sekitar tahun 1997/1998 saya dan keluarga pindah kesana, gak banyak yang saat itu tinggal disana. tapi untung sejak wala saya pindah saya telah bertemu dia, teman tumbuh dan dewasa bersama. tak selang beberapa tahun sudah semakin banyak keluarga-keluarga baru disana. dan anak disebelah seumuran dengan si bungsu. mereka dibesarkan bersama-sama, sudah seperti keluarga sendiri. dan memasuki saat memasuki TK aku dan anak 0 besar ini selalu pulang bersama. aku, dia, anak 0 besar, dan teman si bungsu juga mengaji bersama tentu dengan teman-teman yang lain. tapi kami lebih dekat karena terlalu sering bermain dan bertualang bersama. kami semua masuk SD yang sama, kecuali dia. tapi itu tidak menghalangi kami untuk bermain bersama sepulang sekolah. jadi ingat saat selesai subuh kami keliling-kwliling ladang dan kebun masyarakat untuk mencari "bayua" hingga disengat lebah, tapi tak pernah jera. atau pergi kesawah untuk buah hitam dan asam itu atau sekedar makan siang di dangau. dan kadang kami masih melakukannya saat weekend atau saat tidak ada kesibukkan sekolah. tapi beberapa tahun yang lalu kami mulai renggang, bukan karena berantem. teman si bungsu memilih masuk pesantren, tak lama keluarganya pindah, untung masih 1 kota dan masa SMA menyibukkan masing-masing kami. Aku dan dia mulai memasuki masa-masa kuliah, tak bisa lagi stay disana. untung kami kuliah di kota yang sama, tak pernah bertemu walau sering berencana bertemu. dan tahun berikutnya anak 0 besar yang harus pergi kuliah ke kota lain. jarang berjumpa tapi hati dan jiwa ini masih dekat masih tetap sama perasannya saat bersama, saat taraweh bareng, saling ngebully, jjs bareng, tidur bareng. terakhir ngumpul bareng itu awal tahun, kita pergi ke kota sebe;ah yang hanya berjarak 1jam, tak lepas kegilaan sedikitpun sepanjang perjalanan. melakukan hal-hal gila dengan orang-orang gila walau pergi tanpa izin, yang penting pulang selamat. sebenarnya itu bukan ngumpul yang terakhir. beberapa bulan lalu keadaan memaksa kami untuk bersama, tante, mama anak 0 besar, mama juga bagiku dan yang lainnya harus pergi. yang bisa kami lakuakan disana hanya diam dan mencoba menghibur anak 0 besar yang mengangis tersedu-sedu karena kehilangan. dan tepat saat itu juga aku dan keluargaku harus mengosongkan rumah, pindah. benar-benar bukan suatu pertemuan yang diharapkan. sekarang kami hanya bisa berharap ada waktu yang tepat hingga bisa berkumpul lagi membuat kegilaan baru.

Comments (0)