Kini keadaan Cinta sudah makin membaik semenjak Aya telah mau menghubungi Cinta lagi. Walau tidak setiap hari, bagi Cinta ini jauh lebih baik daripada ia tidak berhubungan sedikitpun dengan Aya. Mereka kembali seperti saat dahulu mereka masih sebagai sahabat. Semua membuat Cinta bahagia.

Dan tiba-tiba, saat Cinta sedang melanjutkan kegiatannya menulis, dering sms hp Cinta berbunyi. Ternyata itu sms dari Aya yang bermaksud ke rumah Cinta. Tentu saja Cinta mengizinkan Aya datang ke rumahnya, karena setelah 2bulan lebih tidak bertemu, Cinta sangat merindukan Aya. Aya hanya mengembalikan tas yang ia pinjam sebelum mereka terpaksa putus. Selebihnya, Aya hanya diam-diam saja. Sampai pada saat Cinta mulai menanyakan tentang siapa pacar Aya, tapi Aya hanya diam. Cinta yang mengerti kenapa Aya diam tidak lagi mau bertanya kepada Aya, dengan alasan yang simpel, takut salah ngomong. Tapi setelah itu malah Aya yang banyak bercerita tentang betapa dia mencintai kampusnya, entah benar-benar mencintai kampusnya, atau malah mencintai orang yang berada di kampusnya. Karena menurut informasi yang Cinta dapatkan, pacar baru Aya teman satu kampusnya.

Itu bukan masalah yang Cinta ambil pusing saat ini. Dia merasakan kebahagiaan yang sudah lama tidak ia rasakan saat itu. Setelah lama bercerita, rasanya dinding es yang mungkin telah terbuat tanpa sengaja itu telah mencair. Akhirnya Cinta mencoba mengajak Aya untuk ‘kabur’ pada hari minggu nanti yang kebetulan bertepatan dengan hari Valentine.

“Aya, hari minggu besok bisa temanin Cin ‘kabur’ gak? Kalau gak bisa gak pa pa kok. Atau udah punya acara buat valentine ya?”

(sambil menggeleng)”Kabur apaan sih?”

“Ya kabur, kan hari minggu besok di rumah ada acara gajebo (GAk JElas BO’). Makanya Cin mau kabur. Rencana awal sih Cin mau main-main bentar aja habis les, tapi ternyata Cin gak jadi les...”

“Ya terus kenapa harus pakai acara kabur coba? Di rumah aja nolongin mama...”

“Tapi Cin punya alasan buat kabur, pertama Cin sangat tidak suka keramaian, dan jelas dalam acara itu pasti banyak yang datang, kedua Cin pengen nyari ketenangan hari minggu itu, dan terakhir mama udah ada yang nolongin kok.”

“Ya udahlah terserah Cin aja...”

“Aya mau nemanin Cin kan???”(sambil masang wajah memelas paling imut versi Cinta).

“Liat dulu...”

Senangnya hati Cinta malam itu, walau Aya belum mengatakan dengan pasti untuk bisa menemani. Tapi Cinta yang kelewat senang ini malah tetap cengar-cengir sendiri. Moment baik itu digunakan Cinta untuk memberikan oleh-oleh dari liburannya kepada Aya sekalian memberikan baju yang sempat Aya kembalikan saat dijadikan hadiah ulang tahun dari Cinta. Alasannya, kata orang kalau ngasih baju itu berarti bisa putus suatu saat nanti, dan untuk menghindarinya, Aya mengembalikan baju itu. Tapi yang namanya takdir, tidak dapat dielakkan dan inilah yang terjadi sekarang kepada mereka berdua.

-***-

Waktu yang dinanti pun tiba, hari ini minggu pagi. Cinta sudah selesai melaksanakan kegiatan rutin lari paginya di setiap minggu. Ternyata, saat Cinta pulang orang-orang sudah rami untuk beres-beres di rumahnya. Cinta langsung menolong merapikan rumah dan membersihkan ini itu sambil berusaha menghubungi Aya. Aya tetap tidak menjawab telp atau membalas sms Cinta. Jam sudah menunjukkan pukul 10.28, Cinta sudah selesai beres-beres, kini saatnya bagi Cinta untuk mandi. Karena dari tadi tidak sempat mandi karena terlalu banyak yang dia siapkan. Selesai mandi, berpakaian dan pastinya makan, jam telah menunjukkan pukul 11.00 dan Aya tetap tidak bisa dihubungi. Orang-orang sudah mulai banyak berdatangan ke rumah Cinta.

“It’s time to go...”

