Cinta tau ini keputusan yang salah baginya. Ia telah ceroboh mengambil keputusan, dan kini lihatlah akibatnya.

Saat itu…

Cinta merasa sendiri. Sahabat-sahabatnya kini telah sibuk dengan kegiatannya sendiri-sendiri dengan pasangan masing-masing dan dengan dunia masing-masing. Apalagi sebentar lagi akan diadakan ujian MID Semester dan selang beberapa bulan setelah itu ujian Semester menanti. Semua jadi tak ada waktu bersama untuk bercerita, dan Cinta mulai mencari kesibukkan sendiri.

Akhirnya Cinta mengikuti sebuah kompetisi bernyanyi sebagai utusan sekolahnnya. Setiap sepulang sekolah cinta selalu sibuk berlatih hingga sesaat dia bisa melupakan Aya. Walau saat malam datang Aya kembali menghampiri pikiran Cinta lagi. Tapi itu jauh lebih baik daripada Cinta menghabiskan waktunya untuk hal-hal yang tidak penting.

Disanalah perkenalan itu dimulai. Salah seorang teman dekat Cinta, Lia yang sama-sama mengikuti kompetisi itu mengenalkan Cinta dengan Divo. Awalnya Cinta tidak mau sedikitpun untuk dekat dengan Divo. Tapi Lia sedikit memaksa (mungkin karena paksaan Divo) dan berkata,

“Kenalan aja dulu Cin…gak ada ruginya kan. Toh kalau kamu gak suka setidaknya kamu bisa berteman aja sama dia.”

“Tapi Lia, Cinta gak bisa…..”

“Udahlah, dia gak bakal aneh-aneh kok. Kenalan aja ya. Nomor kamu aku kasih ke Divo ntar. Bye bye…”

Perbincangan di telpon yang singkat itu membuat Cinta memulai petualangan baru di perjalanan cintanya setelah sekian lama Cinta berpisah dengan Aya.

Lia tidak lagi menghubungiku, mungkin karena tugasnya telah selesai. Setelah saat itu Divo sering menghubungiku. Hingga akhirnya dia mengajak bertemu. Cinta tidak menolak karena dia hanya ingin bertemu sebentar saja di dekat sekolahnya. Pertemuan itu tidak membawa perubahan berarti akan sikap Cinta ke Divo. Cinta tetap menganggap Divo teman yang baik untuk diajak bercerita. Apalagi saat itu Cinta benar-benar sendiri kesepian dan tidak memiliki teman untuk berbagi.

Divo mulai sering bercerita ini itu dengan Cinta, seluruh tentang keluarganya, masa lalunya, dan semua kejadian hidupnya. Mereka mulai dekat, tapi Cinta selalu mencoba menjaga jarak, karena ia tau bukan Divo dan tak ada seorangpun yang bisa menggantikan Aya di hatinya. Tapi juga tak dapat diingkari kalau Divo dan Cinta juga nyambung apalagi kalau sudah bercerita. Divo selalu datang ke sekolah Cinta untuk menjemput Cinta pulang sekolah. Seperti biasa, Cinta selalu menolak tapi akhirnya mengalah juga karena ia tau tak baik menolak kebaikkan orang. Itu menjadi kegiatan rutin bagi Divo, walau rumah mereka tak searah dan bahkan berjauhan, walau jadwal mereka pulang sekolah selalu berbeda, Divo selalu rela menjemput Cinta dan rela menjemput Cinta dimana pun Cinta berada atau melakukan kegiatan.

Cinta memang tidak menolak kehadiran Divo, tapi Cinta juga tidak bisa menolak kehadiran orang yang selalu baik dan mau mengisi kehampaan hati Cinta. Dalam waktu singkat Divo dapat mengambil hati orangtua Cinta. Mungkin karena sikapnya yang gentleman dan berani serta sopan. Memang sedikit berbeda dengan Aya yang cukup takut jika berhadapan dengan orangtua Cinta. Itulah yang menjadi nilai plus untuk Divo.

Akhirnya Dibo menyatakan isi hatinya kepada Cinta. Cinta tidak langsung menjawabnya, Cinta meminta waktu beberapa hari untuk menjawabnya. Banyak yang Cinta pikirkan, apa Divo serius, apa hati ini masih bisa menerima orang lain, apa Divo tidak akan sakit hati jika mengetahui kalau hati Cinta tidak bisa berpaling dari Aya, dan apa salah jika menerima seseorang yang sama sekali tidak Cinta sukai atau bahkan Cinta cintai.

Keputusan yang salah itu telah diambil Cinta dengan menerima Divo menjadi pacarnya. Dengan alasan yang simple, karena Divo datang disaat Cinta kesepian, karena Divo begitu baik kepadanya, karena Divo dan dirinya selalu nyambung kalau bercerita. Dan Cinta tak sadar kalau itu hanya akan membuat salah satu diantara mereka sakit hati nantinya. Tapi ternyata Divo overprotective terhadap Cinta. Cinta risih akan hal itu. Dan ternyata Divo tau kalau Cinta sebelumnya sangat mencintai Aya yang ternyata juga adalah teman Aya sewaktu SMP. Cinta juga akhirnya tau satu hal kalau Divo juga tak bisa melupakan kenangan masa lalunya dengan mantannya. Dan Divo masih mencintai mantannya itu.

Dua orang menyatu tanpa Cinta dan masih ingin kembali kepada masa lalu mereka masing-masing, itulah mereka.

Walau cerita Divo dan Cinta sangat nyambung, dan walaupun Divo selalu bisa menghibur Cinta. Di saat sepi Cinta tak bisa mengingat Divo, di hanya teringat Aya. Di saat malam yang hadir kemimpinya bukanlah Divo, tapi Aya. Saat akan tidurpun, Aya lah yang diingat Cinta, bukan Divo.

Akhirnya hubungan itu berakhir dengan cepat, hanya 13hari mereka berpacaran. Divo meminta putus dengan alasan yang mengada ada. Cinta yang sempat disadarkan Aya saat baru jadian dengan Divo kalau hubungan itu tak baik dilanjutkan mengambil kesempatan itu untuk mengakhiri hubungan itu.

Sedikit kembali kebagian disaat Cinta menelpon Aya. Saat itu Cinta benar-benar merasa bahagia, benar-benar senang walau saat itu mereka berdua sama-sama memiliki pasangan masing-masing. Cinta juga entah kenapa tidak malu-malu mengatakan kalau ia masih mencintai Aya dan tidak memiliki perasaan apapun walau berpacaran dengan Divo. Benar-benar tingkah yang aneh.

Setelah hubungan itu berakhir, sahabat-sahabat Cinta kembali menemani Cinta agar Cinta tak mengulangi kesalahan yang sama. Dan tak sampai sebulan berpisah Divo pun kembali mengejar cinta lalunya.

Dua hal yang didapat Cinta, pertama jangan pernah berpacaran dengan seseorang yang tidak dicintai, dan jangan pernah pungkiri kata hati, karena hati tak pernah berbohong.

Comments (0)