keluar dari gudang. Daphne : “Teganya kau, Glynnis!”

Glynnis : “Kami tak ingin kekacauan.”

Libby : “Lepaskan tangan anakku atau bukan hanya ada kekacauan tapi bencana.”

Dan saat sampai di ruang dansa, Daphne malah sangat kecewa melihat Henry sedang berdansa dengan Clarissa. Hancur sudah semua impian Daphne. Henry yang baru tahu kalau Daphne melihatnya, langsung berhenti berdansa. Dan Daphne langsung menuju ke rempat Clarissa dan Henry berdansa.

Henry : “Daphne...”

Clarissa : “Apa yang kau lakukan?”

Daphne : “Memberikan apa yang pantas untukmu.” (Memberikan mahkota)

“Ambillah. Aku tak menginginkannya. Atau semua ini.”

Henry terdiam mendengarkan kata-kata Daphne. Tidak hanya Henry, tetapi juga seluruh orang yang berada didalam ruangan tersebut. Dan Daphne serta Libby langsung berlari kecil keluar ruangan tersebut. Saat di tangga, Henry berhasil menyusul mereka.

Henry : “Daphne..!Daphne..!”

“Tunggu.”

Daphne : “Jangan. Aku sudah tak ingin menunggumu lagi Henry.”

“Waktu kecil, setiap ulang tahunku aku berdandan dan berharap jika aku menjadi anak baik, kau akan datang dan menjemputku. Dan sekarang aku disini, bergaun indah sekali...dan kau ada disini.”

“Kau tahu apa yang ku rindukan? Aku rindu pada diriku sendiri. Aku akhirnya sadar bahwa ini sudah cukup.”

Henry : “Kau tahu Daphne, mungkin kita mengusahakan sesuatu yang ternyata tak berhasil.”

Ian (MC) : “Silakan berdiri untuk menyambut Sang Ratu.”

Daphne : “Pergilah. Tugas memanggil.”

Libby : “Ayo sayang!”

Daphne langsung pergi berkemas. Dan Henry kembali untuk menyambut tamu. Tak lama-lama, selesai berkemas, Daphne dan Libby langsung berangkat lagi ke Amerika. Melakukan apa yang seharusnya ia lakukan.

Sedangkan Henry saat acara usai, langsung menuju kamar Daphne. Ternyata kamar itu telah kosong. Daphne telah membawa barang-barang miliknya. Semua kembali terasa sepi tanpa kehadiran Daphne. Tak ada lagi yang menemani Henry memakan Coco Pops di saat malam. Tak ada lagi yang bisa dibawa untuk melakukan berbagai hal gila lagi.

Ian juga merasa sangat kehilangan. Walau sebelumnya sempat terjadi pertengkaran kecil. Tapi Ian tetap merindukan sosok Daphne. Tak ada Daphne, hidup Ian pun tak terasa berarti dan indah lagi bagi Ian. Ian tak tahu harus melakukan apa agar bisa bertemu Daphne lagi.

Daphne pun berkegiatan ini itu di Amerika tanpa gairah dan semangat. Terkadang, saat sebuah motor melaju, Daphne mengira kalau itu motor milik Ian, begitu Ian merindukan Ian dan Henry. Kini bagi Daphne, mungkin lebih baik ia tak pernah ke Inggris jika akhirnya seperti ini.

Besok saatnya bagi Henry untuk tampil didepan Pers mengkampanyekan dirinya. Malam itu, Nenek mendatangi Henry ke ruang kerjanya.

Nenek : “Kau juga tak bisa tidur?”

Henry : “Tidak. Aku sudah menghancurkan semuanya bukan?”

Nenek : “Sedikit. Selama 6 abad, keluarga ini telah mengorbankan diri untuk Inggris. Lengan, kaki, mata. Perang di Eropa berlumuran darah mereka. Jangan ikut tradisi itu. Kau tahu apa yang akan kau korbankan? Hatimu, Henry.”

Henry termenung mendengarkan kaimat-kalimat Ibunya. Ia memikirkan apa yang harus ia lakukan besok. Saat waktu itu tiba, semua orang menyambut kedatangan Henry dengan meriah. Henry didampingi Calrissa, Glynnis dan penasehatnya, Alistair.

Henry : “Terima kasih.”