Cinta mengambil semua perlengkapan kaburnya, sebuah i-Pod, novel yang baru dipinjamnya di perpus, dompet, handphone, dan pastinya kunci motor. Cinta berbohong, ia meminta izin untuk kerumah temannya belajar. Padahal tidak.

Perjalanan dimulai, Cinta mengendarai motornya perlahan meninggalkan keramaian di rumahnya. Cuaca mendung, dan Cinta berharap dalam hati untuk tidak hujan. Setelah berjalan sekitar 5km, Cinta berhenti sebentar untuk mengirimkan sms kepada Aya yang intinya kalau Aya sudah bangun dan membaca sms ini, jika ia mau datanglah ketempat biasa mereka mencari ketenangan di tepi danau. Positif thinkingnya Cinta, Aya masih tidur, maklum ia memang suka sekali molor kalau lagi libur. Tidak disangka ternyata Cinta sudah setengah perjalanan, tapi siapa yang menyangka hujan turun tiba-tiba. Memang tidak begitu deras, tapi Cinta tidak mau mengambil resiko kalau ia harus pulang basah dan ketahuan berbohong, jadinya Cinta berbalik arah. Cinta menuju toko hadiah, ia langsung mencari hadiah untuk sahabat dekatnya Tya. Dan saat itu, Cinta melihat ada mug cantik yang bergambarkan lambang dari MU (Manchester United) klub bola kesukaan Aya. Tanpa berpikir panjang, Cinta juga meminta tolong untuk membungkuskan mug itu untuk Aya.

Sesampainya di rumah, Cinta meletakkan motornya dan juga hadiah yang baru saja ia beli. Dan langsung keluar rumah lagi membawa novel dan i-Podnya mengungsi kerumah tetangganya. Disana Cinta tak lagi berusaha menghubungi Aya. Hingga akhirnya tangan Cinta gatal juga untuk menuliskan sms

“Aya...”

Telah lama menunggu akhirnya Aya membalas

“Da pa Cin?”

Langsung kaget plus seneng Cinta menjawab

“Tolong angkat telp Cin ya...”

Langsung menelpon dan sedikit basa-basi sebelum berkata

“Ya gak bisa ya? Gak papa kok...”

“Cin lagi dimana?”

“Di rumah Nia...”

“Sama siapa?”

“Ya sama Nia dong Ya...”

“Mmmm...gak ada yang mau diomongin lagi kan? Ya mau mandi ne...”

“Gak ada kok. Bubye...”

Haduuuhhh....batin Cinta heran, “kenapa Aya cuma ngomong itu aja ya?” Cinta melanjutkan hidupnya dengan membaca novel sambil sesekali cerita-cerita gak jelas sama Nia. Sudah jam 14.30 dan orang-orang mulai pulang satu persatu dari rumah Cinta. Tapi Cinta masih tetap di rumah Nia. Dan nada dering sms handphone Cinta berbunyi. Sms dari Aya singkat, jelas dan padat Aya berkata “Siap-siap, kita pergi”. Cinta membalas “Kemana???”. Tak ada balasan, tapi itu bukan masalah, Cinta sudah siap untuk pergi 15menit setelah sms itu datang. Cinta mengirim sms kepada Aya “Cin udah siap. Jemput sekarang”. Cinta langsung minta izin pergi dengan Aya ke Mamanya dan tak lama, Aya pun sudah sampai di rumah Cinta. Cinta langung berangkat dan mereka menuju Danau tempat biasa mereka mencari ketenangan.

Sesampainya di danau, mereka tidak banyak bicara. Bisa dikatakan mereka cuma berbicara basa-basi tanya kabar dan habis itu, diam seribu bahasa. Dan saat Cinta mulai sedikit menanya tentang pacar baru Aya. Aya malah marah “Bisa gak bahas masalah ne?” setelah itu mereka langsung diam. Namun, hanya mulut mereka yang diam, bahasa tubuh mereka berkata lain. Apalagi Aya, ia mulai mendekatkan kepalanya ke bahu Cinta dan bersandar disana. Jantung Cinta langsung berdetak tidak karuan, dia kembali deg-degan setelah sekian lama tidak. Dan setelah lama bersandar, Aya mendekatkan wajahnya ke wajah Cinta. Semakin lama semakin mendekat, dan Aya mendaratkan sebuah ciuman manis di bibir Cinta. Karena detak jantung yang semakin tidak karuan, Cinta kaget dan tersenyum.

“Kok ketawa? Ada yang lucu?”

“Gak ada yang lucu kok. Cin cuma heran dan bertanya, mimpi apa ya Cin tadi malam?”