“Selama beberapa minggu ini aku telah menerima banyak dukungan dan semangat dari pencalonan ini. Maka di kesempatan kali ini aku ingin berterima kasih pada anda semua. Mungkin anda sadar kami sudah menjadi berita utama di media. Mengenai sikapku. Selama ini aku sama sekali tidak bersikap seperti anggota parlemen. Aku sudah banyak memikirkan prioritasku dan kurasa sudah saatnya aku meluruskannya. Dan karena inilah aku dengan rendah hati mundur dari pencalonan. Mewakili anda merupakan kehormatan besar bagi karir politikku. Tapi aku tak mungkin melakukannya jika aku tak meyakininya. Maksudku... aku sudah berubah.ada satu hal yang menjadi aspirasi penting bagiku selain politik. Terima kasih.”

Henry keluar dari gedung itu. Semua terkagum pada Henry. Keputusan yang ia ambil sangat berani tapi juga menegaskan sesuatu. Tak ada yang kcewa kecuali...

Alistair : “Kau gila? Aku sudah melakukan apasaja untuk mengantarmu sejauh ini. Dan takkan ku biarkan kau sia-siakan begitu saja!”

Henry : “Kau bohong padaku, aku tahu kau bohong pada Libby. Jadi maaf, persetan dengan pendapatmu.”

Alistair : “Libby? Aku menghentikanmu dari penghancuran diri! Aku menyelamatkan reputasi keluargamu. Waktu aku tahu wanita itu hamil, aku tahu tindakanku benar.”

Henry : “Kau tahu tentang Daphne?”

Alistair : “Tentu! Sudah tugasku untuk tahu.”

(Henry memukul Alistair)

Clarissa : “Kakek! Kau tak apa-apa?”

Alistair : “Ya Tuhan.”

Clarissa : “Ini mengerikan sekali.”

Alistair : “Tutup mulutmu!”

Glynnis : “Henry, sayang! Aku tahu Ayah jahat, tapi bagaimana dengan aku?”

Henry : “Kau akan bertahan.”

Sedang di Amerika, Daphne bekerja di pernikahan sebagai Waitress dan Libby menjadi penyanyi pernikahan. Tapi kali itu Daphne tidak bisa bekerja dengan baik, karena ia harus menyelesaikan tugas aplikasi untuk kuliahnya di NYU. Dan saat waktunya dansa antara pengantin wanita dan ayahnya. Daphne tertegun membayangkan Henry. Entah kenapa bayangan itu menjadi seperti nyata dimata Daphne. Dan ternyat, Libby juga melihat Henry, itu bukan sekedar bayangan. Tapi suatu kenyataan Henry berada di pesta pernikahan tersebut. Henry berjalan menuju tempat Daphne.

Daphne : “Apa yang kau lakukan disini?”

Henry : “Aku datang karena... Aku ingin mengatakan sesuatu yang penting padamu. Dan semoga aku bisa... Aku sudah menulisnya di pesawat. 200 kali, seperti kau... Pada saat. Tadi masih ada. Yang ku tulis adalah Aku cinta kamu, Daphne. Ayah menyayangimu. Maafkan aku. Aku takkan merubahmu, apapun itu. Seujung rambut pun. Tidak demi apa pun...”

Daphne : “Aku mencintaimu Ayah!”

Henry : “Bolehkah Ayah berdansa denganmu?”

Daphne : (hanya tersenyum)

Henry : “Dengar, Daphne, ayah pikir kau sedang bersedih, ayah bawakan hadiah besar untukmu.”

Daphne : “Aku tak mengerti.”

Ian : “Aku boleh menyela?”

Henry meninggalkan Daphne dan Ian berdua saja. Ia mendatangi Libby.

Libby : “Kau tak pernah ingin aku pergi, bukan?”

Henry : “Tak pernah ada pria lain, bukan? Aku minta maaf yang sebesa-besarnya padamu.”

Libby : “Kau pikir aku menunggu 17 tahun untuk mendengar maafmu?”

Akhirnya, aku bisa berdansa dengan Ayahku. Tentu saja, dansaku terganggu dengan kedatangan pacarku. Dan, orang tuaku mulai berkencan. Tapi, terkadang keadaan tak terjadi seperti keinginanmu. Malah bisa lebih baik.

Kalau kalian ingin tahu bagaimana keadaan Clarissa dan Glynnis, jangan khawatir, hidup mereka seperti yang semestinya. Begitupun Alistair, ia menjadi pemandu wisata. Hanya sedekat ini ia bisa mendekati parlemen. Orang tuaku menikah lagi, kali ini secara sah, sepertinya. Dan aku, aku tak kuliah di NYU. Tapi sebelum kaian kecewa, aku diterima di Oxford. Apa lagi yang bisa ku katakan? Ayah dan anak sama saja. Ini kisahku yang berakhir bahagia selamanya.