“Mimpi apa emangnya?”

“Gak ingat...”

Keadaan kembali mencair, mereka tak lam disana, dan sebelum pergi Cinta meminta izin mencium hidung Aya, seperti yang biasa ia lakukan saat mereka masih berpacaran. Aya tidak menolak dan langsung tersenyum lepas. Dan saat akan naik motor, Aya memberikan ciuman terakhir di kening Cinta. Mereka pulang dengan sangat bahagia walau hanya sebentar saja melepas rindu yang tak pernah terbendung.

Malamnya, Cinta meminta Aya untuk datang lagi kerumah dengan alasan ada yang terlupa. Memang, begitu senangnya tadi, Cinta sampai lupa memberikan hadiah yang baru dibelinya untuk Aya.

-***-

Sudah istirahat, dan keadaan kelas semakin ribut, karena ada yang lagi promosi kartu perdana baru ke sekolah Cinta. Kelas Cinta membuat keputusan untuk memakai kartu perdana itu semuanya agar bisa dengan mudah di hubungi. Dan Cinta meminta temannya membelikan kartu perdana lebih untuk Cinta, tujuannya agar bisa diberikan kepada Aya. Karena Aya memang suka menggunakan kartu perdana baru yang keseringan mempunyai banyak promosi bagus.

Sesampainya di rumah, Cinta langsung menghubungi Aya, tapi tidak ada balasan. Dan saat hampir magrib, Cinta mengirim sms

“Aya, ntar malam bisa kerumah bentar gak?”

“Da pa? Ya gak di rumah”

“Kapan pulang?”

“Belum tau. Memangnya ada apa?”

“Gak da papa kok. Kapan-kapan aja juga bisa...”

“Ya ada apa dulu?”

(bingung, Cinta tak tau harus berkata seperti apa untuk mengatakan kalau ia hanya ingin memberikan kartu perdana kepada Aya. Hanya ingin melakukan itu). Tapi Cinta malah mengirimkan balasan

“Ya udah, tapi Aya yang maksa ya...jangan marah apalagi menjauh dari Cin. Ya, masih bisa dan boleh gak kalau kita balikan lagi? Cin gak bisa bohongin perasaan Cin yang masih sangat cinta ke Ya. Ya kalau gak mau jawab sekarang gak papa kok. Kalau mau nolak karena Ya udah punya pacar juga gak papa. Cin gak maksa. Tapi Cin bakal tetap nungguin Aya kok sampai kapanpun. Cin juga bakal ngerti kok kalau Aya masih pacaran. Yang penting jangan marah apalagi ngejauhin Cin.”

“Maaf ya Cin, tapi Ya udah punya cewek. Ya harap Cin ngerti.”

“Trus kemaren kenapa Ya cium Cin?”

“Gak tau”

“Gak tau?Trus Cin dicium siapa dong?Cin pergi sama siapa kemaren?”

“Karena sayang. Tapi Cin, ngertilah. Ya udah punya cewek. Ya gak bisa balikan cuma gara-gara itu. Ya gak mungkin ngeduainnya. Ya gak mau cewek Ya tau semua ini Cin, lebih baik kita gak berhubungan lagi, telp, sms, gak usah aja. Ya gak mau cewek Ya tau Cin. Ngerti ya. Sekarang udahlah, jauhi Ya Cin.”

“Tapi Cin sebelumnya kan udah bilang kalau jangan ngejauhin Cin karena ne. Please Ya, Cin gak bisa jauh dari Ya. Kalau Ya mau kita tetap kayak kemaren ne Cin mau Ya, asalkan jangan Ya menjauh dari Cin. Cukup kita gak bisa pacaran lagi aja Ya. Jangan sampai kita gak berhubungan lagi. Cin ngerti Ya punya pacar, Cin gak bakal bilang apapun sama dia, karena kenal aja gak kan? Tapi please Ya, ngertiin juga Cin. Please jangan pernah ngejauh dari Cin...”

Cinta tak tau entah apa yang telah diperbuatnya. Yang awalnya hanya ingin memberi kartu, malah berakhir seperti ini. Cinta selalu mengirimi Aya sms agar tidak menjauhinya malam itu. Tapi tetap tak ada balasan dari Aya. Menyesal. Itu yang ada didalam hati Cinta. Tapi semua itu takkan merubah keadaan. Air mata Cinta mulai berjatuhan membasahi bantal tidurnya. Dan hanya air mata itulah yang setia menemani Cinta yang kembali hancur malam itu.

Comments (0)